Sukses

Tourism Working Group ke-2 G20 Bahas Bali Guidlines untuk Pariwisata yang Lebih Berkelanjutan

Indonesia sebagai pemegang Presidensi KTT G20 pada 2022 memulai pertemuan kedua Tourism Working Group yang membahas Bali Guidlines untuk pariwisata berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sebagai pemegang Presidensi KTT G20 pada 2022 memulai pertemuan kedua “Tourism Working Group” yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) sebagai pertemuan lanjutan dari 1st TWG yang sebelumnya sukses digelar di Labuan Bajo, NTT, pada Mei 2022.

Sejumlah delegasi hadir dalam acara The 2nd TWG yang berlangsung pada Jumat (23/9/2022) di Grand Hyatt Hotel Bali yang disambut dengan hangat oleh Chair of G20 Tourism Working Group Frans Teguh. Ia pun menyalami satu-persatu perwakilan delegasi dari tiap negara anggota G20, negara tamu, hingga organisasi internasional.

Menparekraf Sandiaga Uno saat memberikan sambutan 2nd TWG, di Grand Hyatt Hotel, Bali, Jumat (23/9/2022) mengapresiasi negara-negara G20 yang sebelumnya (pada TWG pertama) telah sharing best practice masing-masing negara dalam mengatasi tantangan ekonomi global khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Saya sangat senang mendengar bahwa negara-negara G20 berhasil mencapai titik temu pada sebagian besar masalah atau isu dalam Tourism Working Group termasuk menyoroti peran pariwisata untuk mempromosikan perdamaian dan pembangunan,” kata Menparekraf dikutip dari keterangan rilis resmi Kemenparekraf, Jumat (23/9/2022).

Pariwisata dan ekonomi kreatif sendiri adalah penggerak ekonomi dan pencipta lapangan kerja yang luas, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Sebelum pandemi COVID-19, pariwisata menjadi salah satu sektor terpenting dalam ekonomi dunia. Menyumbang 10 persen dari PDB global dan menyerap lebih dari 320 juta lapangan kerja di seluruh dunia.

Karenanya, potensi ini harus dioptimalkan dengan menghadirkan beragam kebijakan strategis khususnya dalam penguatan UMKM dan mendorong pariwisata berbasis masyarakat yang fokus pada penciptaan lapangan kerja yang layak di bidang pariwisata dan memiliki daya ungkit yang signifikan dalam mewujudkan ekonomi yang lebih inklusif dan tangguh.

"Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada para delegasi untuk menuntaskan last mile dari pertemuan Tourism Working Group pada KTT G20 dan mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah atau isu yang tersisa, sehingga dapat memfinalisasikan Bali Guidlines,” kata Menparekraf.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apresiasi untuk Delegasi

Dalam pertemuan tersebut, Menparekraf Sandiaga juga berharap para delegasi dapat menikmati keindahan alam dan budaya yang ada di Bali. Apalagi menurut TripAdvisor hampir tidak ada pulau lain di dunia yang lebih memikat daripada Bali.

“Saya berharap, selain menjadi delegasi dalam pertemuan G20, juga dapat meluangkan waktu untuk menjadi turis di Bali, dan menikmati semua keajaiban yang ditawarkan Bali,” ujarnya.

Sementara itu, Chair of G20 Tourism Working Group Frans Teguh pun mengucapkan terima kasih kepada negara-negara G20 yang telah berperan aktif dalam memberikan pandangan dan masukan yang berharga terhadap komunike mulai dari Tourism Working Group pertama. Di mana, Tourism Working Group telah menyepakati sebagian besar teks komunike yang bersifat substantif.

"Di antaranya mengenai upaya mempromosikan pemulihan pariwisata menjadi lebih inklusif dan tangguh, peran penting pariwisata menjadi sarana dalam perdamaian dunia dan pembangunan ekonomi, serta sinergi antara pariwisata dan ekonomi kreatif. “Komunike ini akan terus kita sempurnakan,” kata Frans. Indonesia menurut Frans juga telah berupaya secara optimal untuk mendorong konsensus guna memfinalisasikan G20 Bali Guidelines yang akan menjadi outcome dari Tourism Working Group G20.

