Sukses

Turis Australia Diminta Buang Sepatu Setelah Liburan di Bali

Selain membuang sepatu, turis Australia yang kembali liburan dari Bali juga direkomendasikan untuk menjalani karantina. Ada apa?

Liputan6.com, Jakarta - Turis Australia yang kembali dari Bali didesak menghadapi pembatasan ketat karena kekhawatiran berkembangnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Wakil Perdana Menteri New South Wales, Paul Toole, mengatakan bahwa penyakit itu "sekarang di depan pintu kami," melansir news.com.au, Sabtu (16/7/2022).

Toole mendorong para pelancong Australia memilih langkah aman daripada menyesal dan meminta mereka memastikan tidak membawa tanah yang terkontaminasi ke Australia. Karena itu, ia memohon pada wisatawan dari Bali untuk membuang sepatu mereka, tidak membawa pulang alas kaki itu ke Negeri Kanguru.

PMK sendiri diidentifikasi sebagai salah satu penyakit ternak paling serius di dunia dan menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, domba, dan babi. Wabah PMK tercatat belum pernah terjadi di Australia dalam 130 tahun terakhir.

Masih tentang pencegahan wabah PMK masuk ke Australia, Senator Queensland Utara, Susan McDonald, menyerukan pembatasan perbatasan lebih ketat, seperti yang berlaku selama pandemi COVID-19. Ini termasuk prosedur karantina untuk penumpang yang kembali dari Bali untuk menghentikan penyebaran penyakit ternak tersebut.

"Kami tidak dapat melebih-lebihkan dampak penyakit mulut dan kuku jika itu masuk ke negara ini,” kata McDonald pada Sunrise. "Ini penyakit yang kejam."

Senator memperingatkan bahwa petani Australia harus memusnahkan hewan sehat di dalam zona karantina. "Konsumen akan membayar lebih untuk daging merah, susu, dan babi," katanya. "Berapa pun harga yang kita bayar sekarang akan terlihat murah di tahun-tahun dan bulan-bulan mendatang.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rekomendasi Karantina

Lebih lanjut McDonald mengatakan, seminggu karantina untuk pelancong yang kembali dari Bali harus dipertimbangkan secara serius. Jika wabah terjadi di Australia, pembantaian massal hewan kemungkinan besar terjadi dan dapat menelan biaya hingga 80 miliar dolar Australia secara nasional dalam satu tahun.

Senator LNP itu menjelaskan bahwa secara tidak sengaja membawa penyakit itu kembali ke Australia adalah risiko bagi siapa saja yang telah berjalan melalui jalan-jalan di Bali. "Mereka mungkin berpikir, 'Saya belum pernah ke peternakan,' tapi yang kami katakan adalah di Bali, Anda memiliki kontak dengan hewan dan orang-orang yang bekerja dengan hewan," kata McDonald.

"Ada kotoran yang bisa Anda bawa atau terseret bersama koper Anda," ia menyambung. "Dampak dari kesalahan ini adalah bencana besar terhadap petani, hewan, dan konsumen Australia.”

9News melaporkan, petani mengaku takut bahwa turis di salah satu dari 103 penerbangan mingguan ke Bali tanpa sadar membawa virus tersebut kembali ke rumah. "Hanya butuh satu kasus," kata Graham Forbes, seorang peternak sapi perah dari Gloucester di New South Wales. "Begitu masuk, kita selesai."

3 dari 4 halaman

Desakan Petani

Forbes mengatakan, peternakannya yang terdiri dari 1.500 sapi tidak akan pernah bisa dibangun kembali, jika Australia mengalami wabah PMK. "Kami akan menyerah," tuturnya. Berbicara di Bandara Sydney, bersama politisi negara bagian NSW dan pelaku lain di sektor pertanian, Forbes mendesak pihak bandara memperkuat bio-keamanan.

"Pagi ini kami tiba di sini dan pesawat sedang diturunkan. Orang-orang itu mengalir begitu saja seperti mereka melompat dari Ruby Princess," katanya, merujuk pada kapal pesiar yang dilanda virus corona baru yang secara kontroversial berlabuh di Sydney selama tahap awal pandemi.

"Itu tidak cukup baik," katanya, putus asa karena orang Australia yang menuju Bali tidak memahami gawatnya situasi tersebut. Lebih dari 128 ribu pemegang paspor Australia melakukan perjalanan ke Bali pada bulan lalu, Australian Border Force mengonfirmasi pada 9news.com.au.

Deteksi satu kasus PMK akan memicu pembekuan nasional pada pergerakan semua sapi, domba, babi, dan kambing. Di luar petani, pengemudi truk dan industri yang secara intrinsik terkait sektor ini akan merasakan efek penguncian transportasi.

4 dari 4 halaman

Larangan Perjalanan ke Bali?

Di tengah desakan tersebut, 7news.com.au melaporkan, Menteri Pertanian Australia Murray Watt telah mengesampingkan larangan perjalanan ke Bali. Watt mengonfirmasi, penutupan perbatasan tidak mungkin dilakukan, dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak mempertimbangkan larangan penerbangan ke Pulau Dewata.

Watt mengatakan, ia dapat memahami kekhawatiran yang meluas dan mengapa orang-orang menyerukan "langkah drastis" seperti menutup perbatasan. Tapi, para ahli biosekuriti tidak menganggap langkah itu perlu diambil.

“Bahkan para pemimpin pertanian yang saya ajak bicara mengatakan bahwa itu adalah langkah terlalu jauh karena akan membahayakan hubungan perdagangan kami dengan Indonesia,” katanya. "Itulah mengapa kami mengambil tindakan tegas, baik di rumah (Australia) maupun luar negeri."

Ini berarti orang Australia yang ingin pergi ke Bali masih dapat melakukan perjalanan mereka, dengan pihak berwenang malah mendesak para pelancong mengikuti saran biosekuriti saat berada di luar negeri. Senada dengan itu, Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menggemakan kekhawatiran ini, tapi menolak seruan untuk memberlakukan karantina bagi pemudik yang kembali dari Indonesia.

"Kami sudah meningkatkan penyaringan, kami meningkatkan berbagai tindakan, baik untuk orang-orang yang kembali atau barang yang datang," katanya pada Sunrise. "Kami mengambil tindakan, tidak hanya di Australia, tapi juga di Bali dan Indonesia untuk memastikan bahwa kita perlu menghentikan penyakit ini masuk ke Australia, karena akan memiliki konsekuensi berat jika itu terjadi.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.