Sukses

Ganja akan Dilarang di Sekolah Negeri Thailand, Efek Pria Meninggal Akibat Overdosis

Menteri Pendidikan Thailand mengatakan, ia prihatin dengan dampak dari pemakaian ganja terhadap para siswa.

Liputan6.com, Jakarta - Thailand menjadi negara Asia pertama yang melegalkan pertumbuhan ganja dan konsumsinya dalam makanan dan minuman pada 9 Juni 2022, dengan menghapusnya dari daftar narkotika. Meski begitu, Negeri Gajah Putih itu masih tetap membatasi konsumsi ganja bagi beberapa kalangan.

Dilansir dari Bangkok Post,16 Juni 2022, Kementerian Pendidikan Thailand berencana untuk mengeluarkan perintah larangan ganja di sekolah negeri. Tujuannya agar sekolah masih menjadi zona bebas ganja. Trinuch Thienthong selaku Menteri Pendidikan mengatakan, ia prihatin dengan dampak dari pemakaian ganja terhadap para siswa.

"Setiap sekolah yang berafiliasi dengan kementerian akan dinyatakan sebagai zona bebas ganja. Kementerian harus memastikan guru dan siswa memahami pro dan kontra dari mengkonsumsi ganja," ujarnya dalam sebuah pernyataan pada 15 Juni 2022.

Oleh karena itu, diskusi akan diadakan dengan Departemen Kesehatan untuk mendapatkan rincian lebih lanjut tentang tanaman dan potensi efek samping dari penggunaan ganja sebagai bahan makanan serta minuman termasuk kue, roti, dan jus.

Trinuch mengutip kasus baru-baru ini tentang seorang pria Thailand yang meninggal karena gagal jantung setelah menelan ganja secara berlebihan atau overdosis. Nantinya, Kantor Komisi Pendidikan Dasar (Obec) akan menginstruksikan kantor-kantor di wilayah layanan pendidikan untuk secara ketat membatasi penggunaan ganja di sekolah.

Langkah ini didukung oleh Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt, yang mengatakan sekolah yang berafiliasi dengan Administrasi Metropolitan Bangkok atau BMA bertanggung jawab untuk memastikan siswa sekolah dilengkapi dengan pemahaman yang lebih lengkap tentang ganja.

Chadchart mengatakan dia tidak bermaksud untuk menghambat kebijakan pemerintah. Dia hanya ingin memastikan kesehatan dan keselamatan publik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Langkah Pencegahan

Dia merujuk pada kasus baru-baru ini empat orang yang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi tanaman ganja secara berlebihan. Hasil penyelidikan kasus oleh Departemen Layanan Medis BMA saat ini masih tertunda

Pejabat di Kementerian Kesehatan Thailand Kiattiphum Wongrajit mengatakan akan mempercepat penerbitan langkah-langkah pencegahan untuk mengekang penyalahgunaan obat. Karena Undang-Undang Ganja dan Rami belum disahkan, pemerintah bisa memberlakukan lebih banyak peraturan terkait dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat.

Sejak ganja telah dihapus dari daftar narkotika, bagian dari tanaman digunakan untuk pengobatan. Kiattiphum mengatakan ganja dapat digunakan untuk menghasilkan produk yang akan membantu ekonomi pulih dari dampak pandemi.

Namun masyarakat harus tetap waspada dalam menggunakan ganja sebagai sarana rekreasi karena potensi berisiko terhadap kesehatan mental. Setiap ekstrak yang mengandung lebih dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol (THC), senyawa psikoaktif tanaman, masih dikategorikan sebagai narkotika ilegal.

"Kami telah mengeluarkan pemberitahuan untuk membatasi orang dari merokok, karena dapat mempengaruhi kesehatan mental atau menyebabkan kecelakaan lalu lintas," ucap Kiattiphum. (Natalia Adinda)

3 dari 4 halaman

Diserbu Turis Asing

Sebenarnya, Thailand menerapkan kebijakan itu dengan tujuan untuk meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata. Setelah dilegalkan, sejumlah orang terlihat antre di gerai-gerai penjualan minuman infus daun ganja, permen, dan produk lainnya.

Sementara itu, para turis asing di Khaosan Road, Bangkok, menyerbu salah satu truk N ’Louis’ Happy Buds yang menjual ganja. Mereka membeli ganja yang telah dihapus dari daftar narkotika di bawah hukum Thailand.Truk penjual ganja di Bangkok itu kini menjadi lokasi populer bagi turis asing maupun penduduk lokal.

Dilansir dari AsiaOne,, truk itu menjual beberapa jenis ganja seperti "Amnesia", "Jack Haze", dan "Night Nurse".  Para staf terlihat menimbang dan mengemas kuncup dan daun ganja yang dihancurkan pesanan turis asing dan penduduk lokal. Mereka menjual ganja seharga 700 baht atau sekitar Rp294 ribu per gram.

Para staf mengatakan 'obat' itu dapat memengaruhi pengguna dengan berbagai cara seperti membantu mereka tidur lebih nyenyak atau mengurangi kecemasan. Dilihat dari kanal YouTube Lepetitjournal De Bangkok, truk berwarna hijau itu berada di dalam bar yang gelap.

Pelanggan bisa membeli dari berbagai daun yang dipotong-potong ke dalam stoples. Nantinya, penjual akan menimbang daun tersebut dan mengguntingnya menjadi semakin kecil dan dimasukkan ke dalam wadah.

 

4 dari 4 halaman

Nasi Ayam Ganja

Seorang pelanggan dari Kanada bernama Keira Gruttner, termasuk di antara turis yang mengantre di truk di surga wisata Khaosan Road. Ia sabar menunggu staf yang sedang menimbang dan mengemas kuncup dan daun ganja yang dihancurkan.Tak hanya untuk manusia, ganja juga diberikan pada hewan.

Alih-alih memberikan antibiotik, ayam di Thailand, kendati tidak semua, telah diberikan ganja agar tetap kuat dan sehat. Ayam-ayam itu kemudian jadi bahan utama menu nasi ayam yang terbukti populer, lapor The Nation, seperti dikutip dari Mothership, Kamis, 16 Juni 2022.

Sebuah komunitas peternak di Lampang, Thailand utara melakukan percobaan, bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Chiang Mai, untuk memberi makan ganja pada ayam-ayam mereka. Konon, ini dipercaya membantu meningkatkan kualitas daging dan telur.

Sirin Chaemthet, presiden perusahaan komunitas Peth Lanna, mengatakan bahwa peternak memilih ganja setelah ayam masih menderita bronkitis burung meski menerima suntikan antibiotik. Ayam-ayam tersebut dilaporkan mengembangkan kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit sebagai respons konsumsi ganja, selain dapat menahan cuaca buruk

Menurut Sirin, respons terhadap nasi ayam dari ayam yang diberi pakan ganja sudah baik. Perusahaan berencana menjual ayam panggang di masa depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.