Sukses

Apa Itu Skincare Ramah Mikrobiom?

Setidaknya ada dua rangkaian produk skincare lokal dari Nusantics Biome Beauty yang diklaim ramah mikrobiom.

Liputan6.com, Jakarta - Berkembangnya industri kecantikan dalam negeri berjalan beriringan dengan ragam inovasi yang dihadirkan sederet jenama lokal. Menambah panjang daftar itu, Nusantics Biome Beauty merilis rangkaian skincare lokal diklaim ramah mikrobiom. Apa itu?

Dokter Spesialis Kulit, dr. SK Sulistyaningrum, Sp.KK, menjelaskan bahwa mikrobiom adalah virus, arkea, bakteri, dan jamur yang hidup berdampingan di kulit manusia. "Ketidakseimbangan mikrobiom ini akan menyebabkan masalah kulit," katanya dalam perilisan produk Biome Beauty by Nusantics di bilangan Jakarta Pusat, Selasa, 27 September 2022.

Ia menjelaskan bahwa sel mikrobiom memenuhi setidaknya 70 persen bagian tubuh manusia. Selain kondisi kulit, kehadirannya juga memengaruhi ragam fungsi lain dalam tubuh, termasuk tingkat imunitas, dr. Sulistya menambahkan.

"Tingkat mikrobiom dalam tubuh bisa dipenuhi beragam faktor," tuturnya. "Ini termasuk genetik, lingkungan sekitar, diet harian, gaya hidup, dan hormon."

Selain struktur berlapis, tubuh memiliki kadar mikrobiom yang beragam, tergantung pada paparan sinar ultraviolet, tingkat pH, suhu, kelembapan, kandungan sebum, dan topografi. Karena itu, kulit manusia bisa diklasifikasi ke dalam tiga grup.

"Permukaan cenderung berminyak ada pada bagian wajah, dada, dan punggung. Lalu, lembap biasanya didapati di siku dan bagian belakang siku, kemudian cenderung kering di lengan bagian bawah dan telapak tangan," papar dr. Sulistya.

Ketidakseimbangan kadar mikrobiom akan menyebabkan berbagai gangguan kulit, seperti jerawat, dermatitis atopik, psoriasis, bahkan kanker kulit. Narasi itu juga diungkap co-founder, sekaligus CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menjaga Keseimbangan Mikrobioma

Sharlini berkata, "Harus dipahami bahwa skincare umumnya punya banyak zat aktif," ia mengatakan. "Jika kandungannya terlalu keras, keseimbangan mikrobiom akan bergeser dan membahayakan kesehatan kulit."

Dalam memilih produk skincare, ia menuturkan, penting untuk memahami kadar mikrobiom dalam kulit. "Ada orang yang bakterinya lebih banyak. Dalam kasus saya, jamurnya justru lebih banyak. Jadi, kalau (wajah) dipakaikan face oil malah beruntusan karena itu memberi makan jamur di kulit," ia menuturkan.

Memeriksa kadar mikrobiom dalam kulit, ia menyambung, mereka punya labolatorium kulit di kawasan Senopati, Jakarta Selatan yang terbuka untuk umum. "Harus dicek biar tahu jenis kulitnya yang mana. Karena ada yang bisa pakai skincare, ada juga yang harus (diobati) dari dalam dulu," ujarnya.

Ia memaparkan, "Caranya, kulit wajah akan di-swab. Kemudian, berlanjut ke proses ekstraksi, lalu PCR, dan setelahnya keluar hasil yang mengetahui apa yang paling mendominasi di kulit seseorang: apakah virus, arkea, bakteri, atau jamur."

3 dari 4 halaman

DNA Merek

Selaras dengan misi Nusantics dalam mengakselerasi diagnostik mikrobiom untuk pengaplikasian kesehatan terpadu, mereka merilis lini skincare teranyar Biome Beauty. "Mengingat pasar produk kecantikan sangat besar di Indonesia, kami mau memperkenalkan produk ramah mikrobiom, sehingga makin banyak orang paham apa itu mikrobioma," ujar Sharlini.

Dalam debutnya, merek perawatan lokal itu menghadirkan dua produk: Biome Treatment Essence dan Biome Essence Spray. Brand Manager Nusantics Skin, Ilma Nakya, menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga DNA yang dibawa jenama tersebut.

Pertama, ramah mikrobiom. "Setelah riset yang menghabiskan dana jutaan dolar (Amerika), Nusantics mengelaborasikan database yang luas tentang mikrobiom kulit. Kami mengubah sains jadi sebotol skincare," katanya.

Produk yang mereka hadirkan diklaim diformulasikan secara ilmiah. Ilma menyebut, "Kami hanya menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi yang diformulasikan secara ilmiah untuk memelihara mikrobiom kulit Anda."

Terakhir, pihaknya menyebut mereka hanya menghadirkan formulasi bahan yang benar-benar dibutuhkan kulit. "No paraben, SLS, dan parfum," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Produk Biome Beauty

Ilma menjelaskan, Biome Treatment Essence Galactomyces diperuntukkan bagi kulit bermasalah akibat bakteri. Sementara, Biome Treatment Essence Gotu Kola diformulasi bagi kulit bermasalah akibat jamur.

"Kedua skincare tersebut dihasilkan dari gabungan data penelitian dan kandungan alami berkualitas tinggi yang pada akhirnya membantu memperkuat skin barrieri," tuturnya, menambahkan bahwa keduanya cocok dipakai kulit acne prone.

Gotu Kola, yang mengandung ekstrak Centella asiatica, akan melindungi mikrobiom kulit, mengurangi jerawat dan kemerahan pada kulit, memperkecil pori-pori kulit, dan mencerahkan kulit. Sementara, Galactomyces juga melindungi penghalang mikrobioma kulit, mengurangi jerawat dan kemerahan pada kulit, meningkatkan elastisitas kulit, dan meratakan warna kulit.

Selain, ada juga Biome Essence Spray yang diklaim sebagai "go-to toner." Ada varian kamomil untuk kulit kering dan sentitif. Lalu, tea tree untuk kulit berminyak, lavender untuk mengatasi sebum berlebih dan kulit kusam, dan witch hazel untuk mengontrol pori-pori.

Sharlini menambahkan bahwa produk Biome Beauty telah diuji secara in vivo, yakni pengujian dengan parameter mikrobiom langsung di kulit manusia. Seluruh rangkaian itu telah tersedia di e-commerce dan social platform.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.