Sukses

Keluhan Konsumen soal Aturan Pengembalian Barang Mewah yang Dibeli Online Naik Lebih dari 100 Persen

Salah satu aturan yang membuat warga Korea tak puas adalah mereka harus membayar mahal agar bisa mengembalikan barang mewah yang tak memuaskan.

Liputan6.com, Jakarta - Minat warga Korea Selatan untuk berbelanja barang-barang mewah via online meningkat. Namun, keluhan konsumen terkait kebijakan pengembalian produk juga ikut naik. Menurut pengamat industri, Minggu, 14 Agustus 2022, mayoritas keluhan seputar biaya tambahan yang dikenakan untuk pengembalian barang dan bahkan beberapa menolak pengembalian produk.

Dikutip dari Korea Times, Selasa (16/8/2022), Badan Konsumen Korea melaporkan 655 keluhan diajukan konsumen kepada perusahaan fesyen mewah pada tahun lalu, meningkat 101,5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara pada 2020 tercatat 352 kasus, dan pada 2019 hanya 171 kasus keluhan konsumen.

Keluhan terbanyak yang diajukan konsumen adalah terkait rendahnya kualitas barang mewah yang mereka dapatkan. Jumlahnya mencapai 33 persen. Sementara, 28 persen konsumen tidak puas atas sikap perusahaan yang menolah pengembalian barang.

Kasus disusul dengan 10,8 persen mereka yang mengajukan keberatan atas biaya pengembalian, dan 6,1 persen lainnya mengeluhkan soal pengantaran barang yang terlambat.

"Aku membeli kaus dari Balaan senilai 280 ribu won (sekitar Rp3,2 juta) baru-baru ini, tapi aku tak menyukainya sehingga aku putuskan untuk mengembalikannya. Tetapi mereka memintaku membayar 80 ribu won (Rp903 ribu) sebagai biaya pengembalian. Itu membuatku berpikir perusahaan mencoba mencegahku untuk mengembalikan barangnya," kata Kang yang berusia 32 tahun.

Konsumen lain yang bermarga Lee juga membeli sepasang sepatu dari Italia lewat platform belanja online barang mewah lokal Tren:be bulan lalu. Ia mengaku harus menunggu hampir sebulan sebelum pesanannya datang.

"Katanya sepatuku akan tiba dalam seminggu di laman itu, tetapi nyatanya lebih dari tiga minggu baru aku menerimanya," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjelasan Toko

Lee juga kesal karena ukuran sepatu yang dipesannya ternyata terlalu besar untuk kakinya. Tapi, ia memutuskan untuk tetap memakainya karena butuh sebulan lagi untuk mendapatkan uangnya kembali.

"Aku pikir aku tak akan lagi membeli barang-barang mewah dari online mulai sekarang," ucap Lee.

Pihak e-commerce barang mewah lokal pun membela diri. Mereka menyatakan sudah menginformasikan kepada konsumen mereka bila mereka akan dimintai biaya pengembalian bila bermaksud mengembalikan produk karena kerusakan kecil, seperti goresan kecil, kerutan atau penyok.

"Platform kami adalah sistem pasar terbuka. Kami menghubungkan pelanggan kami dengan toko lokal di Eropa untuk mendapatkan harga termurah. Ada biaya pengiriman pulang pergi ke luar negeri yang harus dibayar konsumen kami jika mereka mengembalikan barang hanya karena berubah pikiran. Inilah yang membuat pengembalian mahal untuk pembelian di luar negeri dan kami tidak dapat mendukungnya," kata seorang pejabat Tren:be.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Tas Mewah Pria

Sementara, pasar barang mewah bekas juga menjadi barang incaran para kolektor, khususnya para pria. Di Rebag, situs penjualan kembali tas desainer populer, melansir Vogue, Jumat, 5 Agustus 2022, pria saat ini mencapai sepertiga hingga setengah dari basis pelanggan.

"Bermacam-macam tas mewah kami yang diperluas dengan label, seperti Christian Dior, Louis Vuitton, Hermes, Prada, dan Chanel, terutama tas selempang, tas kurir, gaya selempang, dan ransel, populer di kalangan konsumen pria," kata Charles Gorra, CEO dan pendiri Rebag.

Di Amerika Serikat, basis pelanggan tas tangan di StockX, pasar barang bekas online lainnya, sekarang juga terbagi rata antara pria dan wanita. Rachel Makar, direktur aksesori StockX, mengatakan meningkatnya minat pada tas bekas tidak berbeda dengan bagaimana pria terobsesi dengan sneaker di masa lalu.

"Banyak faktor yang memengaruhi budaya sneaker dan membuat sneaker edisi terbatas begitu dicari, begitu pula dengan dorongan permintaan tas dan aksesori pria," katanya, menambahkan bahwa penjualan tas eksklusif atau kolaborasi desainer yang unik telah membuat barang tersebut jadi jauh lebih didambakan.

4 dari 4 halaman

Barang Universal

Di StockX, tas Louis Vuitton X Supreme menjadi barang terlaris, begitu pula dengan penjualan aksesori lain dari merek tersebut. Permintaannya meningkat hampir 90 persen dalam tiga tahun terakhir.

Peningkatan permintaan pada tas pria yang chic itu salah satunya disebabkan jumlah pilihan tas telah berkembang. Pasar barang bekas telah meningkat sebagai efek riak, meski tidak berarti pria tidak membeli tas wanita.

Baru musim semi 2022 ini saja, ada banyak tas pria untuk dilihat. Jil Sander merilis tas hobo kulit cokelat besar di runway-nya, sementara Hermes menunjukkan tas jinjing Birkin klasiknya dan Dior menawarkan tampilan baru pada tas bahu Saddle khasnya. Gayanya masih tetap, meski kurang tradisional dibandingkan tas kerja atau ransel.

Sementara itu, pada step-and-repeats, selebritas A-list, seperti Jaden Smith, Harry Styles, dan Lil Nas X semuanya telah melangkah keluar dan membuktikan tas sebagai barang universal. Minat baru dalam mengumpulkan tas lebih pas disebut dibonceng daripada menyalip sepenuhnya.

"Tas bekas pria tidak begitu banyak mengambil alih pasar sepatu kets bekas seperti yang dibangun di atasnya," kata Makar, pembeli pakaian pria terkemuka untuk Saks Fifth Avenue dan Bergdorf Goodman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.