Sukses

Fenomena Tiket Pesawat Mahal tapi Layanan Penumpang Minimal di Era Pandemi

Fenomena tiket pesawat mahal tapi layanan minimal itu dirasakan sejumlah penumpang maskapai Korean Air, dari Korea Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena tiket pesawat mahal tak hanya terjadi di Indonesia. Korea Selatan juga disorot karena hal itu. Bahkan, maskapai nasional mereka, Korean Air, sedang jadi sasaran kritik pedas para penumpang dan awak kabin.

Pasalnya, mahalnya tiket pesawat tak disertai peningkatan layanan penumpang. Padahal, harga tiket naik lebih dari dua kali lipat dari sebelum pandemi Covid-19, menurut para penumpang dan pengkritik, Kamis pekan lalu.

"Harga tiket pesawat jauh lebih tinggi, tapi mereka menurunkan standar layanan yang tak berhubungan dengan Covid. Saya  khawatir layanan rendah kualitas itu akan jadi norma," tulis seorang penumpang kelas bisnis yang terbang dari Auckland, New Zealand, menuju Seoul, dikutip dari The Korea Times, Minggu, 12 Juni 2022.

Ia mengeluhkan, alih-alih diberikan handuk hangat sebelum makan, awak kabin hanya menyediakan tisu dingin sekali pakai. Menu buah tidak lagi disajikan, begitu pula dengan lauk-pauk sebagai pendamping ramen. "Dan hanya satu jenis roti pagi dingin," ia menambahkan.

Penumpang Korean Air lain yang terbang ke Bangkok, Thailand, juga mengeluhkan hal serupa. "Saya meminta beberapa selimut karena sangat dingin (di pesawat) dan awak kabin mengatakan ia tak bisa (memberikannya) dan hanya terus meminta maaf," ia menulis.

Penumpang kelas bisnis lain yang terbang dari Paris, Prancis, mengungkap pengalaman kurang menyenangkannya. "Saya meminta segelas sampanye lagi, dan mereka mengatakan 'tidak' dan 'tidak ada soda.'"

"Tiket pesawat sudah naik, tapi sepertinya Korean Air tidak dilengkapi dengan basic in - barang penerbangan yang harus disajikan kepada penumpang untuk menghemat uang, yang menyebabkan ketidaknyamanan (bagi penumpang)," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keluhan Pramugari

Buruknya kualitas layanan Korean Air tak hanya dirasakan penumpang. Sebelumnya, seorang pegawai maskapai nasional itu mengunggah komentar di Blind, sebuah komunitas anonim pekerja kantor, mengkritik kurangnya pasokan dalam penerbangan Korean Air.

"Bahkan jika Anda meminta minuman seperti minuman soda dan jus, kami tidak dapat menyediakannya. Satu kaleng minuman dibagi ke dalam tiga cangkir," ia bercerita.

Si pramugari menambahkan, "Bahkan, ada kekurangan air minum kemasan pada penerbangan jarak jauh. Manajer yang memesan kotak dari cabang karena kekurangan minuman di luar negeri didisiplinkan dan harus membayar barang-barang itu dari kantongnya sendiri."

Pramugari menulis, "Saat memilih makanan, bahkan penumpang kelas satu dan kursi bisnis tidak diberi kesempatan untuk memilih makanan mereka karena kami telah meminimalkan pilihan makanan di dalam pesawat. Bahkan, makanan penutup seperti keju harus dibagi menjadi beberapa porsi."

Tetapi, juru bicara Korean Air menyalahkan gangguan pasokan yang dipicu pandemi. "Pada beberapa rute luar negeri, tidak dapat dihindari bahwa pasokan makanan dalam penerbangan akan dibatasi hanya pada penerbangan yang berangkat dari tujuan luar negeri karena kebijakan karantina lokal, seperti penutupan perbatasan karena Covid-19," kata dia.

3 dari 3 halaman

Nodai Reputasi

Sejumlah tiket pesawat naik tiga kali lipat dibandingkan pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Harga tiket dari Incheon ke Da Nang di Vietnam, yang populer sebagai tujuan liburan musim panas, berharga antara 250 ribu dan 350 ribu won, tiga tahun lalu, tapi sekarang dibanderol 700 ribu won hingga 1 juta won, sekitar Rp8 juta hingga Rp11,4 juta per sekali perjalanan.

Tiket untuk rute Incheon-New York juga melonjak. Harganya dari sekitar 1,2 juta won pada 2019, kini menjadi lima juta won atau lebih dari Rp57 juta per sekali perjalanan.

Tapi, dengan sederet keluhan atas buruknya pelayanan di pesawat yang mencuat, kemungkinan besar akan menodari reputasi Korean Air. Maskapai itu menerima banyak penghargaan layanan bergengsi di masa lalu, termasuk Penghargaan Perhotelan Onboard 2021.

Korean Air juga menempati posisi kedua dalam kategori Best Trans-Pacific Airline, Best Airline in North Asia, dan Best Airline for Flight Attendants dan ketiga dalam Best Airline Cuisine dan Best Airline for Onboard Service oleh Global Traveler's 2021 Tested Reader Survey Awards.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.