Sukses

Maskapai Ryanair Dituding Rasis, Wajibkan Penumpang Afrika Selatan Buktikan Kewarganegaraannya

Maskapai Ryanair dituding mendiskriminasi penumpang asal Afrika Selatan dengan perintah tes bahasa untuk membuktikan kewarganegaraan mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Ryanair menuai kecaman karena meminta para pelancong Afrika Selatan untuk mengikuti tes bahasa Afrikaans. Bahasa Afrikaans adalah suatu bahasa Jermanik Barat yang dituturkan di penduduk Afrika Selatan dan Namibia.

Hal itu dilakukan untuk membuktikan kewarganegaraan mereka sebelum menaiki pesawat. Maskapai penerbangan bertarif rendah itu dituduh melakukan diskriminasi rasial, dilansir dari laman CNN, Rabu (8/6/2022).

Mereka memberikan tes kepada penumpang dalam bahasa Jermanik Barat, yang dipaksakan kepada orang Afrika Selatan. Padahal, bahasa itu hanya digunakan oleh sekitar 12 persen populasi di sana.

Berita tentang tes itu terungkap bulan lalu setelah seorang penumpang yang bepergian dari Portugal ke London. Ia mengungkapkan di Twitter bahwa dia telah diminta untuk menyelesaikan "tes dua halaman dalam bahasa Afrikaans" sebelum diizinkan naik ke pesawat.

Langkah itu memicu kemarahan di antara orang Afrika Selatan, dengan banyak yang turun ke media sosial untuk mengkritik maskapai, sambil menunjukkan bahwa Afrika Selatan memiliki 11 bahasa resmi. Mereka juga menyatakan banyak warga Afsel tidak bisa berbicara dalam bahasa Afrikaans.

Dalam pandangan analis penerbangan independen, Alex Macheras menggambarkan keputusan itu sebagai "sangat gila dan diskriminatif."  Namun, pihak Ryanair berdalih tes yang dibuat adalah untuk mencegah pemegang paspor Afrika Selatan palsu lolos pemeriksaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Meminimalkan Paspor Palsu

"Untuk meminimalkan risiko penggunaan paspor palsu, Ryanair mewajibkan penumpang dengan paspor Afrika Selatan untuk mengisi kuesioner sederhana dalam bahasa Afrikaans," bunyi pernyataan yang diberikan kepada CNN.

"Jika mereka tidak dapat mengisi kuesioner ini, mereka akan ditolak bepergian dan diberikan pengembalian uang penuh sebagai gantinya."

Maskapai penerbangan yang beroperasi ke Inggris menghadapi denda Home Office sebesar 2.515 dolar AS atau sekitar Rp36 juta per penumpang untuk siapa saja yang bepergian secara ilegal ke Inggris dengan paspor visa palsu. Komisi Tinggi Inggris di Afrika Selatan juga telah menanggapi, menunjukkan bahwa kuesioner tersebut "bukan persyaratan dari pemerintah Inggris."

Afrikaans adalah bahasa ketiga yang paling banyak digunakan di Afrika Selatan setelah Zulu dan Xhosa. Sementara, Ryanair tidak mengoperasikan penerbangan langsung ke atau dari Afrika Selatan.

3 dari 4 halaman

Mengenal Ryanair

Dihimpun dari beberapa sumber, Ryanair didirikan pada 28 November 1984, Ryanair hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun untuk memulai operasi perdananya. Pada 8 Juli 1985 menjadi tanggal di mana maskapai ini menyanggupi penerbangan komersial perdananya.

Ryanair didirikan oleh Christoper Ryan, Liam Lonergan, dan penguasa asal Irlandia, Tony Ryan. Ryanair sanggup bertahan dan melesat menjadi saingan British Airways dan Aer Lingus saat itu.

Maskapai berbiaya rendah asal Irlandia ini, dengan menggunakan Embraer Bandeirante turboprop aircraft, menjalani operasi perdananya di rute pendek, Waterford menuju London. Nama Ryanair muncul di urutan kedua dalam daftar maskapai Eropa yang paling banyak mengangkut penumpang terjadwal dan charter.

Sejak September 2018, Ryanair telah menerbangkan sebanyak kurang lebih 105,3 juta penumpang. Per 2012 Ryanair mempekerjakan lebih dari 8.500 karyawan, termasuk lebih dari 1.200 pilot.

Ryanair terkenal dengan strategi penghematan biaya operasionalnya yang ekstrem dan menawarkan tiket berharga murah. Maskapai ini menjadi perusahaan publik pada 1997.

4 dari 4 halaman

Jumlah Penumpang Meningkat

Perusahaan menambahkan rute keduanya terbang sela Dublin dan Bandar Udara Internasional Luton dalam kompetisi langsung dengan duopoli Aer Lingus/British Airways sabagai awal mulanya pada 1986.  Pemerintah Irlandia pada masa itu menolak memberikan persetujuan, untuk melindungi Aer Lingus, tapi Inggris, menyetujui layanan tersebut.

Maskapai penerbangan mampu membawa 82.000 penumpang dalam satu tahun, meski dengan dua rute dan dua pesawat. Jumlah penumpang terus meningkat, tetapi maskapai penerbangan ini secara umum mengalami kerugian. Pada 1991, maskapai penerbangan ini membutuhkan restrukturisasi.

Michael O'Leary diberi tugas menjadikan maskapai penerbangan ini menjadi maskapai penerbangan yang menguntungkan. O'Leary dengan cepat memutuskan bahwa kunci sebagai tarif rendah adalah pelaksanaan perputaran secara cepat. Setelah sukses melantai di Dublin Stock Exchange dan bursa saham NASDAQ, maskapai ini meluncurkan layanan ke Stockholm, Bandar Udara Sandefjord.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.