Sukses

Penumpang Transit di Bandara Changi Singapura Dinyatakan Positif Cacar Monyet

Penumpang pesawat dinyatakan positif cacar monyet itu transit di Bandara Changi Singapura pada 2 Juni 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang penumpang transit di Bandara Changi Singapura menuju Australia dinyatakan positif mengidap cacar monyet alias monkeypox. Dalam sebuah pernyataan pada Senin, 6 Juni 2022, mengutip Mothership, Selasa (7/6/2022), Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengatakan, pihaknya diberitahu tentang kasus itu pada 4 Juni 2022 oleh Kementerian Kesehatan New South Wales.

Pelancong itu tiba di Sydney, Australia pada 3 Juni 2022 dan dinyatakan positif cacar monyet di sana. Sebelum ini, ia berangkat dari Barcelona pada 1 Juni 2022 dan tiba di Bandara Changi pada 2 Juni 2022 untuk transit.

Menurut MOH, pria tersebut tetap berada di area transit holding di Bandara Changi hingga keberangkatannya ke Sydney pada hari yang sama dan tidak mengunjungi area lain di Bandara Changi. Pihaknya menambahkan, "Karena kasus ini tidak masuk ke Singapura atau berinteraksi dengan orang-orang di komunitas, saat ini tidak ada risiko penularan komunitas yang signifikan."

Namun sebagai tindakan pencegahan, MOH telah melakukan pelacakan kontak untuk dua penerbangan terdampak dan mereka yang mungkin telah melakukan kontak dengan pelancong di area transit bandara. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kontak dekat yang dicatat dan karenanya tidak ada persyaratan untuk karantina.

Tapi, 13 orang yang mungkin melakukan kontak biasa dengan pelancong itu akan diawasi melalui telepon selama 21 hari. MOH menjelaskan, orang dalam pengawasan telepon akan menerima panggilan telepon setiap hari untuk memastikan status kesehatan mereka hingga akhir periode pemantauan.

Jika melaporkan gejala yang menunjukkan infeksi monkeypox, mereka akan diperiksa secara medis dan dapat dibawa ke Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) demi menjalani evaluasi lebih lanjut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Terakhir di Singapura

CNA melaporkan, Singapura terakhir mendeteksi kasus cacar monyet pada 2019. Seorang pria Nigeria berusia 38 tahun tiba di Singapura pada 28 April 2019, dan dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut pada 8 Mei tahun itu. Ia pulih dan dipulangkan dari NCID pada 24 Mei 2019.

Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, mengatakan pada 28 Mei 2022 bahwa Singapura "tidak perlu heran" jika cacar monyet terdeteksi di negara itu. Pasalnya, orang-orang bepergian secara luas dan negara itu merupakan pusat komersial dan internasional.

"Syukurlah kami telah menerapkan protokol dan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang diperlukan, dipicu kasus impor pada 2019," tulisnya dalam sebuah unggahan Facebook. "Cacar monyet sangat tidak mungkin jadi pandemi seperti COVID-19. Ini ditularkan sebagian besar melalui kontak fisik yang dekat, dan tidak melalui udara seperti COVID-19, yang menular lebih cepat dan luas."

"Misalnya, jika Anda sangat dekat dengan seseorang dengan lesi ruam akibat cacar monyet, Anda bisa terinfeksi," ia menyambung.

 

3 dari 4 halaman

Masa Inkubasi

Masa inkubasi cacar monyet satu sampai tiga minggu, dan gejalanya bisa berlangsung selama dua sampai empat minggu, kata Ong Ye Kung. Ini termasuk demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam.

Orang dengan "ruam baru yang tidak dapat dijelaskan", bahkan jika mereka tidak bepergian baru-baru ini, harus segera menemui dokter sehingga bisa didiagnosa dan pengobatan dini dimulai, katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumpulkan lebih dari 500 ahli dan lebih dari dua ribu peserta untuk membahas kesenjangan pengetahuan dan prioritas penelitian cacar monyet, lapor kanal Health Liputan6.com.

Para peneliti dan pakar tingkat tinggi dari seluruh dunia bertemu secara virtual selama 2 hari untuk meninjau bukti yang tersedia tentang epidemiologi virus, dinamika transmisinya, karakteristik klinis, penelitian One Health, kerja sama komunitas, dan tindakan pencegahan untuk mengelola penyakit, termasuk perawatan klinis dan vaksin.

Mereka sepakat bahwa tindakan pencegahan yang efektif harus segera tersedia karena jadi kebutuhan yang mendasar, melansir keterangan WHO, pekan lalu.

4 dari 4 halaman

Pengendalian Cacar Monyet

Pengendalian cacar monyet di negara-negara endemi sangat penting untuk mengatasi peningkatan penyakit, dan untuk mengendalikan impor atau wabah di tempat lain. Para peserta sepakat bahwa penguatan kolaborasi di antara para peneliti di negara-negara endemi akan memastikan bahwa pengetahuan ilmiah berkembang lebih cepat.

Para ahli menggarisbawahi perlunya percepatan studi agar lebih memahami epidemiologi penyakit, konsekuensi klinisnya, dan peran berbagai cara penularan. Ini termasuk penelitian dengan pendekatan One Health yang komprehensif untuk memahami, seperti penularan dari hewan ke manusia dan reservoir hewan.

Juga, pengembangan dan evaluasi alat diagnostik yang lebih baik yang tersedia di seluruh dunia, pendekatan yang lebih baik untuk berkomunikasi dan melibatkan masyarakat di daerah terdampak, serta studi untuk mengoptimalkan perawatan klinis suportif.

Tidak ketinggalan, dokumentasi praktik pengendalian dan perawatan terbaik, serta komunikasi data dan bukti ilmiah yang cepat dan transparan terkait monkeypox.

Penyebaran cacar monyet semula terbatas di Afrika barat dan tengah, tapi kasus itu telah dilaporkan di Eropa sejak bulan lalu dan jumlah negara yang terdampak telah bertambah sejak itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.