Sukses

Studi: Pandemi Covid-19 Mungkin Mengubah Kepribadian Orang

Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal, mulai dari cara bersosialisasi bahkan konsep baru dalam bekerja. Sebuah studi baru menunjukkan pandemi mungkin telah mengubah kepribadian kita juga.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal, mulai dari cara bersosialisasi bahkan konsep baru dalam bekerja. Sebuah studi baru menunjukkan pandemi mungkin telah mengubah kepribadian orang juga.

Dikutip dari CNN, Kamis, 29 September 2022, psikolog telah lama percaya bahwa sifat seseorang tetap sama, bahkan setelah peristiwa yang membuat stres. Namun dengan melihat tingkat neurotisisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan dan kesadaran sebelum pandemi dan membandingkannya dengan data yang dikumpulkan pada 2021 dan 2022, para peneliti menemukan perubahan kepribadian yang mencolok di antara populasi Amerika Serikat, menurut penelitian tersebut.

"Pandemi adalah kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melihat bagaimana peristiwa stres kolektif dapat memengaruhi kepribadian," kata penulis utama studi Angelina Sutin, seorang profesor kedokteran di Florida State University.

Ekstraversi, keramahan, dan kehati-hatian semuanya menurun pada populasi AS pada tahun-tahun setelah dimulainya pandemi, terutama pada orang dewasa muda, menurut studi yang diterbitkan Rabu, 28 September 2022, di jurnal PLOS One. Mengapa orang dewasa yang lebih muda lebih terpengaruh? Sutin menyebut pihaknya belum bisa memastikan, tapi ada teorinya.

"Kepribadian kurang stabil pada orang dewasa muda," kata Sutin.

"Tetapi kemudian pada saat yang sama, pandemi mengganggu apa yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa muda. Mereka seharusnya berada di sekolah atau memulai karier mereka atau transisi ke karier. Mereka seharusnya berkencan dan menjalin hubungan," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelitian

Hasilnya tidak berlaku untuk setiap orang. Sutin mengatakan, ini adalah tren populasi, jadi tidak mengherankan jika Anda tidak melihat perubahan yang sama pada diri Anda atau orang-orang terdekat Anda.

Brent Roberts, seorang profesor psikologi di University of Illinois Urbana-Champaign yang tidak terlibat dalam penelitian ini memberi catatan khusus terkait data yang disajikan dalam penelitian tersebut. Karena tidak ada kelompok kontrol dan penjelasan lain yang tidak diperiksa, ia mengatakan sulit untuk menyebut dengan pasti apakah pandemi menyebabkan perubahan ini.

Para peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 7.000 orang berusia 18 hingga 109 tahun yang berpartisipasi secara online dalam Studi Pemahaman Amerika, membandingkan bagaimana mereka menanggapi pertanyaan sebelum Februari 2020 versus akhir tahun yang sama dan kemudian lagi pada 2021 atau 2022, menurut penelitian tersebut.

Mereka memeriksa data melalui model lima faktor, yang berhipotesis bahwa berbagai ciri kepribadian dapat dikaitkan dengan salah satu dari lima kualitas menyeluruh: neurotisisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan kesadaran. 

3 dari 4 halaman

Penurunan Signifikan

Dari seluruh populasi yang mereka teliti, para ilmuwan menemukan tren penurunan neurotisisme pada 2020, tetapi perubahannya kecil, menurut Sutin. Begitu mereka mempertimbangkan data pada 2021 dan 2022, para peneliti melihat penurunan yang lebih signifikan dalam hal ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan kehati-hatian.

Perubahan itu cukup besar untuk menyamai sekitar satu dekade perubahan, menurut penelitian tersebut. Neurotisisme juga meningkat selama ini. Itu sangat penting mengingat betapa pentingnya sifat-sifat itu, kata Sutin.

Kesadaran penting untuk hasil akademik dan pekerjaan, serta hubungan dan kesehatan fisik, tambahnya. "Meningkatnya neurotisisme dan penurunan kesadaran berarti bahwa kelompok ini akan lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dan fisik," kata Roberts. 

"Meskipun, mengingat ukuran efek yang sederhana, efek ini akan terlalu halus untuk dilihat pada tingkat individu dan kemungkinan besar hanya akan terlihat secara agregat, analisis tingkat populasi seperti yang dilakukan oleh ahli epidemiologi," lanjutnya.

Dikutip dari laman UGM, neurotisisme merefleksikan jenis kepribadian yang bertendensi pada pengalaman emosional yang negatif, seperti ketakutan, kesedihan, ketidakpastian, kemarahan, kesalahan dan antisipasi. Masyarakat yang kurang terbuka, ramah dan teliti mungkin tidak terdengar menjanjikan, tetapi para ahli mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menentukan bagaimana temuan ini dapat berdampak pada masa depan.

4 dari 4 halaman

Perubahan

Meskipun para peneliti mencatat perubahan, mereka belum bisa mengatakan berapa lama perbedaan kepribadian itu akan bertahan atau apakah itu akan kembali, kata Sutin. Kesimpulannya, kata Roberts, adalah bahwa "kepribadian, meskipun lebih konsisten daripada perubahan, tidak tetap dan dapat merespons perubahan di lingkungan."

Karena ada perubahan baik di masyarakat maupun cara individu berfungsi, jelas pandemi itu sulit bagi semua orang, tambahnya. "Dengan kata lain, (orang) tidak gila, sudah beberapa tahun yang sulit bagi kita semua. Sedemikian rupa sehingga bahkan ada efek kecil pada kepribadian kita," kata Roberts.

Pandemi Covid-19 mulai menghantam dunia pada Maret 2020 lalu. Saat itu, seantero jagat harus berjuang menekan penyebaran virus corona yang membuat banyak negara ditutup sebagai bentuk pencegahan.

Aktivitas masyarakat banyak dilakukan di rumah sebagai salah satu upaya mengurangi angka kasus. Setelah lebih dari dua tahun, ada begitu banyak perubahan yang terjadi sejak pandemi melanda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.