 

3 dari 4 halaman

Bali Guidelines

Dalam G20 Bali Guidelines terdapat lima line of actions meliputi human capital yang berkaitan dengan pekerjaan, skills, entrepreneurship, dan edukasi, bagaimana SDM pariwisata mampu melihat kebutuhan dan keinginan pasar, menciptakan lapangan kerja baru, dan mampu menghadirkan nilai tambah dari produk atau jasa mereka.

Kedua, inovasi, digitalisasi, dan ekonomi kreatif. Fokus pada bagaimana masyarakat mampu lebih inovatif, kreatif, dan adaptif dalam memasuki tatanan ekosistem ekonomi digital, supaya pelaku ekonomi kreatif ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Ketiga, pemberdayaan perempuan dan pemuda. Karena perempuan dan pemuda di bidang pariwisata termasuk yang paling terpengaruh oleh pandemi. Untuk itu mereka membutuhkan dukungan yang tepat.

Keempat climate action, biodiversity conservations, dan circular economy, dimana penggunaan energi, tanah, air, dan sumber daya makanan pada sektor pariwisata dapat mengurangi emisi karbon. Dan terakhir, kerangka kebijakan, tata kelola, dan investasi, dengan fokus membuat kebijakan dan langkah-langkah pariwisata yang lebih holistik guna mendukung empat pilar line of actions.

“Kami percaya bahwa pedoman ini strategis dan menggabungkan upaya semua negara anggota. Dan memastikan bahwa kita tidak hanya pulih setelah pandemi dan kembali ke bisnis seperti biasa. Tetapi melalui five lines of actions, kami dapat membantu memastikan bahwa pariwisata juga menjadi lebih inklusif, tangguh, dan berbasis masyarakat khususnya pada komunitas dan UMKM,” ujar Frans.

 

 

4 dari 4 halaman

Penyerahan Bibit Mangrove

Sebelumnya, saat memulai pertemuan kedua “Tourism Working Group” Chair of G20 Tourism Working Group Frans Teguh menyerahkan secara simbolis bibit mangrove kepada perwakilan UNWTO, Head of Delegate (HoD) G20 terdahulu yakni Italia, dan Head of Delegate (HoD) G20 selanjutnya India. Bibit mangrove ini didukung dan akan ditanam oleh pihak Traveloka sebagai bagian dari bentuk dukungan Traveloka terhadap isu sustainability.

Penyerahan bibit mangrove tersebut menandakan bahwa masa depan pariwisata harus semakin inklusif dan berkelanjutan. "Hal ini dikarenakan sektor pariwisata sangat rentan terhadap perubahan iklim dan pada saat yang sama berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, percepatan aksi iklim dalam pariwisata sangat penting untuk ketahanan sektor ini," kata Frans.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengambil tindakan untuk mengatasi perubahan iklim dengan mendorong upaya kolaboratif antara publik, sektor swasta, dan masyarakat, untuk mencapai emisi karbon rendah dan ketahanan iklim pada 2050. Mangrove adalah salah satu dari tiga ekosistem penangkap karbon teratas di bumi dan menyerap karbon dioksida (CO2) lebih banyak.

Indonesia memiliki 3,5 juta hektare lahan mangrove atau setara dengan sekitar 23 persen dari total yang ada di dunia. Dan mangrove Indonesia dikatakan yang paling beragam dengan 92 spesies mangrove sejati. Melalui penyerahan mangrove kepada UNWTO, Head of Delegate (HoD) G20 Italia, dan Head of Delegate (HoD) G20 India sebagai Troika diharapkan dapat meningkatkan awareness untuk menjaga lingkungan khususnya di destinasi wisata dan mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.