Sukses

Israel Cabut Aturan Tes Covid-19 dan Karantina Mulai 21 Mei 2022

Wisatawan asing dapat mengunjungi Israel tanpa menunjukkan bukti vaksinasi, pemulihan, atau hasil tes negatif Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Israel akan mencabut semua aturan masuk terkait Covid-19 mulai hari ini Sabtu (21/5/2022). Wisatawan akan dapat mengunjungi negara tersebut tanpa menunjukkan bukti vaksinasi, pemulihan, atau hasil tes negatif.

"Ini adalah berita yang telah kami tunggu-tunggu selama lebih dari dua tahun," kata Sharon Ehrlich Bershadsky, direktur Kantor Pariwisata Pemerintah Israel di London, dikutip dari EuroNews, Jumat, 20 Mei 2022.

Ia menambahkan, "Dengan Israel bergabung dengan banyak negara lain dalam menanggalkan semua pembatasan Covid, saya berharap industri perjalanan kini telah mencapai tonggak penting di dunia pascapandemi."

Tes Covid pra-keberangkatan dibatalkan untuk orang Israel pada Maret 2022, tapi turis masih tunduk pada aturan ketat. Mereka yang merencanakan perjalanan ke Yerusalem atau Tel Aviv, tes sebelum keberangkatan dan tes PCR saat kedatangan akan dibatalkan untuk semua pengunjung mulai hari ini.

Di bawah aturan sebelumnya, semua kedatangan, warga negara Israel dan warga negara asing, harus tes Covid-19 setelah turun dari penerbangan mereka. Di Ben Gurion, penumpang diarahkan ke stasiun pengujian PCR darurat di sudut terminal utama yang biasanya disediakan untuk konter check-in maskapai.

Sebelumnya, pendatang juga harus mengisolasi diri setidaknya selama 24 jam, atau hingga hasil PCR negatif, yang biasanya memakan waktu sekitar 12 jam. Jika tesnya positif, 14 hari isolasi rumah menunggu, meski dapat dikurangi setengahnya dengan tes PCR lain pada hari ke-7.

Tapi, prosedur itu tidak lagi berlaku. Mengumumkan aturan baru, Kementerian Kesehatan Israel menyatakan jumlah infeksi Covid-19 telah "turun ke angka yang cukup rendah di mana cukup aman untuk melonggarkan pembatasan lebih lanjut."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masker Tak Diperlukan

Sekarang ada sekitar 2.400 kasus harian baru di negara itu, menurut statistik WHO pada 17 Mei 2022, turun dari puncaknya, yakni hampir 250 ribu pada Januari 2022. Namun, langkah-langkah lain tetap dipertahankan, termasuk persyaratan untuk mengisi formulir pernyataan masuk 48 jam sebelum perjalanan ke Israel.

Hal ini telah dibutuhkan di negara itu sejak sebelum pandemi. Saat ini, wisatawan juga harus mengambil polis asuransi kesehatan untuk menutupi biaya pengobatan Covid jika jatuh sakit selama di luar negeri.

Turis yang tidak divaksinasi dapat melakukan perjalanan ke Israel, tapi ini adalah usaha yang lebih berisiko. Pasalnya, status tidak memenuhi syarat Green Pass yang membebaskan Anda dari keharusan mengisolasi diri jika bersentuhan dengan kasus Covid selama di Israel.

Masker tidak lagi diperlukan di dalam ruangan di Israel, setelah tinjauan pemerintah pada akhir April 2022. Penerbangan adalah satu pengecualian untuk ini, serta rumah sakit dan panti jompo.

3 dari 4 halaman

Insiden di Bandara Israel

Sebelumnya, satu keluarga asal Amerika menyebabkan kehebohan di bandara internasional utama Israel pada akhir April 2022, setelah memberikan selongsong bom yang belum meledak sebagai suvenir di pemeriksaan keamanan.

Seorang anggota keluarga, yang namanya belum diungkap, dilaporkan telah mengambil bahan peledak sebagai suvenir dalam kunjungan ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Ia memutuskan bahwa akan lebih baik untuk membawanya pulang ke Amerika Serikat sebagai suvenir.

Menurut saksi mata, seperti dikutip Oddity Central oleh kanal Global Liputan6.com, pria itu hanya mengeluarkan benda tersebut dari ranselnya dan menunjukkannya pada staf keamanan, menanyakan apakah itu bisa dimasukkan ke dalam koper.

Terkejut dengan "suvenir" yang tidak biasa, seorang petugas keamanan memerintahkan agar lokasi sekitar cangkang bom jadul itu untuk dikosongkan, tapi penumpang lain salah mendengar perintah itu dan mulai meneriakkan "penembakan teroris."

Alhasil kepanikan terjadi hampir seketika. Rekaman video dari bandara menunjukkan orang-orang berteriak dan melarikan diri dari area check-in atau berbaring di lantai menunggu bahaya berlalu.

4 dari 4 halaman

Berlarian Meninggalkan Barang Bawaan

Seorang pemuda berkata pada YNet, "Saya berada di bandara menunggu satu jam dalam antrean sampai saya tiba di konter check-in, dan tiba-tiba pada radius lima meter, orang mulai melarikan diri dan meninggalkan barang bawaan." 

"Ketakutannya adalah seseorang menembakkan peluru. Saya mengerti bahwa saya juga harus melarikan diri, jadi saya berlari menuju (konter) check-in, saya tersandung dan terlempar sejauh enam meter," ia menambahkan.

Cangkang bom yang tidak meledak diyakini berasal dari perang Israel-Suriah tahun 1967. Dataran Tinggi Golan dihantam bom berat dan artileri selama Six-Day War (Perang Enam Hari), dan persenjataan yang belum meledak selama beberapa dekade masih ditemukan secara berkala.

Adapun keluarga AS itu akhirnya ditahan untuk interogasi cepat. Begitu pejabat memutuskan bahwa mereka bukan ancaman, mereka diizinkan naik pesawat kembali pulang ke kampung halaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.