Sukses

Trik Edukator Museum agar Anak-Anak Sekolah Fokus Dengar Cerita Sejarah

Edukator museum memiliki cara tersendiri untuk menarik atensi anak-anak sekolah untuk fokus mendengarkan penjelasan terkait sejarah.

Liputan6.com, Jakarta - Edukator museum tak hanya bertugas untuk memandu atau mendamping saat pengunjung mendatangi sebuah museum. Mereka juga bertugas untuk menyusun dan menjelaskan materi edukasi terkait perjalanan sejarah bangsa.

Pengunjung museum tak sedikit pula adalah anak-anak sekolah yang duduk di bangku SD dan SMA. Setiap pemandu tentu punya cara tersendiri untuk menyampaikan materi pada anak sekolah, begitu pula dengan edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Wahyuni.

"Pertama itu gaya bahasa, memang butuh kebiasaan untuk berhadapan dengan anak-anak, mereka bisa tetap fokus dengan kita, ikut tertawa kalau kita menceritakan sesuatu yang lucu, kemudian ikut tunjuk tangan ketika mengajukan pertanyaan," kata Wahyuni kepada Liputan6.com, Jumat, 12 Agustus 2022.

Yuni, begitu ia akrab disapa, menambahkan bahwa butuh mempelajari hal-hal tersebut untuk berhadapan dengan ana-anak. "Lama-lama mahir, gaya komunikasi harus menempatkan dengan lawan bicara," lanjutnya.

Poin penting kedua yang dikatakan Yuni adalah cara penggunaan bahasa. Ia harus menghilangkan kesan anak-anak sedang belajar, tetapi mereka sedang bermain di museum.

"Tapi, mereka harus ada yang bisa diterima. Juga kita harus menyampaikan sejarah bangsa bahwa museum ini penting banget bagaimana menanamkan nilai ini sangat penting bagi bangsa kita dan ini juga harus menimbulkan semangat," terang sang edukator.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjelasan Edukator

Yuni mengungkapkan kepada anak-anak spirit itu dengan menjelaskan dahulu para petinggi bangsa sampai tidak tidur untuk menyusun naskah proklamasi demi memperjuangkan kemerdekaan. Mereka juga rela berkorban, saat berkumpul untuk menyusun naskah proklamasi, hanya ada dua tanda tangan yang dikenal hingga kini.

"Tapi hanya dua nama yang terkenal ada dua tanda tangan yang tertera di proklamasi, yang lain gimana? Betapa besar hati mereka para perwakilan daerah adalah orang orang terpandang di daerahnya, mereka menahan ego ketika Sukarni mengusulkan yang tanda tangan jangan semua, cukup Soekarno-Hatta saja," jelas Yuni.

Ia menerangkan bahwa para petinggi bangsa dari setiap daerah lainnya menerima hal tersebut dengan lapang dada. "Karena mereka cita-citanya Indonesia merdeka, mereka tidak mau terkenal, tapi itulah hutang kita sama mereka kita harus mengenal dan mengambil nilai-nilai dari hidup mereka," katanya.

Selain itu, Yuni menyebut juga dapat mengetahui anak-anak menangkap penjelasannya dengan memberi pertanyaan. Kegiatan ini dibalut dengan sesuatu yang menarik seperti kuis dengan penyampaian lebih menyenangkan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Adopsi Digitalisasi

Yuni menyampaikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi direvitalisasi dalam hal gedung, tampilan tata pamer, dan cara pemanduan sejak 2014. Sejak itu pula, pihaknya mencoba menghilangkan stigma museum itu kuno, menyeramkan, tidak mengasyikan, dan sebagainya. 

Puncaknya ketika pandemi Covid-19, museum didorong untuk dapat melayani pengunjung di tengah pembatasan. Saat layanan secara langsung harus tutup sementara waktu, muncul inovasi baru.

"Semisal punya virtual tour dengan mengunjungi website museum. Masyarakat akses ke website museum bisa melihat isi museum, ada foto-foto 360 derajat yang bisa diakses seakan-akan berada di sana," kata Yuni.

Museum yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini juga menyediakan layanan tur virtual untuk sekolah-sekolah ketika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan. Sejarah di museum ini merupakan salah satu materi yang diajarkan di sekolah.

"Dengan kita menawarkan layanan virtual tour, sekolah-sekolah meminta melalui Zoom dan Google Meet, jadi membuat variasi pembelajaran di saat pandemi dan itu berlangsung sampai saat ini. Banyak sekolah-sekolah di luar Jakarta mengajukan permohonan virtual tour," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Fitur Menarik

Pihak Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga punya fitur-fitur lain yang bisa dinikmati pengunjung saat datang ke museum. Salah satunya aplikasi SIJI yang dapat diunduh melalui Playstore, dilanjutkan dengan membuka website museum www.munasprok.co.id.

"Setelah itu, klik 'galeri,' klik 'museum virtual,' bisa mulai tur. Ada gambar yang menempel dinding museum, nanti arahkan handphone yang sudah ada aplikasi SIJI ke gambar tersebut akan muncul video yang menceritakan koleksi itu melihat suasana di ruangan tersebut," jelas edukator museum tersebut.

Selain itu, tersedia pula fitur multimedia touchscreen, dan pengunjung Museum Perumusan Naskah Proklamasi bisa mencoba gim, kuis, dan menyaksikan video-video. Suguhan yang mengadopsi digitalisasi tersebut diterapkan guna melengkapi layanan bagi pengunjung.

"Kita benar-benar beradaptasi memanfaatkan kemajuan teknologi," tambahnya. "Kita menceritakan koleksi dan isi dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Paling utama yang masih bertahan karena materi yang kita sampaikan di museum itu sangat menunjang proses pembelajaran di sekolah."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.