Sukses

Jalan-Jalan Virtual ke Pulau Bebas Kendaraan Bermotor di Hong Kong

Cheung Chau, pulau bebas kendaraan bermotor di Hong Kong, menawarkan nuansa yang tidak seperti desa nelayan konvensional.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta cukup panas di siang hari itu, namun saya seolah merasakan sejuk angin pesisir ketika tur virtual menjelajah Cheung Chau dimulai. Itu merupakan pulau berbentuk lonceng kecil di bagian selatan Hong Kong.

Pulau seluas hampir tiga km persegi ini terkenal lewat pemandangan tepi lautnya yang khas, dengan perahu nelayan yang terparkir dan restoran makanan laut. Melampaui semata desa nelayan konvensional, dengan banyaknya anak muda yang pindah, atau pindah kembali, ke Cheung Chau, nuansa pulau jadi lebih hidup.

Munculnya kafe-kafe, serta toko kerajinan tangan, berpadu gerai-gerai makanan legendaris, semua menambah dinamis pulau bebas kendaraan bermotor ini. Perjalanan virtual pekan lalu di pulau yang mengandalkan sepeda sebagai kendaraan itu dimulai dengan perkenalan pada seorang pramuwisata, Virginia Chan, dan pemilik toko lokal, Ar Sai.

Di perhentian pertama, Virginia mengajak peserta merasakan nuansa autentik wilayah setempat di Pak Tai Temple. Ini merupakan kuil Tao yang bersejarah, salah satu yang tertua di Hong Kong. Struktur bangunan yang mengesankan ini awalnya dibangun pada 1783 oleh komunitas nelayan di pulau itu untuk menghormati Pak Tai, yang juga dikenal sebagai Raja Utara.

Bangunan ini memiliki atap keramik berukir warna-warni dengan dua naga hijau dan emas yang berjaga di sepanjang punggung bukit. Alun-alun utama di luar Pak Tai Temple jadi tempat diselenggarakannya Festival Cheung Chau Jiao atau Festival Cheung Chau Bun.

Daftar Nasional Warisan Budaya Takbenda ketiga pada 2011 ini menampilkan tantangan yang sangat populer, di mana para pesaing yang berani bertarung satu sama lain untuk memanjat menara roti keberuntungan dan mengklaim roti sebanyak mungkin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

North Lookout Pavilion dan Pak Kok Tsui

Perjalanan berlanjut ke North Lookout Pavilion dan Pak Kok Tsui. Virginia menjelaskan bahwa ini merupakan jalur pendakian yang ramah keluarga. "Belum lagi membicarakan banyak spot foto di sepanjang jalurnya," ia menuturkan.

Mencapai puncak bukit di sisi utara pulau, peserta diajak menikmati panorama formasi tombolo pulau. Virginia berkata, "Pada hari yang cerah, Anda dapat melihat ke seberang Pulau Lamma di satu sisi, dan Jembatan Tsing Ma, yang menghubungkan Pulau Lantau ke daerah perkotaan Hong Kong, di sisi lain."

"Saya merekomendasikan untuk datang saat matahari terbenam jika ingin menikmati pemandangan senja yang romantis," tuturnya.

Lebih jauh ke timur di sepanjang paviliun, pengunjung dapat menuju Pak Kok Tsui, semenanjung kecil dengan pantai kecil yang disebut Tung Wan Chai, yang merupakan destinasi populer. Dari sini, pejalan kaki dapat melanjutkan menyusuri jalan setapak melalui hutan kecil dan kembali ke bagian pulau yang ramai.

 

3 dari 4 halaman

Nuansa Lokal yang Kentara

Di wilayah "pegangan loneng" Cheung Chau, pengunjung akan dimanjakan panorama pantai panjang berbentuk bulan sabit yang disebut Tung Wan. Pada hari yang cerah, pelancong dapat melihat Pulau Hong Kong bagian selatan.

Selain, pengunjung juga bisa terus berjalan untuk mencapai Kwun Yam Beach, yang menawarkan pusat selancar angin. Pantai kecil, namun populer ini menarik banyak penggemar olahraga air, termasuk pendayung berdiri, pemain kayak, dan peselancar.

"Atau Anda bisa datang untuk sekadar bersantai di kafe dan restoran di sepanjang pantai," Virginia berkata.

Penjelajahan belum selesai. Para peserta tur virtual diajak ke Shan Hing Street dan Pak She Street. Di sini, pengunjung dapat menghabiskan waktu menjelajahi deretan toko kerajinan yang menjual barang-barang buatan tangan karya seniman lokal. Kafe-kafe trendi yang disinggung di awal bisa didapati di sini untuk meneguh minuman dingin dan mencicipi kue sifon teh Earl Grey buatan sendiri.

Jangan terlewat mencoba roti keberuntungan bercap merah, diisi dengan pasta manis seperti wijen, kacang merah, atau biji teratai. Camilan ikonis ini tak hanya dijajakan selama festival roti tahunan di pulau itu, tapi juga dikukus dan dijual sepanjang tahun. Martin Kwok, pemilik toko kue yang merupakan pemasok resmi Festival Roti Keberuntungan, mengatakan bahwa selain mempertahankan tradisi, mereka juga ingin tetap relevan dengan terus berinovasi secara cita rasa.

4 dari 4 halaman

Tempat Terbaik untuk Menikmati Senja

Berjalanlah ke utara di sepanjang tepi laut, melewati dermaga utama dan deretan ikan yang dikeringkan di bawah sinar matahari, pengunjung akan mencapai San Hing Praya Street dan Pak She Praya Street, rumah bagi banyak restoran makanan laut bergaya Kanton.

Pengunjung dapat memilih item dari menu, bahkan membawa makanan laut segar yang dibeli dari penjual ikan di pulau itu, dan memasaknya sesuai pesanan. Pelancong akan menemukan restoran Prancis, Thailand, dan India yang juga menyajikan berbagai macam hidangan laut.

Ar Sai menyebutnya sebagai "tempat sempurna untuk menikmati mahari terbenam, juga makan makanan laut sebelum naik feri untuk kembali ke kota."

Di antara jadwal tur virtual, peserta dilibatkan dalam kuis yang menambah pengetahuan unik tentang Cheung Chau. Sesi ini pun ditutup dengan kelas kaligrafi, yang menurut kaligrafer Mabel Lau, merupakan aktivitas meditasi setelah seharian bekerja.

Para peserta pun menunjukkan kebolehannya menulis dengan kuas dan tinta dalam aksara Mandarin. Hingga saatnya sesi tur virtual selesai, banyak peserta mengungkap ketidaksabaran mereka untuk kembali menjelajah Hong Kong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.