Sukses

Polusi Cahaya Ganggu Ritme Musiman Tanaman dan Pepohonan, Apa Bahayanya untuk Kesehatan?

Polusi cahaya salah satunya dicatat mempercepat datangnya sebuah musim yang kemudian memengaruhi kesehatan manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Lampu kota menyala sepanjang malam, yang diidentifikasi sebagai polusi cahaya, dilaporkan sangat mengganggu fenologi tanaman perkotaan. Penelitian baru yang ditulis Associate Professor di Departemen Ilmu Geologi dan Atmosfer, Iowa State University, AS, Yuyu Zhou, menunjukkan bagaimana lampu memperpanjang musim tanam di kota-kota.

Ini dapat memengaruhi banyak hal, mulai dari alergi hingga ekonomi lokal. Dalam penelitian bersama koleganya, melansir Japan Today, Sabtu, 16 Juli 2022, Zhou menganalisa pohon dan semak di sekitar tiga ribu lokasi di kota-kota AS untuk melihat bagaimana mereka merespons kondisi pencahayaan yang berbeda selama lima tahun.

Tumbuhan menggunakan siklus siang-malam alami sebagai sinyal perubahan musim. Mereka menemukan bahwa cahaya buatan telah mempercepat tanggal mekarnya kuncup bunga di musim semi dengan rata-rata sekitar sembilan hari lebih cepat dibandingkan dengan situs tanpa lampu malam hari.

Waktu perubahan warna musim gugur pada daun lebih kompleks, tapi perubahan daun masih tertunda rata-rata hampir enam hari di 48 negara bagian. "Secara umum, kami menemukan bahwa semakin kuat cahayanya, semakin besar perbedaannya," para peneliti mencatat.

Mereka juga memproyeksikan pengaruh masa depan lampu malam hari untuk lima kota AS: Minneapolis, Chicago, Washington, Atlanta, dan Houston, berdasarkan skenario yang berbeda untuk pemanasan global di masa depan. Juga, peningkatan intensitas cahaya malam tahunan hingga satu persen.

"Kami menemukan bahwa peningkatan cahaya malam hari kemungkinan akan terus menggeser awal musim lebih cepat, meski pengaruhnya pada waktu perubahan warna musim gugur lebih kompleks," lapor pihaknya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak pada Kesehatan

 

Pergeseran jam biologis tanaman semacam ini memiliki implikasi penting bagi pergerakan ekonomi, iklim, kesehatan, dan ekologi yang disediakan tanaman perkotaan. Sisi positifnya, musim tanam yang lebih panjang dapat memungkinkan pertanian perkotaan aktif dalam jangka waktu lebih lama.

Tanaman juga dapat memberi keteduhan untuk lingkungan yang sejuk di awal musim semi, kemudian di musim gugur saat suhu global meningkat. Tapi, perubahan pada musim tanam juga dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap kerusakan musim semi akibat embun beku.

Itu juga dapat menciptakan ketidakcocokan dengan waktu organisme lain, seperti penyerbuk, yang diandalkan beberapa tanaman perkotaan. Musim aktif yang lebih lama untuk tanaman perkotaan juga menunjukkan musim serbuk sari lebih awal dan lebih lama, yang dapat memperburuk asma dan masalah pernapasan lain.

Sebuah penelitian di Maryland mencatat setidaknya peningkatan 17 persen dalam layanan rawat inap untuk asma di tahun-tahun ketika tanaman mekar sangat awal dari jadwal seharusnya.

 

3 dari 4 halaman

Mengurangi Polusi Cahaya

Bagaimana waktu warna musim gugur akan berubah ke depan saat polusi cahaya dan suhu Bumi meningkat masih kurang jelas. Suhu dan cahaya buatan sama-sama memengaruhi warna musim gugur dengan cara yang kompleks.

"Proyeksi kami menunjukkan bahwa penundaan tanggal pewarnaan (saat musim gugur) karena pemanasan iklim mungkin berhenti di pertengahan abad dan mungkin terbalik karena cahaya buatan. Ini akan membutuhkan lebih banyak penelitian," para peneliti menyambung.

Bagaimana cahaya buatan perkotaan akan berubah di masa depan juga masih harus diamati lebih jauh. Satu studi menemukan bahwa cahaya perkotaan di malam hari telah meningkat sekitar 1,8 persen per tahun di seluruh dunia pada 2012--2016.

Namun, banyak kota dan negara bagian mencoba mengurangi polusi cahaya, termasuk mewajibkan pelindung untuk mengontrol ke mana cahaya pergi dan beralih ke penggunaan lampu LED, yang menggunakan lebih sedikit energi dan memiliki efek lebih kecil pada tanaman daripada lampu jalan tradisional dengan gelombang lebih panjang.

 

4 dari 4 halaman

Bukan Kali Pertama

Fenologi tanaman perkotaan juga dapat dipengaruhi faktor lain, seperti karbon dioksida dan kelembapan tanah. Selain itu, peningkatan suhu yang lebih cepat di malam hari dibandingkan dengan siang hari dapat menyebabkan pola suhu siang-malam yang berbeda, yang dapat memengaruhi fenologi tanaman dengan cara kompleks.

Memahami interaksi antara tanaman dan cahaya dan suhu buatan ini akan membantu para ilmuwan memprediksi perubahan dalam proses tanaman di bawah iklim yang berubah. Kota-kota kini sudah berfungsi sebagai laboratorium alam.

Bukan kali pertama, malam yang terang sebelumnya telah dilaporkan bisa mengancam manusia, hewan, dan seluruh ekosistem, melansir kanal Health Liputan6.com. Studi pada 2016 menemukan, polusi cahaya bisa mengganggu pola tidur.

Para peneliti menemukan, enam persen mereka yang tinggal di perkotaan dengan cahaya di luar ruangan yang terang kurang istirahat. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang tinggal di daerah dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang.

Selain itu, mereka yang terdampak pencahayaan lebih saat malam hari kemungkinan mengalami kelelahan, serta menderita gangguan fungsi tubuh dan rasa mengantuk yang ekstrem. Penelitian di Harvard bahkan menemukan bahwa cahaya buatan di malam hari bisa meningkatkan risiko kanker payudara. (Natalia Adinda)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.