Sukses

Teka-teki di Balik Nasib Restoran Terapung Hong Kong

Misteri semakin mendalam mengenai nasib Restoran Terapung Jumbo Hong Kong.

Liputan6.com, Jakarta - Misteri mengenai nasib Restoran Terapung Jumbo Hong Kong kian menjadi tanda tanya pada Jumat, 24 Juni 2022. Hal tersebut terjadi setelah pemiliknya menimbulkan kebingungan mengenai apakah objek wisata yang kesulitan keuangan itu benar-benar tenggelam saat ditarik dari kota pekan lalu.

Dikutip dari AFP, Senin (27/6/2022), pada Senin, 20 Juni 2022, Aberdeen Restaurant Enterprises merilis sebuah pernyataan yang mengatakan kapal itu terbalik pada Minggu, 19 Juni 2022. Pihaknya menyebut Restoran Terapung Jumbo terbalik di dekat Kepulauan Paracel di Laut Cina Selatan setelah "mengalami kondisi buruk" dan mulai mengambil air.

"Kedalaman air di tempat kejadian lebih dari 1.000 meter, sehingga sangat sulit untuk melakukan pekerjaan penyelamatan," tambahnya.

Pada Kamis, 23 Juni 2022 malam, Departemen Kelautan Hong Kong mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka hanya mengetahui insiden itu dari laporan media, dan segera meminta laporan dari perusahaan. Departemen menyebut laporan itu disampaikan pada Kamis, mengatakan restoran telah terbalik tetapi "saat ini, baik Jumbo dan kapal tunda masih di perairan pulau Xisha," menggunakan nama Cina untuk Paracels.

Beberapa jam kemudian seorang jurnalis AFP dihubungi oleh juru bicara yang mewakili restoran yang mengatakan perusahaan selalu menggunakan kata "terbalik" bukan "tenggelam". Ditanya langsung apakah kapal itu tenggelam, dia kembali menyebut pernyataan itu mengatakan "terbalik", dan tidak menjelaskan mengapa merujuk pada kedalaman air ketika menyebutkan penyelamatan.

South China Morning Post melaporkan percakapan serupa dengan juru bicara perusahaan, mereka bersikeras kapal telah "terbalik", bukan "tenggelam", tetapi menolak untuk mengklarifikasi apakah masih mengapung. Surat kabar itu mengatakan telah diberitahu oleh Departemen Kelautan bahwa perusahaan itu mungkin telah melanggar peraturan setempat jika tidak memberi tahu pihak berwenang tentang insiden tenggelam dalam waktu 24 jam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pernyataan

Pemberitaan yang tersebar luas baik di media lokal maupun internasional pada awal minggu bahwa Jumbo telah ditenggelamkan tidak dibantah oleh perusahaan. AFP telah meminta pernyataan resmi dari Aberdeen Restaurant Enterprises tentang status Jumbo, serta penjelasan rinci tentang apa yang terjadi.

Perusahaan sebelumnya menyebut engineers kelautan telah disewa untuk memeriksa restoran terapung dan memasang penimbunan di kapal sebelum perjalanan, dan bahwa "semua persetujuan yang relevan" telah diperoleh. Objek wisata ditutup pada Maret 2020 akibat pandemi Covid-19 sebagai pukulan terakhir setelah hampir satu dekade kesengsaraan keuangan.

Operator Melco International Development mengatakan bulan lalu bisnis tidak menguntungkan sejak 2013 dan kerugian kumulatif telah melebihi 100 juta dolar Hong Kong (Rp188 miliar). Itu masih menghabiskan jutaan biaya pemeliharaan setiap tahun dan sekitar selusin bisnis dan organisasi telah menolak undangan untuk mengambil alih tanpa biaya, tambah Melco.

Bulan lalu diumumkan bahwa menjelang berakhirnya lisensi pada Juni, Jumbo akan meninggalkan Hong Kong dan menunggu operator baru di lokasi yang dirahasiakan. Restoran itu berangkat sesaat sebelum tengah hari Selasa lalu dari tempat perlindungan topan Pulau Hong Kong selatan, tempat kapal telah berada selama hampir setengah abad.

3 dari 4 halaman

Kejayaan Masa Lalu

Dikutip dari CNA, Selasa, 21 Juni 2022, Restoran Terapung Jumbo ditarik ke luar kota pada Selasa, 14 Juni 2022 setelah bertahun-tahun upaya revitalisasi tidak membuahkan hasil. Saat masa jayannya, raksasa apung sepanjang 76 meter itu dapat menampung hingga 2.300 pengunjung.

Sebelumnya, restoran terapung ini berangkat sesaat sebelum tengah hari dari tempat perlindungan topan Hong Kong selatan, lokasi restoran ini selama hampir setengah abad. Restoran ini didesain seperti istana kekaisaran Tiongkok dan pernah dianggap sebagai landmark yang wajib dikunjungi.

Restoran ini pernah dikunjungi Ratu Elizabeth II hingga Tom Cruise, dan ditampilkan dalam beberapa film, termasuk Contagion karya Steven Soderbergh, tentang pandemi global yang mematikan. Operator restoran mewah menyebut pandemi COVID-19 sebagai alasan untuk akhirnya menutup pintunya pada Maret 2020, setelah sekitar satu dekade kesulitan keuangan.

Pemilik restoran Melco International Development mengumumkan bulan lalu bahwa menjelang berakhirnya lisensi pada Juni, Jumbo akan meninggalkan Hong Kong dan menunggu operator baru di lokasi yang dirahasiakan. Sekelompok warga yang menonton tersebar dan berkumpul di tepi pantai Aberdeen untuk melihat restoran ini diseret.

4 dari 4 halaman

Meredup

Salah seorang yang turut menyaksikan kemajuan restoran yang lamban di perairan penampungan adalah Wong. Ia adalah seorang pria berusia 60 tahun yang mengatakan kepada AFP bahwa dia datang secara khusus untuk melihat keberangkatannya.

"Eksterior selama bertahun-tahun merupakan simbol Hong Kong," katanya, seraya menambahkan bahwa dia pernah makan di sana 20 tahun lalu. "Saya percaya itu akan kembali dan saya menantikannya."

Dibuka pada 1976 oleh mendiang taipan kasino Stanley Ho, Jumbo Floating Restaurant yang menghadirkan kemewahan, dilaporkan menelan biaya lebih dari 30 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp56,6 miliar untuk pembangunannya. Restoran terapung tersebut menampilkan "takhta naga" dalam gaya dinasti Ming serta mural mewah, menurut South China Morning Post.

Tempat berlabuh restoran di pelabuhan Aberdeen secara tradisional merupakan tempat wajib dikunjungi untuk restoran makanan laut. Persaingan sengit untuk pelanggan hanya mendingin ketika operator Jumbo mengakuisisi pesaing terbesarnya, Restoran Terapung Tai Pak, pada 1980-an. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.