Sukses

Canggihnya Siswa SMK Kudus Rancang Busana Bertema Keberlanjutan dalam 12 Hari

Meski terkesan seperti proyek Roro Jongrang, hasil kreasi busana bertema keberlanjutan karya siswa SMK NU Banat Kudus itu berhasil mendapat apresiasi.

Liputan6.com, Jakarta - Isu keberlanjutan bukan hal familiar untuk tim sustainability kelompok 3 yang terdiri dari lima siswa SMK NU Banat Kudus. Mereka baru memahaminya setelah mendapat pelatihan singkat dari desainer Denny Wirawan lewat program Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion.

Setelah menerima teori yang disampaikan secara hybrid, mereka lalu diminta merancang busana sekaligus mewujudkannya dalam pakaian siap pakai. Hanya 12 hari waktu mereka untuk menyelesaikan seluruh rancangan tersebut sebelum ditampilkan di panggung mini show yang digelar pada Sabtu, 13 Agustus 2022, di Kudus. Pertunjukan itu sekaligus bagian dari kompetisi.

Mirna, salah seorang anggota tim itu menerangkan rancangan mereka mengambil tema Basundari, yang berarti tanah dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, palet warna yang dipilih kuning kecokelatan sebagai penggambaran kesuburan tanah.

Ia dan teman-temannya berbagi tugas, siapa yang mengerjakan desain, membuat pola, menjahit, hingga menyelesaikan detail. Naila Sifa lah yang kebagian merancang desain busana yang terdiri dari jumpsuit serta blus berkerut itu. 

"Kami pakai kain madina, itu sejenis katun, kemudian linen, dan lurik. Batiknya cuma dipakai untuk tempelan kain perca," terang siswa kelas XII SMK NU Banat Kudus jurusan tata busana itu kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Keberlanjutan diusung lewat teknik potongan khusus yang tidak menimbulkan banyak sisa kain. Kainnya juga disebut ramah lingkungan. "Kita selesain semuanya di sekolah. Dikerjakan sampai jam 6 sore sebelum sekolah bubar," ujarnya.

Kerja keras mereka diapresiasi para juri yang terdiri dari Denny Wirawan, Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Ria Lirungan sebagai Editor in Chief Harper’s Bazaar Indonesia, serta Hagai Pakan selaku fashion stylist. Mereka sepakat menyebut kreasi sustainable fashion kelompok 3 SMK NU Banat sebagai pemenang fesyen berkelanjutan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bikin Bangga

Denny yang menjadi mentor para siswa SMK itu mengaku bangga dengan pencapaian anak didiknya. Mereka, kata dia, sudah bisa menghasilkan rancangan apik dengan jahitan rapi, padahal baru sekitar dua tahun menempuh pendidikan di jurusan itu.

"Mereka pelajar di kelas XI yang baru naik ke (kelas) XIII). Proses belajar mengajarnya dimulai dari program kita. Karena itu, bisa membuat koleksi seperti ini, luar biasa loh, apalagi kalau dibuat menjadi program rutin," tutur desainer pemilik label BaliJava itu.

Prinsip sustainable dalam fesyen, kata Denny, merupakan upaya pengarusutamaan isu lingkungan yang masih sering diabaikan. Padahal, industri fesyen merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia, lewat sampah tekstil. Dengan menanamkan konsep itu sejak dini, ia berharap para pelajar bisa lebih sadar dampak atas rancangan busana yang mereka buat.

"Saya tidak menerapkan satu kain utuh dalam satu piece baju. Satu piece jaket saya combine jadi beberapa motif. Ini bagian dari desain tapi juga penerapan sustainable. Seminimal mungkin menghasilkan perca. Harus juga dipikirkan desain padu padan warnanya, karena enggak hanya harus sustain tapi asal. Jadinya malah ngaco," tuturnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Tanamkan Prinsip

Ia mencontohkan kaftan sebagai salah satu potongan yang masuk kriteria sustainable. Seluruh kain terpakai, nyaris tidak ada yang terbuang. Kalau pun ada sisa, para siswa diajak untuk mengolahnya untuk jadi sesuatu yang baru.

"Dari jumpsuit, embelishmentnya diambil dari perca-perca. Saya bilang, kalian enggak harus beli baru. Dari sampah yang ada di rumah, sisa apapun dikumpulin, bisa jadi celana lebar. Dibuat patchwork jadi piece sendiri," ia menambahkan. 

Penerapan keberlanjutan juga bisa lewat pemilihan material serat alam, seperti katun, sutra, dan linen. Dibandingkan serat sintetis seperti poliester, serat alam lebih cenderung bisa terurai di tanah walau prosesnya berlangsung lama.

Tetapi, yang terpenting dari aplikasi adalah pemahaman pelajar soal konsep keberlanjutan di industri fesyen. "Kita sebagai manusia di Bumi sudah harus memperhatikan keberlanjutan Bumi kita. Kita harus punya pemikiran untuk lebih mencintai Bumi dengan cara misalnya, tidak terlalu sering beli baju," ujarnya.

Fast fashion yang dianut sejumlah label global dan lokal semestinya ditinggalkan karena mendorong manusia lebih konsumtif. Kebanyakan baju di lemari akhirnya terbuang menjadi sampah. "Ini problem nyata dari sampah (fesyen)," kata dia.

4 dari 4 halaman

Bibit Desainer

Sementara, Renita berharap ajang itu mampu menghasilkan desainer asal Kudus yang berkiprah di kancah nasional. "New generation yang angkat batik Kudus. Kita siapkan bibit unggul untuk jadi desainer-desainer yang andal...Golnya jangka panjang," katanya.

Bukan hanya busana sustainable, 182 siswa SMK yang terbagi ke dalam 14 kelompok berisi sekitar 13 pelajar itu juga diminta untuk merancang busana batik dan ready to wear. Ada dua sekolah yang terlibat, yakni SMK NU Banat dan SMKN 3 Kudus.

Berikut daftar pemenang Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion oleh Denny Wirawan:

● Kelompok Terbaik SMKN 3 Kudus: Kelompok 13 - Jaring Laba - Laba

● Kelompok Terbaik SMK NU Banat Kudus: Kelompok 5 - Revati

Kelompok terbaik dari dua sekolah mendapat hadiah voucher Blibli masing-masing kelompok senilai Rp13 juta persembahan Bakti Pendidikan Djarum Foundation.

● Kategori terbaik busana Ready to Wear: Kelompok 11 dari SMKN 3 Kudus - The Blessing of Parijoto, atas nama Annisa, Adel, Aulia, dan Fitria

● Kategori terbaik busana Sustainable Fashion: Kelompok 3 dari SMK NU Banat Kudus - Basundari, atas nama Nayla, Nihayatul, Ade, Anissa, dan Mirna.

● Kategori terbaik busana Batik Kudus: Kelompok 1 dari SMK NU Banat Kudus - Sheng, atas nama Nindy, Intan, Khansa, dan Diana.

Para pemenang kategori terbaik busana ini akan mendapatkan beasiswa kelas intensif di ESMOD Jakarta persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation.

● Kategori Harper’s Bazaar favourite look sebagai bentuk apresiasi khusus: Kelompok 6 dari SMK NU Banat Kudus - Paciencia yang berhak mendapatkan langganan majalah Harper’s Bazaar Indonesia selama tiga bulan.

● Kategori Mentor Favourite Look: busana Batik Kudus Kelompok 2 dari SMK NU Banat Kudus - Tabaco atas nama Ziyan, Dwi, Fatima, dan Natasya. Pemenang kategori ini berhak mendapatkan kesempatan magang bersama Denny Wirawan di Jakarta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.