Sukses

Pria di Jepang Dibayar Rp1 Juta per Jam untuk Tidak Melakukan Apa-Apa

Pria bernama Shoji Morimoto memiliki apa yang sebagian orang akan lihat sebagai pekerjaan impian, dia dibayar untuk tidak melakukan apa-apa.

Liputan6.com, Jakarta - Pria bernama Shoji Morimoto memiliki apa yang sebagian orang akan lihat sebagai pekerjaan impian, dia dibayar untuk tidak melakukan apa-apa. Dikutip dari Japan Today, Kamis 8 September 2022, penduduk Tokyo, Jepang ini mengenakan biaya 10.000 yen per jam atau setara Rp1 juta untuk menemani klien ke mana pun tanpa melakukan hal khusus.

"Pada dasarnya, saya menyewakan diri sendiri. Pekerjaan saya adalah berada di mana pun klien saya menginginkan saya dan tidak melakukan apa pun secara khusus," kata Morimoto. Ia menambahkan. dirinya telah menangani sekitar 4.000 sesi dalam empat tahun terakhir.

Dengan tubuh kurus dan penampilan rata-rata, Morimoto sekarang memiliki hampir seperempat juta pengikut di Twitter, tempat ia menemukan sebagian besar kliennya. Kira-kira seperempat dari mereka adalah pelanggan tetap, termasuk yang telah mempekerjakannya 270 kali.

Pekerjaannya telah membawanya ke taman dengan seseorang yang ingin bermain di wahana semacam Dufan. Dia juga tersenyum dan melambai di jendela kereta api pada orang asing yang menginginkan jasanya.

Tidak melakukan apapun bukan berarti Morimoto akan melakukan apapun. Ia telah menolak tawaran untuk memindahkan lemari es dan pergi ke Kamboja, dan tidak menerima permintaan apapun yang bersifat seksual. 

Pekan lalu, Morimoto duduk di depan Aruna Chida, seorang analis data berusia 27 tahun yang mengenakan sari, baju tradisional India, mengobrol ringan sambil minum teh dan kue.

Chida ingin mengenakan pakaian India di depan umum tetapi khawatir itu akan mempermalukan teman-temannya. Jadi dia menyewa Morimoto untuk jadi sahabatnya. "Dengan teman-teman saya, saya merasa harus menghibur mereka, tetapi dengan tukang sewa (Morimoto), saya tidak merasa perlu untuk mengobrol," kata pria berusia 38 tahun ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bisnis Sewa Orang

Sebelum Morimoto menemukan pekerjaan ini, ia bekerja di sebuah perusahaan penerbitan dan sering dicaci karena "tidak melakukan apa-apa".  "Saya mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika saya memberikan kemampuan saya untuk 'tidak melakukan apa-apa' sebagai layanan kepada klien," katanya.

Bisnis persahabatan sekarang menjadi satu-satunya sumber pendapatan Morimoto, yang dengannya dia menghidupi istri dan anaknya. Meskipun dia menolak untuk mengungkapkan berapa banyak yang dia hasilkan, dia mengatakan dia melihat sekitar satu atau dua klien sehari. Sebelum pandemi, bahkan bisa tiga atau empat per hari.

Saat ia menghabiskan hari Rabu tanpa melakukan apa-apa di Tokyo, Morimoto merenungkan sifat aneh pekerjaannya dan tampaknya mempertanyakan masyarakat yang menghargai produktivitas dan mencemooh ketidakbergunaan.

"Orang cenderung berpikir bahwa 'tidak melakukan apa-apa' saya itu berharga karena berguna (bagi orang lain) ... Tapi tidak apa-apa untuk benar-benar tidak melakukan apa-apa. Orang tidak harus berguna dengan cara tertentu," imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Ossan Rental

Bisnis menyewakan diri sendiri di Jepang tampaknya cukup umum. Seperti Takanobu Nishimoto yang mendirikan Ossan Rental pada 2012. Layanan penyewaan pria tua ini bisa diminta untuk membantu melakukan sesuatu, ditemani ke suatu tempat, atau sekadar jadi tempat curhat.

Kata 'ossan' berarti pria paruh baya. Tapi, kata itu sering kali dikonotasikan negatif oleh masyarakat Jepang. Kata itu sering disampaikan dengan nada sedikit menghina untuk mengejek ketimpangan usia yang tak terhindarkan. Tetapi, demografi 'tidak keren' itulah yang menjadi dasar bisnis Ossan Rental.

Dikutip dari laman Japan Today, Senin, 13 Juni 2022, Takanobu mengatakan ide membuka bisnis itu terpikir setelah ia mendengar beberapa siswa sekolah menengah mengolok-olok ossan, terutama rambut hidung mereka, di kereta. Dia terpicu untuk mengembalikan reputasi ossan dengan menunjukkan mereka itu keren dan menyenangkan.

Sepuluh tahun lalu, bisnis sewa orang sudah ada, namun baru terbatas untuk pacar sewaan. Muncul dengan konsep unik, layanan penyewaan orang tua Ossan pun menyebar dengan cepat. Selama dua tahun pertama, Takenobu hanya mempekerjakan dirinya sendiri. Sekarang, 69 pria dengan berbagai latar belakang, keterampilan, dan kepribadian, bergabung di daftar pria sewaan miliknya. Usianya mulai dari 38 hingga 69 tahun.

4 dari 4 halaman

Berkembang Pesat

Bisnis menyewa seseorang di Jepang menjadi hal yang lumrah dan berkembang secara pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ada penyewaan kepala pelayan, pacar, adik perempuan, hingga keluarga. Layanan tersebut bahkan pernah dicoba oleh seorang komedian Amerika Serikat, Conan O'Brien.

Ia menyewa sebuah keluarga untuk dirinya di Jepang. Pada video yang diunggah Asian Boss dalam YouTube, 5 Januari 2019 lalu, O'Brien terlihat berkumpul dengan keluarga sewaannya itu dengan riang.

CEO perusahaan rental keluarga Family Romance, Yuichi Ishi, menceritakan bisnis penyewaan anggota keluarga dan teman itu telah dijalani sejak 2010 lalu. Menurut Ishi, orang Jepang selalu peduli dengan apa yang orang lain pikirkan dan memiliki rasa hormat yang sangat kuat kepada orang lain.

"Ada banyak alasan orang ingin menyewa keluarga. Misalnya, beberapa orang tiba-tiba membutuhkan orangtua sewaan untuk upacara pernikahan mereka, karena orangtua mereka sendiri sudah menolak mereka. Jadi, orangtua mereka tidak akan pernah muncul (dalam pernikahan)," papar Ishi.

Di situasi seperti itu, mereka memutuskan menggunakan jasa penyewaan bapak dan ibu, menghadiri acara makan malam pranikah, juga acara pernikahan. Ketika karyawan Family Romance ditugaskan ke pertemuan keluarga, mereka bahkan disewa lebih dari sekali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.