Sukses

Turis Nigeria yang Kabur dari Thailand Usai Positif Cacar Monyet Ditemukan di Kamboja

Turis Nigeria itu merupakan kasus positif cacar monyet pertama di Thailand.

Liputan6.com, Jakarta - Turis Nigeria yang kabur usai dinyatakan sebagai kasus positif cacar monyet pertama oleh otoritas kesehatan Thailand akhirnya terlacak. Polisi berhasil menemukannya di Kamboja.

Pria berusia 27 tahun itu didiagnosis mengidap cacar monyet usai mengunjungi rumah sakit di Phuket pada Senin, 18 Juli 2022. Pejabat kesehatan Thailand, dikutip dari AFP, mengatakan selama menginap di destinasi wisata resor itu, ia kerap mengunjungi dua tempat hiburan setempat.

Sebanyak 142 orang sudah dites untuk memastikan apakah terpapar virus itu atau tidak. Pejabat kesehatan juga menyebut pria Nigeria itu juga berhubungan seks tanpa pengaman dengan seorang perempuan.

Pria yang tak disebutkan namanya itu menghebohkan publik Thailand setelah ia meninggalkan tempat tinggalnya di Phuket. Ia juga mematikan ponselnya dan tak merespons pesan dari polisi maupun petugas kesehatan.

Otoritas Thailand segera memburunya di seluruh negeri. Pada Sabtu, 23 Juli 2022, mereka mendeteksi sinyal ponsel pria itu berada di timur laut Thailand, perbatasan Kamboja.

Setelah mencari di beberapa lokasi, kemarin, polisi Kamboja menemukan pria itu di sebuah wisma tamu di Phnom Penh. Dia lalu dikirim dikirim ke Rumah Sakit Persahabatan Khmer-Soviet untuk menjalani perawatan medis.

"Untuk mencegah infeksi virus monkeypox, Kementerian Kesehatan mengimbau semua orang yang memiliki kontak langsung dengan pasien Nigeria itu untuk mengisolasi diri dan mencari pemeriksaan kesehatan," kata Kementerian Kamboja dalam sebuah pernyataan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi

Pasien itu sebelumnya mengunjungi sebuah rumah sakit di Phuket dengan gejala mirip dengan cacar monyet. Menurut pejabat kesehatan setempat, pihak rumah sakit selanjutnya mengambil sampel darah dari pasien dan dites di laboratorium pada Sabtu, pekan sebelumnya. Hasilnya baru keluar pada Senin sore.

"Pada 18 Juli, sekitar pukul 6 sore,kami mengetahui hasilnya dari tes laboratorium pertama di Universitas Chulalongkorn. Setelah mempelajari hasilnya, pihak rumah sakit menelepon pasien untuk mengatur pemindahan untuk mendapatkan perawatan medis, tetapi ia menolak dan mematikan teleponnya," kata dr. Koosak Kookiatkul, kepada Kantor Kesehatan Masyarakat Phuket, dalam jumpa pers, Jumat, 22 Juli 2022.

Menurut kepala kesehatan Phuket, pria itu memasuki Thailand pada 21 Oktober 2021. Ia selanjutnya tinggal di kondominium di kawasan Patong, Phuket, sejak November 2021. Ia kerap mengunjungi tempat hiburan di daerah itu.

Setelah mengunjungi rumah sakit pada 16 Juli 2022, pria itu diminta untuk menjalani karantina mandiri di apartemennya. Namun, menurut dr. Koosak, rekaman CCTV menunjukkan ia meninggalkan apartemennya setelah diinformasikan positif mengidap cacar monyet pada 18 Juli 2022.

Ia lalu menyewa kamar hotel di Patong pada hari yang sama. "Pada 19 Juli, dia masih berada di tempat itu tetapi tidak membiarkan staf membersihkan kamarnya. Pada jam 9 malam, dia meletakkan kunci kamarnya di resepsionis dan pergi," imbuh dr. Koosak.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Darurat Kesehatan Global

Saat ini, lebih dari 16.500 kasus cacar monyet dilaporkan terdeteksi di 74 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakan bahwa wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Keputusan itu diumumkan pada Sabtu pagi, 23 Juli 2022, waktu setempat, setelah WHO menggelar rapat komite darurat kedua tentang masalah ini pada Kamis, 21 Juli 2022.

"Saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari CNN.

Tedros mengatakan komite untuk sementara tidak dapat mencapai konsensus. Namun, dia mengambil keputusan setelah mempertimbangkan lima elemen yang diperlukan untuk memutuskan apakah wabah masuk dalam kriteria darurat kesehatan masyarakat global.

Keputusan yang diambilnya sementara terbatas pada wabah yang menyebar di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang punya banyak pasangan. "Itu berarti wabah ini dapat dihentikan dengan strategi yang tepat dalam kelompok yang tepat," sambung Tedros.

4 dari 4 halaman

Bisa Sembuh

Dikutip dari laman WHO, cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus zoonosis dari genus orthopoxvirus dengan gejala yang sangat mirip dengan gejala pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Ada dua klad virus monkeypox: klad Afrika Barat dan klad Congo Basin (Afrika Tengah).

Nama cacar monyet berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi menimpa seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada 1970.

Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.

Cacar monyet biasanya sembuh sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan menimbulkan gejala yang lebih parah pada manusia, terutama pada anak-anak, wanita hamil, atau orang dengan tingkat kekebalan rendah lainnya. Infeksi manusia dengan klad Afrika Barat tampaknya menyebabkan penyakit yang kurang parah dibandingkan dengan klad Congo Basin, dengan tingkat kematian kasus 3,6 persen dibandingkan dengan 10,6 persen untuk klade Congo Basin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.