Sukses

Biar Masa Muda Nggak Gitu-gitu Aja, Kamu Wajib Baca 5 Novel Albert Camus Ini!

Atas karya-karya dan dedikasinya, Camus dianugerahi salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia, nobel untuk kategori sastra.

Liputan6.com, Jakarta Lahir pada tanggal 7 November 1913 di Drean (selanjutnya dikenal dengan nama Mondovi), di Algeria Prancis, Albert Camus merupakan salah seorang penulis besar dunia sastra Barat modern. Selain dikenal sebagai penulis, ia juga dikenal sebagai aktivis pada masanya.

Itu terlihat, tatkala pada pertengahan abad 20, ia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk hak asasi manusia. Selama periode tersebut, Camus banyak melakukan protes terhadap berbagai isu dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Saat pemberontakan Algeria atas pemerintahan Prancis pecah, ia dihadapkan atas pilihan untuk membela pemerintah Jerman atau pemberontak Algeria yang merupakan asal orang tuanya. Camus juga menulis untuk Koran L’Express antara periode 1955-1956, selain melahirkan The Plague, The Rebel, dan novel lainnya.

Atas karya-karya dan dedikasinya, Camus dianugerahi salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia, nobel untuk kategori sastra. Dan karya-karya Albert Camus dinilai paling berkontribusi atas munculnya aliran atau paham baru dalam filsafat, Absurdisme.

Nah, dari banyaknya karya yang dilahirkan Albert Camus, 5 novel ini wajib kamu baca untuk mengisi masa muda kamu biar nggak gitu-gitu aja ya!

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. The Stranger

Di novel ini, jelas sekali bahwa Albert Camus terinspirasi oleh pengalaman pribadinya. Ia menceritakan melalui gambaran tokoh lain yang diberi nama Meursault yang tinggal di Al Jazair. Oiya, novel ini pertama kali terbit pada tahun 1942 lho. 

Novel ini juga mengangkat sisi absurdisme dalam setiap ceritanya. Seperti kisah Meursault yang melakukan kejahatan dan diperlakukan sebagai orang buangan. Camus seolah ingin agar pembaca tidak menyukai si karakter utama ini, karena ia digambarkan sebagai manusia tanpa emosi dan acuh tak acuh.

Yang serunya lagi, ia menulis novel ini dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami lho. Ini ciri khasnya Albert Camus banget deh!

 

3 dari 6 halaman

2. The Plague

Novel yang diterbitkan pada tahun 1947 ini menceritakan wabah yang sedang menyerang kota Oran di Aljazair. Novel menceritakan apa dampak dari krisis yang diakibatkan oleh wabah yang menimpa umat manusia itu. Seperti kebanyakan novelnya, ia suka memberi kesan untuk pembacanya tentang hal-hal tidak masuk akal yang sanggup dilakukan oleh manusia, entah itu hal baik atau buruk.

Novel ini merupakan bagian dari seri novelnya yang berjudul "cycle of revolt." Seri ini memfokuskan bagaimana perjuangan manusia melawan kematian dan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk menghindari kematian itu sendiri.

4 dari 6 halaman

3. The Fall

Ini merupakan karya fiksi terakhir dari Albert Camus yang diterbitkan pada tahun 1956. Novel ini berpusat pada seorang pengacara bernama Jean-Baptiste Clamence yang merefleksikan hidupnya pada orang asing. Buku ini penuh dengan monolog dari Clamence yang menceritakan tentang kebangkitan dan kejatuhannya sebagai pengacara di Paris. 

Para kritikus mengatakan bahwa The Fall adalah buku pertama yang begitu menunjukkan jati diri Camus yang sesungguhnya. Novel ini juga dianggap sebagai representasi dari "fall of man" dari Garden of Eden dalam Alkitab.

 

5 dari 6 halaman

4. The Rebel

Diterbitkan pada tahun 1951, The Rebel berfokus pada revolusi pemberontakan dalam masyarakat modern. Albert Camus juga memiliki tujuan untuk merangkum dan menganalisis berbagai teori yang telah ditulisnya sampai saat ini. 

Dalam novel ini, ia berpendapat bahwa sebagai manusia, kita melakukan apa yang ingin kita lakukan karena kita terus mencari makna dari kehidupan ini, meskipun makna tersebut tidak ada. Menurutnya, kita jadi memberontak karena frustasi akan hal ini. Wow, cukup deep ya ungkapannya!

 

6 dari 6 halaman

5. The Myth of Sisyphus

Kalau mau sedikit paham terkait absurdisme, coba deh baca novel ini. The Myth of Sisyphus adalah sebuah esai yang diterbitkan pada tahun 1942, di mana Camus bergulat dengan kenyataan bahwa manusia harus terus hidup meskipun kita tahu bahwa kematian itu tidak terhindarkan, yang secara nggak langsung itu menjelaskan tentang absurdisme. 

Baginya definisi absurd adalah hal yang tidak bermakna. Dengan demikian, keberadaan manusia itu absurd karena keberadaan mereka tidak menemukan pembenaran eksternal. Bagi sebagian orang, hal ini terasa menyedihkan, tetapi bagi Albert Camus yaa nggak!

Nah, itu dia novel yang wajib kamu baca selagi masih muda ya! Btw, Albert Camus ini seorang moralis besar yang berpengaruh di dunia sastra lho. Sayangnya, pada tanggal 4 Januari 1960 karena kecelakaan mobil, ia merasakan absurdisme yang menjadi alirannya! 

 

(*)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini