Sukses

Selain Max Havelaar, Ini 3 Buku Karya Douwes Dekker yang Wajib Kamu Baca!

Dengan membaca buku dari Douwes Dekker, rasa nasionalisme kamu akan semakin meningkat dan kamu bisa mengetahui protes dan kritik dari kaum humanis Belanda terhadap kerajaan Belanda.

Liputan6.com, Jakarta Eduard Douwes Dekker merupakan penulis berkebangsaan Belanda yang sempat menjadi pegawai residen di Hindia Belanda. Melalui karyanya yang diberi judul Max Havelaar, ia menjadi perhatian dari negeri asalnya, Belanda. Ia membuka tabir penyelewengan yang dilakukan bupati dan kepala residen di Lebak.

Buku tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap kolonialisme di Indonesia. Ia memakai nama pena, Multatuli saat menulisnya. Dengan membaca buku dari Douwes Dekker, rasa nasionalisme kamu akan semakin meningkat dan kamu bisa mengetahui protes dan kritik dari kaum humanis Belanda terhadap kerajaan Belanda.

Nah, selain Max Havelaar, 3 buku karya Douwes Dekker ini wajib kamu baca ya!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Saijah und Adinda

Romansa! Karya sastra ini mengguncangkan kolonialisme Hindia Belanda saat itu. Latar dari kisah ini terletak di Banten. Saijah dan Adinda ini adalah potret buruk dari pemerintah kolonial dan kemiskinan banten pada tahun 1860.

Buku ini mengisahkan kemiskinan masyarakat Lebak yang sangat tragis. Hal tersebut diakibatkan oleh sistem penindasan kolonial dan korporatisme Adipati Lebak. Tanah subur yang dipenuhi dengan berkah tidak membuat kehidupan masyarakat Lebak hidup makmur. Akibat dampak dari Sistem Tanam Paksa rakyat menjadi hidup dalam kesengsaraan, kemelaratan, dan kebodohan.

3 dari 4 halaman

2. Minnebrieven

Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1861. Buku ini berisi surat Fancy dan istrinya Tine. Selain korespondensi surat, buku ini juga berisi empat bukti bahwa orang Jawa dianiaya dan tiga dongen. Buku ini juga menjadi sekuel dari Max Havelaar yang mana berhubungan dengan dakwaan pelanggan Hindia Belanda di saat itu.

Bahkan, menurut penulis Belanda, Willem Frederik Hermans, buku ini merupakan buku yang paling liar dalam sastra Belanda. Namun, bagi Multatuli, cerita dan kesan liar itu menjadi cermin dari sebuah kesetiaan dari penderitaan.

4 dari 4 halaman

3. Woutertje Pieterse

Buku ini mengisahkan seorang bocah Amsterdam yang senang melamun dan juga sangat puitis. Ia tumbuh di kalangan borjuis kecil di era Prancis. Dari lingkungannya tersebut, sifat borjuis mulai tumbuh dalam dirinya.

Bisa dibilang, karya ini merupakan karya yang sulit untuk ditebak alur ceritanya. Maksudnya pun harus dipahami secara lebih rinci. Kamu akan bermain dengan fantasi yang dihasilkan oleh Multatuli. Dalam fantasi dan mimpinya, Multatuli lewat sang tokoh utama,  Woutertje berusaha menciptakan dunia yang lebih baik agar dia bisa bahagia.

Nah, selain Max Havelaar, itu dia buku yang ditulis oleh Douwes Dekker. Dengan membaca bukunya, kamu akan semakin memahami, bahwa perjuangan yang dilakukan untuk melawan penjajah, amatlah sulit. Kelaparan, kemiskinan, bahkan kematian menjadi hal yang jamak ditemui. Untuk merefleksikan semangat perjuangan tersebut, buku yang ditulis oleh Douwes Dekker tadi wajib kamu baca ya!

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini