Sukses

Polemik Tiket Naik Candi Borobudur, Sandiaga Uno Akan Dengarkan Masukan Para Bikhu dan Umat Buddha

Sandiaga Uno menyampaikan harga tiket naik Candi Borobudur untuk wisatawan domestik sebesar Rp750 ribu belum lah final.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan ekonomi kreatif di kawasan Candi Borobudur, destinasi super prioritas ini mulai menggeliat. Hal itu terjadi seiring dengan pandemi yang semakin terkendali.

"Sekarang kita lihat peningkatan kunjungan yang cukup signifikan, namun masih didominasi wisatawan nusantara. Wisatawan mancanegara mulai berdatangan, namun jumlahnya di bawah 10 persen dari total kunjungan," ungkap Sandiaga Uno saat Weekly Press Briefing, Senin, 6 Juni 2022.

Sandiaga mencontohkan, saat Hari Waisak di Candi Borobudur makin banyak reservasi, baik tingkat hunian hotel maupun peminjaman mobil. Hal tersebut juga membangkitkan UMKM-UMKM yang berada di kawasan Candi Borobudur yang membuka peluang usaha dan lapangan kerja.

Terkait polemik rencana kenaikan harga tiket untuk naik ke candi Buddha terbesar di dunia itu, Sandiaga mengaku sudah mendapat masukan dari para bikhu. Sandi menegaskan pemerintah tak ingin mendiskriminasi umat Buddha yang ingin mengakses Candi Borobudur.

"Seperti kita ketahui, untuk umat Buddha sendiri pada Hari Waisak lalu, mereka melakukan peribadatannya di pelataran Candi Borobudur dan itu bukan di kawasan bangunan candi, tapi menghadap candi dengan backdrop yang sangat indah," tutur Sandi.

Sandiaga juga mengimbau masyarakat untuk menjaga keberadaan Candi Borobdur yang merupakan ikon sejarah Indonesia. Oleh karena itu, Borobudur harus betul-betul dijaga sebagai bagian dari keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

"Jangan dalam menjaga Borobudur ini, kita jahat atau menimbulkan polarisasi di antara kita. Mari sama-sama kita tenangkan pikiran dan dinginkan suasana dalam pembahasan Borobudur ini," kata Sandi.

Sebelumnya, Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan rencana menaikkan harga tiket naik Borobudur menjadi Rp750 ribu untuk wisatawan nusantara, dan 100 dolar AS untuk wisatawan mancanegara. Sementara, harga tiket untuk pelajar Rp5 ribu. Penaikan harga dilakukan demi membatasi jumlah pengunjung yang naik ke candi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masih Dibahas

Candi Borobudur ramai jadi perbincangan publik setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang akan menaikkan tiket masuk Candi Borobudur Rp750 ribu untuk wisatawan domestik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan tanggapannya terkait penataan kuota kunjungan dan tiket khusus bagi wisatawan ke Borobudur.

"Borobudur adalah destinasi super prioritas yang sedang kita persiapkan secara totalitas. Apa yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi kemarin, tentu merupakan wujud gerak lintas kementerian lembaga pemerintah pusat pemerintah daerah dan stakeholders," kata Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing, Senin, 6 Juni 2022.

Bagi Sandiaga, pihaknya menjalankan langkah-langkah strategis setelah mendapatkan masukan begitu banyak terkait ramainya kabar harga tiket masuk Borobudur dari warganet, para ahli, pelaku usaha ekonomi kreatif, ahli budaya, tokoh-tokoh agama hingga tokoh masyarakat. Pihaknya akan mengoordinasikan masukan tersebut mengingat itu adalah aspirasi masyarakat.

"Borobudur ini adalah peradaban kita dan ini merupakan peninggalan dari heritage pelestarian budaya kita, dari nenek moyang, bagaimana kita memastikan Borobudur ini adalah destinasi yang ramah terhadap lingkungan," tambahnya.

Dikatakan Sandiaga Uno, hasil laporan beberapa tahun terakhir keausan dari batu-batu di Candi Borobudur ini mengalami degradasi yang drastis. Untuk itu, Sandiaga menyatakan pihaknya akan terus berkoordinasi terkait pengembangan desa wisata sekitar Borobudur.

3 dari 4 halaman

Pembatasan Pengunjung

"Berkaitan dengan harga, tentunya kajian ini disandingkan dengan berapa yang dibebankan kepada wisatawan, bukan hanya di Angkor Wat yang ada di Siem Reap, Kamboja, namun juga di Machu Picchu di Amerika Selatan, maupun piramida yang ada di Mesir," ungkapnya.

Sandiaga mengatakan, "Kami meyakini bahwa kajian yang akan memfinalkan angka seperti Pak Luhut meyampaikan kemarin bahwa masukan-masukan ini masuk dari tokoh agama memberika pengayaan terhadap diskusi dan pembahan mengenai berapa harga yang dibebankan kepada wisatawan."

Meski begitu, Sandiaga menyebut bahwa angka kunjungan 1.200 orang per hari sudah dihitung berkali-kali bahwa dalam 365 hari, setidaknya ada 400 ribu--500 ribu kunjungan. Ini sudah merupakan daya dukung dari bangunan Candi Borobudur.

"Jadi bukan artinya wisatawan Nusantara itu merusak, tidak, tapi setiap kali ada kunjungan itu, secara otomatis maka kita ganti sandal upanat, ganti juga beberapa waktu terakhir ini (Borobudur) ditutup karena kita melakukan assessment," terang Sandiaga Uno.

4 dari 4 halaman

Seperti Naik Haji

Sementara itu, Kepala Wihara Mendut Biksu Sri Pannyavaro Mahathera menyampaikan kebijakan kuota 1.200 orang per hari yang boleh naik ke Candi Borobudur perlu untuk penyelamatan candi, tetapi selayaknya tanpa harus membayar sangat mahal bagi rakyat kecil.

"Rakyat kecil (umat Buddha pedesaan cukup banyak) sampai meninggal pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi melakukan puja atau pradaksina karena harus membayar sangat mahal bagi mereka Rp750.000 per orang," kata Pannyavaro dalam siaran pers yang diunggah dalam akun Facebook Sangha Theravada Indonesia, kemarin.

Ia menyarankan pengelolaan kunjungan mengikuti pengelolaan naik haji saja. Yang dimaksud adalah bila kuota pada hari itu sudah penuh, pengunjung diminta untuk naik hari lain. Pendaftaran pun bisa dilakukan melalui daring. 

"Tetapi, jangan hanya yang punya uang saja yg boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah –tentu hal ini sangat tidak mungkin. Biarlah umat Buddha sabar menanti antrian bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara Muslim yang juga sabar menanti antrian naik haji sampai beberapa tahun," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.