Sukses

Ribuan Ton Sampah di Danau Suchitlan Picu Ketegangan antara El Salvador dan Guatemala

Danau Suchitlan di El Salvador dianggap UNESCO sebagai lahan basah yang penting untuk dunia. Tapi, sampah mendatangkan mimpi buruk bagi ekosistem di tempat itu.

Liputan6.com, Jakarta - Pemandangan menyedihkan yang terlihat di Pantai Karibia di Honduras, sebuah negara Amerika Tengah, ternyata berimbas ke Danau Suchitlan, El Salvador. Danau itu mendapat kiriman ribuan ton sampah dari negara tetangga lainnya, Guatemala.

Mengutip dari Japan Today pada Rabu, 28 September 2022, botol minuman bersoda, paket obat-obatan, sandal jepit yang sudah compang-camping, serta semua jenis sampah plastik dapat ditemukan mengambang di Danau Suchitlan. Padahal, danau seluas 13.500 hektare itu berfungsi sebagai reservoir untuk pembangkit listrik dan dianggap oleh UNESCO sebagai lahan basah yang penting untuk dunia.

Nelayan lokal mengatakan, polusi memaksa ikan nila dan ikan cichlid pergi lebih dalam ke danau buatan - badan air tawar terbesar di negara itu - di mana mereka tidak dapat dijangkau dengan jaring ikan. "Sudah lebih dari dua bulan sejak kami bisa memancing," kata pemancing Luis Penate (25), kepada AFP. Untuk memenuhi kebutuhan, dia beralih dari menangkap ikan menjadi mengangkut turis dengan perahu milik nelayan lain.

Terlihat bebek membersihkan jalan melalui sampah, kura-kura kecil memanjat di atas botol apung untuk berjemur, dan kuda kurus mengarungi danau untuk minum air yang terkontaminasi. Kontaminasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, kata Jacinto Tobar, Wali Kota Potonico, sebuah desa kecil 100 kilometer utara San Salvador di Departemen Chalatenango.

"Fauna dan flora sangat menderita," katanya. Dia juga menambahkan, jumlah turis yang mengunjungi tempat itu semakin sedikit.

Nelayan juga harus bersaing dengan 1,5 juta burung kormoran hitam yang menghuni danau. Menurut Tobar, mereka telah menjadi sejenis wabah sejak datang sebagai burung migran dan kemudian menetap.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pasir Pantai Diselimuti Sampah

Potonico adalah yang paling terdampak dari 15 desa tepi sungai lainnya. Badan negara yang mengelola waduk itu mempekerjakan puluhan pegawai untuk membersihkan danau dengan tangan. Beberapa penduduk setempat juga membantu tugas tersebut, yang menurut Tobar akan memakan waktu tiga hingga empat bulan untuk menyelesaikannya.

"Apa yang bisa kita harapkan di masa depan jika kita tidak menjaga lingkungan kita, jika kita mengotori jalan-jalan, sungai, danau, hutan dan pantai kita," kata Presiden Nayib Bukele pada awal pekan ini dalam peluncuran kampanye "Zero Rubbish (Nol Sampah)".

Menteri Lingkungan El Salvador Fernando Lopez mengatakan, negara itu menghasilkan 4.200 ton sampah per hari, 1.200 ton di antaranya berakhir di sungai, pantai, dan jalan. Salah satu daerah yang terkena dampak terburuk dari pantai Karibia Amerika Tengah adalah pantai di wilayah Omoa di Honduras.

Wilayah tersebut adalah garis pantai yang indah dengan vegetasi yang melimpah dan pohon palem, sekitar 200 kilometer di utara Tegucigalpa. Namun, di beberapa tempat, hampir seluruh pasirnya tertutup oleh segala macam sampah plastik, termasuk jarum suntik.

"Sampah ini berasal dari Sungai Motagua di sisi Guatemala, mereka tidak bisa menghentikannya," kata Candido Flores (76), seorang warga setempat. "Saat sungai naik, ini kembali lagi," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Ketegangan di 2 Negara

Hal tersebut telah menciptakan pulau-pulau sampah terapung yang memicu kecaman dari otoritas dan aktivis setempat. Sampah itu bahkan menyebabkan ketegangan antara kedua negara.

Setiap tahun, sekitar 20 ribu ton sampah plastik datang melalui Sungai Las Vacas, anak sungai Motagua, menurut The Ocean Cleanup, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Belanda. Sebagian besar berasal dari tempat pembuangan sampah di ibu kota Guatemala.

Aktivis lingkungan mengatakan, masalah ini harus ditangani dari sumbernya. "Kita harus menyerang dari mana aliran utama sampah berasal," kata Eduardo Arguera (29), seorang mahasiswa arsitektur di Universitas El Salvador, yang telah meluncurkan beberapa kampanye pembersihan.

Untuk menahan sampah plastik dan mencegahnya mencapai sungai dan danau, dia menyarankan untuk memagarinya di titik-titik strategis. Ricardo Navarro, presiden Center of Appropriate Technology, mengatakan hanya 30 persen sampah yang mengapung; sisanya tenggelam ke dasar badan air. Artinya, apa yang terlihat, secara harfiah, hanyalah puncak gunung es.

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, 11 juta metrik ton plastik memasuki lautan dunia setiap tahun. Mereka juga memperingatkan jumlah itu bisa naik tiga kali lipat dalam 20 tahun ke depan.

4 dari 4 halaman

Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Mengutip Forbes, pada Rabu, 28 September 2022, sampah plastik global berjumlah sekitar 242 juta metrik ton pada 2016. Dari jumlah tersebut, 137 juta ton (atau lebih dari 57 persen) berasal dari Asia Timur, Pasifik, Eropa, Asia Tengah, dan Amerika Utara, yang sebagian besar mengalir ke lautan.

Pada 2015, Journal of Science menyurvei 192 negara pesisir dan mengonfirmasi bahwa negara-negara Asia, terutama China, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, adalah 13 dari 20 penyumbang sampah plastik laut terbesar. Namun, seperti yang sering terjadi, angka saja tidak menceritakan keseluruhan cerita.

Contoh kasus: pulau kecil St. Lucia, yang menghasilkan jumlah sampah plastik per kapita ke-6 terbesar di Karibia, menghasilkan lebih dari empat kali jumlah sampah plastik per orang dibandingkan China— pencemar plastik terbesar di dunia secara absolut — dan bertanggung jawab atas 1,2 kali lebih banyak sampah plastik yang dibuang secara tidak benar per kapita daripada Cina. (Sumber: Hannah Ritchie dan Max Roser di https://ourworldindata.org/plastic-pollution)

Dari 30 pencemar global teratas per kapita, 10 berasal dari kawasan Karibia. Ini adalah Trinidad & Tobago, Antigua & Barbuda, St Kitts & Nevis, Guyana, Barbados, St Lucia, Bahama, Grenada, Anguilla dan Aruba; dan setiap tahun, sepuluh negara kepulauan ini menghasilkan lebih banyak sampah plastik daripada berat 20 ribu pesawat ulang-alik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.