Sukses

PR Ekonomi Sirkular untuk Bantu Selesaikan Masalah Sampah Plastik di Indonesia

Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan ekonomi sirkular untuk mengatasi masalah sampah plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Mengatasi masalah sampah tidak mudah, tapi ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Konsep ekonomi sirkular menjadi salah satu cara yang ditempuh pemerintah dalam upaya mengurangi sampah plastik di Indonesia. Pemerintah menargetkan sampah plastik di laut berkurang hingga 70 persen pada 2025.

Konsep ekonomi sirkular berpedoman pada prinsip mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Konsep ini mengedepankan penggunaan sumber daya, sampah, emisi dan energi terbuang diminimalisir dengan menutup siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, pengunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling).

Namun, banyak tantangan yang dihadapi oleh sejumlah pihak dalam merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia, serta betapa pendataan maupun penelusuran alur sampah plastik menjadi aspek yang krusial. Sebagai solusi dari kebutuhan tersebut, hadir sebuah proyek berbasis digital, DIVERT, yang dikembangkan oleh Waste4Change, perusahaan pengelola sampah secara bertanggung jawab, atas pendanaan dari Unilever Global melalui program TRANSFORM.

"Sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 yaitu ‘One Earth’, kami ingin kembali mengajak semua pihak untuk turut serta ambil bagian, berperan secara aktif sesuai dengan perannya masing-masing untuk bersama-sama menjaga bumi kita yang satu," ucap Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment, Unilever Indonesia Foundation dalam webinar bertajuk 'Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik', Kamis, 9 Juni 2022.

"Sebagai perusahan yang telah berada di Indonesia selama lebih dari 88 tahun, kami punya komitmen kuat untuk menciptakan Bumi yang lestari, sejalan dengan strategi besar Unilever yang dinamakan ‘The Unilever Compass’," lanjutnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mata Rantai Daur Ulang

Di Indonesia, 4,8 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik tiap tahun, seperti dibakar di ruang terbuka (48 persen), tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi (13 persen), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9 persen). Menurut pengamatan Waste4Change, kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik salah satunya menyebabkan masih adanya kesenjangan yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang.

Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever. Data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien. Diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat memperoleh bahan baku dari plastik daur ulang dalam jumlah signifikan untuk dapat diolah menjadi kemasan kembali.

Menurut Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PSLB3, KLHK, Sinta Saptarina Soemiarno, program TRANSFORM sangat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta selaras dengan berbagai upaya strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah.

"Pemerintah melelalui PermenLHK 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, para produsen diamanatkan untuk menyampaikan upaya pengurangan sampah mulai dari hulu yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga hilir menarik kembali kemasan pasca-pakai untuk dimanfaatkan kembali atau didaur ulang," jelas Sinta.

3 dari 4 halaman

Teknologi Digital

Sinta berharap proyek membuat semakin sedikit kemasan yang terbuang ke TPA sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia. "Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur," sambungnya.

Sementara, Rizky Ambardi, Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT menerangkan, proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pasca konsumsi. "Sejak dimulai pada September 2021 lalu, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien," terang Rizky.

Rangkaian program yang telah terlaksana tidak lepas dari peran serta mitra pemulung dan pengepul sampah daur ulang. Sampai saat ini, proyek DIVERT telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up sistem ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam jangka waktu 6 bulan.

Salah satu program yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah membuat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memastikan ketertelusuran sampah, capacity building bagi mitra-mitra pengumpul sampah, hingga pengoptimalan fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah. "Dengan adanya ERP, maka pengumpulan, ketertelusuran, serta kuantitas dan kualitas sampah plastik menjadi lebih meningkat," ujar Rizky.

4 dari 4 halaman

Daur Ulang

Unilever meyakini bahwa plastik memiliki tempatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Untuk itu, perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025, pihaknya akan:

1. Mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang;

2. Memastikan 100 persen kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos;

3. Mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual;

4. Meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25 persen.

Upaya yang dilaksanakan mulai dari hulu ke hilir rantai bisnis ini telah memungkinkan Unilever Indonesia untuk membantu mengumpulkan dan memproses lebih dari 45.900 ton sampah plastik di 2021, melalui pengumpulan sampah plastik dari jaringan bank sampah sebanyak lebih dari 24.500 ton serta pemrosesan sampah melalui teknologi Refused Derived Fuel (RDF) sebanyak lebih dari 21.400 ton.

"Sebagai bagian dari ekosistem mata rantai persampahan di Indonesia, mari kita bersama-sama memainkan peran kita untuk bisa menciptakan ekonomi sirkular, demi bumi kita yang hanya satu ini," tutup Maya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.