Sukses

Ibu Muda Bawa Bayi 6 Bulan Susuri Hutan dan Naik Gunung, Apa Alasannya?

Wanita ini juga membagikan foto anaknya yang digendongnya lengkap dengan pakaian hangat saat naik gunung.

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak destinasi yang bisa kita kunjungi untuk melepas penat dari keseharian yang cenderung monoton, seperti naik gunung. Namun, apa jadinya kalau Anda menaiki gunung sekeluarga lengkap dengan anak, tapi anak Anda masih berusia sangat belia? Selain persiapan yang super matang, pertimbangan akan keselamatan juga harus dipikirkan sedetail mungkin.

Seperti yang bisa kita lihat lewat video viral di TikTok yang dibagikan baru-baru ini. Video yang diunggah oleh pemilik akun @niavennya ini membagikan momennya bersama suami dan sang anak mendaki Gunung Sumbing yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa.

Dalam tulisan di video tersebut, wanita bernama Nia ini menyampaikan dirinya mengajak bayinya yang masih berusia 6 bulan untuk mendaki sebuah gunung. Menurut dia, kegiatan itu menjadi momen pertama kali si anak mendaki gunung.

"Duit bisa dicari, kapan lagi ajak bayi 6 bulan naik gunung untuk pertama kali," tulisnya dalam video tersebut. Nia juga membagikan foto bayinya yang digendong oleh dirinya lengkap dengan pakaian hangat.

Keduanya menyusuri alam rimba sampai ke puncak gunung. Turut ditemani sang suami, keluarga kecil itu menyusuri bahkan terlihat mampu mencapai puncak gunung. Mereka berkemah sambil melihat langit senja yang terlihat begitu indah. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keselamatan Bayi

Video yang dibagikan itu menghebohkan jagat TikTok. Warganet dibuat khawatir akan keadaan bayi yang semestinya baru selesai ASI eksklusif.

Warganet mempertanyakan cara keselamatan si bayi dan pertimbangan si ibu untuk mengajaknya menyusuri hutan dan gunung. Tapi, ada juga yang mengomentari kalau hal itu cukup aman untuk dilakukan.

"Duit bisa di cari nyawa ga bisa diganti. Kalo sampe ada apa apa," komentar seorang warganet. "Haloo, saya jg seorang ibu. Alangkah baik nya tidak mengikuti ego sendiri, bayi cukup rentan, baik secara fisik maupun non fisik. bijaklah menjadi orangtua," timpal warganet lainnya.

"ini aman kok guys. Memang, bukan untuk ditiru semua orangtua (terlebih yang belum banyak pengalaman). tapi mendaki aman utk bayi 3 bulan ke atas," tulis warganet lainnya.  Sampai berita ini ditulis, unggahan itu sudah dilihat lebih dari 2,3 juta kali dan disukai lebih dari 153 ribu kali.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Lereng Gunung

Sadar unggahannya menuai pro kontra, Nia pun menanggapi. Ia mengatakan bahwa keluarganya memang tinggal di lereng gunung.

"Akhirnya yg pro komen, sekalian saya jelasin ya keluarga kami tinggal di dekat lereng gunung sumbing, dan kalau kalian lihat video saya kebawah mungkin sudah tahu alasannya," ia menjelaskan.

Mendaki gunung tidak hanya identik dengan kaum pria, tetapi juga kaum wanita. Namun harus diingat, pada dasarnya, ada empat kemampuan yang harus dimiliki pendaki, yaitu kemampuan teknis, kebugaran, kemanusiaan, dan pemahaman lingkungan. Khusus pendaki perempuan, terdapat sejumlah hal lain yang harus diperhatikan, seperti dipaparkan dalam acara Women Adventure Camp (WAC) 2021 yang digelar EIGER.

1. Kenali bahaya objektif dan subjektif dalam perjalanan

Iwan "Kwecheng" Irawan, salah satu World Seven Summiter asal Indonesia, menjelaskan, ada dua jenis bahaya dalam kegiatan luar ruang, yaitu bahaya objektif dan subjektif. Bahaya objektif merupakan bahaya akibat faktor alam seperti ketinggian, cuaca, oksigen, medan, dan curah hujan. Sedangkan bahaya subjektif dilandasi faktor orang.

4 dari 4 halaman

2. Menjaga Higienitas

dr. Ratih Citra Sari, lulusan Wilderness Medicine di Stanford University, memaparkan cara menjaga kebersihan organ intim perempuan. "Masih banyak pendaki perempuan yang abai dengan higienitas saat berkegiatan dengan berbagai alasan. Padahal, ini bisa berdampak besar di kemudian hari kalau tidak diperhatikan sejak awal, seperti mengalami vaginitis atau infeksi vagina hingga sulitnya memiliki keturunan," terang dr Ratih.

Hal lain yang harus diperhatikan para pendaki perempuan adalah sampah pembalut. Ia menekankan untuk selalu membawa turun sampah pembalut selama berkegiatan.

3. Menyiapkan Perbekalan Ramah Lingkungan

Siska Nirmala, yang dikenal melalui akun instagram @zerowasteadventure, menjelaskan, ketika mendaki gunung, dia sebisa mungkin menghindari makanan kemasan. Ia menggantinya dengan buah-buahan, sayur, atau bahan masakan lain yang dibungkus dengan kotak atau tas jaring untuk menjaga ketahanannya.

4. Pilih outfit yang aman dan nyaman

Pada dasarnya, ada tiga layer yang harus diketahui para pendaki, yaitu base layer, mid layer, dan outer layer. Ketiga lapisan ini punya manfaatnya masing-masing. Juga, berperan penting dalam menjaga suhu dan kondisi tubuh saat mendaki gunung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.