Sukses

Giliran Produsen Mi Instan Korea Selatan Terbesar Naikkan Harga Jual Ramyeon

Kenaikan harga jual ramyeon di Korea Selatan direncanakan mulai bulan depan.

Liputan6.com, Jakarta - Produser mi instan terbesar di Korea Selatan, Nongshim, mengumumkan rencana kenaikan harga sebagian besar produk ramyeon dan makanan ringan mulai bulan depan. Dampaknya, harga saham perusahaan itu naik menjadi 311.500 won (Rp3.460.254) pada penutupan Selasa, 23 Agustus 2022, dikutip dari The Korea Times, Rabu, 24 Agustus 2022.

Nongshim mengatakan akan menaikkan harga ramyeon sebesar 11,3 persen dan produk makanan ringan rata-rata sebesar 5,7 persen. Secara khusus, harga Shin Ramyeon akan meningkat sebesar 10,9 persen, dan ramyeon Neoguri sebesar 9,9 persen.

Rencana itu akan menjadi kenaikan harga pertama sejak Agustus 2021. Perusahaan menjelaskan, kenaikan harga tak terhindarkan karena beban biaya bahan baku yang meningkat di tengah tingginya inflasi global.

Lonjakan harga saham Nongshim yang mengambil hampir 50 persen pangsa pasar pada tahun lalu itu juga diikuti saham produsen rameyon besar lainnya. Ottogi, yang memegang sekitar 26 persen pasar ramyeon Korea, juga mengalami kenaikan harga saham sebesar 3,75 persen pada penutupan Rabu, berakhir pada 498.000 won (Rp5.531.962).

Harga saham Samyang Foods, yang menguasai lebih dari 10 persen pasar ramyeon domestik, melonjak 5,38 persen, berakhir pada 177.500 won (Rp1.971.734). Saham perusahaan makanan dan camilan terkait mi lainnya, Pulmuone dan CJ Cheiljedang, juga naik masing-masing 4,38 persen dan 2,48 persen, pada hari yang sama. Sementara, Paldo, yang merupakan produsen ramyeon besar lainnya dengan hampir sembilan persen pangsa pasar lokal, tak dihitung karena merupakan perusahaan tertutup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ancaman Kenaikan Harga di Indonesia

Tak hanya Korea Selatan, Indonesia juga menghadapi kemungkinan kenaikan harga mi instan. Hal itu dipicu oleh pernyataan dari Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa harga gandum dunia terus naik dampak dari perang Rusia dengan Ukraina. Kenaikan harga gandum tersebut bisa mengerek juga harga mi instan di Indonesia, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Rusia dan Ukraina merupakan 10 negara penghasil gandum terbesar di dunia. Tercatat, Rusia berada di peringkat ketiga dengan menghasilkan atau memanen sekitar 1,2 miliar ton gandum di periode 2000 hingga 2020. Sedangkan, Ukraina berada di peringkat 10 dengan memproduksi 433 juta ton gandum pada 2000-2020.

Indonesia adalah negara pengimpor gandum. Oleh sebab itu akan merasakan dampak dari tidak lancarnya pasokan ini. Menurut Syahrul, harga mi instan di Indonesia bisa naik tiga kali lipat dibanding harga normal. Namun, pernyataan itu ditepis oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan hingga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus (Franky) Welirang yang merupakan bos produsen Indomie.

Baik Zulkifli maupun Franky berpendapat bahwa kenaikan harga gandum saat ini diharapkan tidak membuat harga mi naik, sebab panen gandum saat ini di negara produsen telah membaik. Dikatakan, Indonesia mengimpor gandum ke banyak negara, termasuk yang sedang panen gandum.

3 dari 4 halaman

Thailand Ikut Serta

Bukan hanya di Indonesia, harga mi instan di Thailand juga terancam naik. Produsen mi instan meminta pemerintah Negeri Gajah Putih tersebut untuk mengizinkan mereka mengenakan biaya lebih untuk produk mereka. Hal itu guna menutupi kenaikan harga bahan baku Jika dikabulkan, ini kan tercatat sebagai kenaikan harga mi instan pertama kali dalam 14 tahun.

Harga mi instan dan makanan pokok lain dikendalikan di bawah hukum Thailand, melansir Canada Express News, Selasa, 16 Agustus 2022. Lima produsen mi, termasuk Mama, Wai Wai, dan Nisshin Jepang, mengatakan mereka menginginkan persetujuan dari Kementerian Perdagangan Thailand untuk menaikkan harga produk mereka dari 6 baht (sekitar Rp2,5 ribu) jadi 8 baht (sekitar Rp3,3 ribu).

"Harga minyak naik signifikan karena konflik antara Rusia dan Ukraina," kata Weera Napapruekchat, wakil presiden Pabrik Produk Makanan Thailand, produsen Wai Wai, menambahkan bahwa harga tepung terigu dan minyak sawit juga meningkat tajam.

Pemerintah Thailand sebelumnya telah menolak permintaan penaikan harga dari sejumlah produsen.Weera mengatakan, beberapa produknya dijual dengan kerugian dan akan memangkas penjualan di Thailand dan beralih ke pasar luar negeri yang harganya telah dinaikkan.

Sementara, pemerintah Thailand dilaporkan akan mempertimbangkan proposal kenaikan harga mi instan berdasarkan kasus per kasus dan solusi saling menguntungkan bagi konsumen dan produsen, Wattanasak Sur-iam, direktur jenderal perdagangan domestik Thailand, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

4 dari 4 halaman

Indonesia Urutan ke-2 Negara Pengonsumsi Mi Instan Terbanyak

Indonesia memiliki banyak penggemar mi instan. Terbukti dari menyebarnya warung-warung penjual mi instan yang sudah dimasak.

Biasanya mi ditambahkan pelengkap seperti telur rebus dan sawi untuk membuatnya lebih nikmat. Tak heran jika ternyata Indonesia menempati urutan ke-2 pengonsumsi mi instan terbanyak sedunia.

Berdasarkan data yang dilansir dari instantnoodles.org tahun 2021, berikut ini daftar 15 negara pengonsumsi mi instan terbanyak sedunia:

1. China/Hong Kong 43.990 juta porsi per tahun

2. Indonesia 13.270 juta porsi per tahun

3. Vietnam 8.560 juta porsi per tahun

4. India 7.560 juta porsi per tahun

5. Jepang 5.850 juta porsi per tahun

6. AS 4.980 juta porsi per tahun

7. Filipina 4.440 juta porsi per tahun

8. Korea Selatan 3.790 juta porsi per tahun

9. Thailand 3.630 juta porsi per tahun

10. Brasil 2.850 juta porsi per tahun

11. Nigeria 2.620 juta porsi per tahun

12. Rusia 2.100 juta porsi per tahun

13. Nepal 1.590 juta porsi per tahun

14. Malaysia 1.580 juta porsi per tahun

15. Meksiko 1.360 juta porsi per tahun

Dari daftar tersebut, terdapat 10 negara Asia yang tercatat mengonsumsi mi instan terbanyak. Sementara, Ukraina berada di urutan ke-25 dengan 350 juta porsi per tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.