Sukses

Debat Sengit Chef Vindy Lee dan Warganet soal Cara Anggun Makan Kerupuk

Chef Vindy Lee juga ditanya apakah sebenarnya kerupuk disajikan saat fine dining sampai-sampai ada cara memakannya dengan anggun.

Liputan6.com, Jakarta - Masih dalam semangat "makan dengan 'anggunly,' supaya tetap slay," chef Vindy Lee kembali berbagi konten di akun Twitter-nya pada 10 Juni 2022. Kala itu, chef Vindy berbagi cara anggun makan kerupuk, yang kemudian menimbulkan pro kontra.

"Fine art of eating Kerupuk," tulisnya dalam keterangan unggahan video berdurasi kurang dari satu menit tersebut. Di klip tersebut, ia mengatakan, "Kerupuk adalah snack favorit, dan hampir (selalu) ada di meja makan Indonesia, tapi berisik dan berantakan."

"Jika Anda berada di acara penting dan makan kerupuk 'bar-barly,' itu sangat turn off dan berisik," chef Vindy melanjutkan. "Kerupuk besar seperti ini, dipatahkan, (dibagi jadi bagian) kecil-kecil. Makan anggunly."

Ia menyambung, "Ini kerupuk kulit, jika digigit mungkin bisa muncrat. Kuncinya, pilih keripik daripada kerupuk."

"Ambil keripiknya. Taruh di atas lidah. Keripik akan empuk jika dicampur air liur. Menikmati (kerupuk) mungkin tidak, tapi Anda akan jadi teman yang diam (tidak berisik) dan slay," ia menuturkan.

Tidak berhenti di situ saja, chef Vindy juga mencontohkan cara makan kerupuk dengan anggun saat makan makanan dengan sedikit kuah. "Ambil sepotong kerupuk, campur dengan cairannya (kuah makanan), biar dia tidak terlalu berisik, baru makan. Tetap slay" jelasnya.

Setelah video yang saat artikel ini ditulis sudah mencatat lebih dari 400 ribu penayangan tersebut dibagikan, ternyata tidak semua orang menganggap itu "cara makan kerupuk yang benar."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sajian Kerupuk Saat Fine Dining

Ada pengguna yang berkomentar, "Kalo aku tim ga makan kerupuk/keripik kalau makan di luar (kecuali warteg/kaki lima) soalnya males ribet. Sekarang malah semenjak pandemi kalo dateng ke kondangan cuma makan cake kecil aja udah, atau puding. Padahal makanannya enak-enak dan banyak bgt, apalagi kalo di hotel mewah."

Komentar ini dibalas chef Vindy Lee dengan menulis, "Honestly I prefer a crispy kerupuk. It’s one of many hassel foods I wouldn’t eat during a formal meal. The strategizing (Jujur saya lebih suka kerupuk yang renyah. Ini adalah salah satu dari banyak makanan hassel yang tidak akan saya makan saat makan formal. Strateginya)"

Pengguna lain berkata, "Ribet banget. Emang ada menu rengginang di fine dining ya?" Chef Vindy menjawab, "I  did events in Los Angeles, Hollywood and San Francisco with Jakarta Tourism Board at W Hotel, attended by business associates and political dignitaries. Yes we served various kerupuk, guests enjoying Fine Indonesian street food in suit and tie (Saya mendatangi acara di Los Angeles, Hollywood, dan San Francisco dengan Dewan Pariwisata Jakarta di Hotel W, dihadiri rekan bisnis dan pejabat politik. Ya kami menyajikan berbagai kerupuk, para tamu menikmati makanan kaki lima Indonesia yang enak dengan jas dan dasi)."

3 dari 4 halaman

Bersikap Terbuka

Vindy menuliskan dalam kicauan berbeda, "You can even eat a $0.02 banana in fine dining. Just be open to new skills and stop being a cynic (Anda bahkan bisa makan pisang seharga $0,02 di santapan mewah. Bersikaplah terbuka terhadap keterampilan baru dan berhentilah jadi orang yang sinis)."

Komentar warganet lainnya berbunyi, "The whole essence & art of kerupuk is in its crispness and you guys want to make it melempem in your mouth first just to satisfy some fine dining etiquette whose core tenets are historically based on elitist eurocentric standards? Ok... (Seluruh esensi & seni kerupuk ada dalam kerenyahannya dan kalian ingin membuatnya melempem di mulut kalian terlebih dahulu hanya untuk memuaskan beberapa etiket santapan yang prinsip intinya secara historis didasarkan pada standar eurosentris elitis? Oke...)"

Ini dibalas chef Vindy dengan menulis, "As a chef I work hard to ensure standards of taste and textures are met. But being a noisy eater is often rude, inconsiderate to others. Beyond 'fine dining' or 'Eurocentric' idiosyncrasies, this is about being polite and having manners some forget to have (Sebagai koki, saya bekerja keras untuk memastikan standar rasa dan tekstur terpenuhi. Tapi, jadi pemakan yang berisik seringkali kasar, tidak pengertian pada orang lain. Di luar keistimewaan 'santapan mewah' atau 'eurosentris,' ini tentang bersikap sopan dan memiliki tata krama yang terkadang dilupakan sebagian orang)."

4 dari 4 halaman

Saling Berbalas Komentar

Cuitan chef Vindy Lee itu dibalas lagi oleh warganet tersebut. Ia menuliskan, "As long as we eat the kerupuk with our mouth closed after biting and try to clean up any mess, I feel that is already polite & having manners. I think it might even be inconsiderate to think of someone eating kerupuk the normal way (the way it's meant to be eaten) as rude (Selama kita makan kerupuk dengan mulut tertutup setelah menggigit dan mencoba membersihkan kotoran, saya merasa itu sudah sopan dan beradap. Saya pikir bahkan mungkin tidak masuk akal untuk menganggap seseorang makan kerupuk dengan cara biasa (cara yang dimaksudkan untuk dimakan) sebagai tidak sopan)."

Chef berdarah Taiwan tersebut rupanya tak mau kalah berdebat. Ia menulis, "I never implied 'eating the normal way' is rude, I simply demonstrated ways to be quiet and neat. Get your facts straight. Goodbye and please block me. (Saya tidak pernah menyiratkan 'makan dengan cara biasa' itu kasar, saya hanya menunjukkan cara untuk (makan dengan) tenang dan rapi. Luruskan fakta Anda. Selamat tinggal dan tolong blokir saya)."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.