Sukses

Perubahan Iklim Bikin Gelombang Panas Jadi Lebih Sering dan Lebih Lama

Gelombang panas di seluruh dunia kian intens dan para ilmuwan menyampaikan tanggapannya.

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang panas Inggris baru-baru ini begitu "membara." Kondisi suhu panas tersebut terjadi setidaknya 10 kali lebih mungkin akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia, demikian sebuah analisa baru oleh World Weather Attribution (WWA) menunjukkan.

Dikutip dari CNN, Jumat, 29 Juli 2022, mereka juga menyebut bahwa temuannya kemungkinan terlalu rendah. Pasalnya, alat yang tersedia bagi para ilmuwan memiliki keterbatasan dan menciptakan kekurangan tentang seberapa besar peran yang dimainkan manusia dalam gelombang panas.

Gelombang panas menjadi lebih sering dan lebih lama secara global. Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim yang disebabkan manusia memiliki pengaruh pada banyak hal.

Pertanyaan yang lebih sulit untuk dijawab: "Seberapa besar pengaruh manusia?" Untuk menentukan pengaruh manusia terhadap panas ekstrem, para ilmuwan menggunakan kombinasi pengamatan dan model iklim. Panas ekstrem yang diamati di Eropa barat meningkat lebih dari yang diperkirakan model iklim.

"Sementara model memperkirakan emisi gas rumah kaca meningkatkan suhu dalam gelombang panas ini sebesar dua derajat celcius, catatan cuaca historis menunjukkan bahwa gelombang panas akan jadi empat derajat celcius lebih dingin di dunia yang belum dihangatkan oleh aktivitas manusia," jelas WWA dalam keterangannya.

Pihaknya melanjutkan, ini menunjukkan bahwa model meremehkan dampak nyata dari perubahan iklim yang disebabkan manusia pada suhu tinggi di Inggris dan bagian lain dari Eropa Barat. "Ini juga berarti bahwa hasil analisa konservatif dan perubahan iklim kemungkinan meningkatkan frekuensi kejadian lebih dari faktor-faktor yang diperkirakan penelitian," tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi di Inggris

Inggris pekan lalu mengalami suhu tinggi yang naik lebih dari 40 derajat celcius untuk pertama kalinya dalam rekor pada 19 Juli 2022, yakni mencapai 40,3 celcius di desa Inggris, Coningsby. Pemerintah Inggris mengeluarkan peringatan panas ekstrem tingkat pertama untuk beberapa wilayah mereka, termasuk ibu kota, London.

Saat suhu melonjak, infrastruktur negara itu takluk. Rel kereta api tidak berbentuk, landasan pacu bandara bahkan meleleh.

Pemadam kebakaran London menyatakan "insiden besar" ketika sejumlah kebakaran terjadi, dalam apa yang dikatakan dinas itu sebagai hari tersibuk sejak Perang Dunia II. Orang-orang disarankan bekerja dari rumah, beberapa sekolah ditutup, sementara rumah sakit dan layanan darurat dibatasi.

"Di Eropa dan bagian lain dunia kita melihat semakin banyak gelombang panas yang memecahkan rekor menyebabkan suhu ekstrem yang menjadi lebih panas (dan) lebih cepat daripada di kebanyakan model iklim," kata Friederike Otto dari Grantham Institute for Climate Change di Imperial College London, yang memimpin proyek WWA.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Pemanasan Global

Otto menyebut, "Ini adalah temuan mengkhawatirkan yang menunjukkan bahwa jika emisi karbon tidak segera dipotong, konsekuensi dari perubahan iklim pada panas ekstrem di Eropa, yang sudah sangat mematikan, bisa lebih buruk daripada yang kita duga sebelumnya."

Setiap sepersekian derajat pemanasan global akan membawa dampak buruk dari krisis iklim. Dunia telah memanas rata-rata sekitar 1,2 derajat celcius, dan ada konsensus yang berkembang bahwa manusia harus mencoba menjaga pemanasan hingga 1,5 derajat untuk menghindari titik kritis, beberapa ekosistem yang diandalkan Bumi untuk keseimbangan ekologisnya mungkin berjuang untuk pulih.

Para ilmuwan mengatakan, hasil model juga menunjukkan gelombang panas sekuat minggu lalu di Inggris "masih langka di iklim saat ini," dengan kemungkinan satu persen terjadi setiap tahun. Namun sekali lagi, catatan cuaca menunjukkan hasil simulasi komputer konservatif dan peristiwa panas ekstrem serupa kemungkinan akan terjadi lebih sering. Menanggapi publikasi analisis WWA baru, Dr. Radhika Khosla dari Oxford Smith School of Enterprise and the Environment, memuji para ilmuwan atas kecepatan mereka. 

4 dari 4 halaman

Analisa

Khosla mengatakan, "Dengan menganalisa cepat berdasarkan metode peer-review yang telah mapan, tim WWA bisa mendapatkan hasil berbasis bukti ke domain publik sementara kita semua masih dapat mengingat gangguan besar dari panas ekstrem minggu lalu. Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian penelitian yang semuanya menunjukkan hasil yang sama: perubahan iklim membuat gelombang panas lebih mungkin terjadi dan lebih intens."

"Tingkat panas yang dialami Inggris sekarang berbahaya: itu membebani infrastruktur, ekonomi, sistem pangan dan pendidikan kita, serta pada tubuh kita. Seperti yang ditunjukkan penelitian, banyak rumah di Inggris menjadi tidak dapat dihuni dalam panas yang ekstrem. Beradaptasi terhadap kenaikan suhu, membangun ketahanan panas dengan pendekatan berkelanjutan, dan melindungi orang adalah prioritas mendesak karena suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya jadi normal."

Peter Stott, seorang rekan sains dalam atribusi iklim di Met Office Inggris, mengatakan ini bukan terakhir kalinya negara itu akan dipaksa menghadapi hal ekstrem seperti itu. "Suhu di atas 40 celcius akan terjadi lagi, mungkin dalam beberapa tahun ke depan, dan sangat mungkin selama beberapa dekade mendatang," kata Stott. "Hanya dengan membatasi emisi gas rumah kaca kita dapat mengurangi risiko ekstrem seperti itu jadi semakin sering."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.