Sukses

Warga Beijing Borong Habis Bahan Makanan di Supermarket, Takut Bernasib Seperti Shanghai

Warga Beijing diperintahkan untuk menjalani tiga putaran tes Covid minggu ini menyusul lonjakan kasus lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kekurangan makanan di Shanghai ternyata berpengaruh ke kota yang lain di China. Warga Beijing dikabarkan memborong bahan makanan hingga rak-rak supermarket pun bersih, dilansir dari Insider, Kamis, 28 April 2022.

Kondisi tersebut bentuk kekhawatiran warga akan menghadapi situasi Shanghai yang dikuncitara demi meredam penyebaran Covid-19. Kepanikan dimulai pada Senin, 25 April 2022, setelah 3,5 juta penduduk di Distrik Chaoyang, Beijing Pusat, diperintahkan untuk menjalani tiga putaran tes Covid minggu ini menyusul lonjakan kasus lokal, menurut The Guardian.

Pada Selasa, 26 April 2022, persyaratan pengujian Covid massal diperpanjang untuk mencakup hampir semua dari 21 juta penduduk kota, memicu kekhawatiran penguncian seluruh kota, menurut AFP. Gambar orang-orang yang mengantre panjang di supermarket dan menimbun persediaan bahan makanan telah beredar di berita, dalam adegan yang mengingatkan pada hari-hari awal pandemi.

"Orang-orang cemas. Semua orang mengambil barang, dan kami khawatir barang mungkin habis," kata seorang pelanggan supermarket bermarga Wang kepada AFP.

Memperhatikan bahwa keluarganya telah mendapatkan cukup makanan untuk bertahan seminggu, pria berusia 48 tahun itu menambahkan bahwa dia khawatir "segalanya akan menjadi seperti di Shanghai." Shanghai, pusat keuangan yang menampung 26 juta penduduk, telah berada dalam penguncian yang ketat dan tidak terbatas sejak akhir Maret 2022. Warga tidak bisa keluar rumah untuk membeli makanan hingga mengalami kelaparan.

Pada Senin, 25 April 2022, Beijing mencatat 32 kasus bergejala dan satu kasus tanpa gejala, angkanya lebih rendah dibandingkan dengan 1.661 kasus bergejala Shanghai dan 15.319 kasus tanpa gejala. Para pejabat di ibu kota berharap bisa menghindari wabah yang tidak terkendali, menurut AFP.

Pejabat kesehatan China telah mendukung apa yang mereka sebut kebijakan "dinamis" "nol-Covid", yang mencakup penguncian ketat, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan setiap kali cluster muncul. Di seluruh ibu kota di Beijing, beberapa pusat kebugaran, lokasi wisata, dan teater diperintahkan tutup pada Selasa, 26 April 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Miliarder Ikut Kerepotan

Sebelumnya, pendekatan Zero Covid memaksa 25 juta penduduk Shanghai menjalani lockdown ketat. Penguncian kota berdampak signifikan pada aktivitas keseharian warga. Mereka kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok, tak terkecuali miliarder bernama Kathy Xu Xin.

Perempuan yang dijuluki sebagai ratu modal ventura China itu menarik perhatian akibat tangkapan layar ponselnya beredar viral di aplikasi media sosial WeChat, pada Kamis, 7 April 2022.  Isinya adalah permintaan tolong untuk bisa membeli roti dan susu bagi keluarganya.

Pengusaha berusia 55 tahun, yang menduduki peringkat 71 dalam Investor Modal Ventura Terbaik Dunia pada 2021 oleh Forbes, tinggal di kompleks vila kelas atas di Distrik Pudong.

"Adakah tetangga yang bisa memperkenalkan saya ke grup produsen roti? Keluarga saya memiliki banyak orang. Kami membutuhkan roti dan susu. Terima kasih," tulis pendiri dan presiden perusahaan ekuitas swasta independen Capital Today di WeChat, dikutip dari AsiaOne, Selasa (12/4/2022).

Xu kemudian menjelaskan di WeChat bahwa dia merasa malu karena permintaan rotinya telah beredar luas. "Anak saya membawa teman-teman sekelasnya untuk bermain di rumah saya. Rumah kami sekarang menampung 12 orang, menimbulkan permintaan makanan yang sangat besar. Jadi saya juga akan bergabung dengan kelompok pembelian," kata Xu. Dia menambahkan bahwa kekurangan roti dan susu telah teratasi.

3 dari 4 halaman

Keracunan Makanan

Pemerintah Shanghai menanggapi masalah kekurangan makanan dengan mendistribusikan stok makanan kepada warga. Namun, sejumlah warga mengaku jatuh sakit dengan menderita diare dan sakit perut usai mengonsumsi makanan tersebut.

Dikutip dari Insider, Kamis, 28 April 2022, hal tersebut terjadi setelah makan bebek rebus dan bakso yang dikeluarkan oleh pejabat setempat, menurut Bloomberg. Seorang warga bernama Chen Man mengungkapkan kepada China Economic Weekly bahwa ia merasa mual setelah membuka paket yang dikeluarkan pemerintah berisi kaki bebek rebus.

"Bau bebeknya sangat kuat, pasti busuk," katanya kepada outlet.

Ia menambahkan bahwa dirinya muntah tiga kali karena baunya. Otoritas setempat secara berkala mengirimkan paket yang berisi kebutuhan sehari-hari.

Dalam unggahan pada Selasa tentang masalah di platform Weibo yang mirip Twitter di China, pengguna yang beberapa orang di kompleks perumahan yang sama menderita diare. Ini terjadi setelah mereka mengonsumsi bakso rebus dan ikan asap dari paket yang didistribusikan pemerintah.

4 dari 4 halaman

Strategi Nol Covid

Menurut Bloomberg, beberapa komite lingkungan telah menginstruksikan warga untuk membuang makanan yang meragukan. Para pejabat mengatakan mereka akan menyelidiki masalah tersebut.

Isu jatah pangan berkualitas rendah menambah kekesalan warga yang sudah kesulitan mendapatkan pangan. Pada Senin, 25 April 2022, Shanghai mencatat 1.661 kasus bergejala dan 15.319 kasus tanpa gejala, menurut Komisi Kesehatan Nasional.

Sementara, para pejabat di Shanghai Jumat, 22 April 2022 berjanji untuk melonggarkan kontrol antivirus terhadap supir-supir truk yang menghambat pasokan makanan dan perdagangan. Mereka berupaya menghidupkan kembali ekonomi lokal di tengah jutaan orang masih terkurung di rumah masing-masing

Wakil Wali Kota Shanghai Zhang Wei menjanjikan "setiap upaya" untuk menyelesaikan masalah yang memicu keluhan mengenai kurangnya akses ke makanan dan kekhawatiran bahwa penutupan, yang mengurung sebagian besar dari 25 juta warga Shanghai di rumah mereka, dapat mengganggu perdagangan global. Para pemimpin Shanghai berupaya keras untuk mengurangi dampak strategi "nol COVID" yang menutup sebagian besar bisnis mulai 28 Maret lalu, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu, 23 April 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.