Sukses

Lebih Dekat dengan La Digue di Seychelles, Pulau Sepeda di Samudra Hindia

Sepeda sempat berhasil mempertahankan kemurnian alam di La Digue, Seychelles. Kini, mereka menghadapi ancaman lingkungan baru yang tak kalah besar.

Liputan6.com, Jakarta - Seychelles memiliki banyak destinasi wisata menarik, salah satunya La Digue. Pulau seluas 10 km persegi ini jadi salah satu tempat wisata favorit yang berada di Seychelles, negara kepulauan yang terletak di timur laut Madagaskar dan sekitar 1.600 km timur Kenya.

Pulau ini melakukan segala cara untuk menyelamatkan wilayahnya dan satu spesies burung langka. Dikutip dari BBC Travel, Rabu, 27 April 2022, La Digue bisa dibilang salah satu yang paling terkenal dari 115 pulau di Seychelles.

Pulau ini mampu menarik ribuan wisatawan setiap tahun ke Anse Source d'Argent, sering disebut pantai yang paling banyak difoto di dunia. Itu karena batu-batu besarnya yang mengingatkan pada zaman prasejarah, latar belakang yang ideal untuk film dan iklan Hollywood.

Dalam skala lebih kecil, para pengamat burung dari seluruh penjuru dunia datang untuk menyaksikan penampakan langka burung Seychelles Black Paradise Flycatcher. Spesies burung yang terancam punah itu merupakan hewan endemik di Seychelles.

Dengan keistimewaan itu, penduduk setempat sekuat tenaga melindungi keindahan murni pulau itu. Mereka pun melarang penggunaan mobil pribadi. Dengan populasi hanya sekitar 3.000 orang, Digueois bangga menggunakan sepeda sebagai bentuk transportasi utama mereka.

Bagi penduduk setempat, mobil tidak diperlukan dan bergerak dengan sepeda selalu menjadi gaya hidup. Ini tidak seperti pulau-pulau tetangga yang lebih besar, Mahé dan Praslin, yang telah mengalami pertumbuhan perkotaan yang lebih besar. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sewa Sepeda

"Sejak kecil, kakak saya biasa mencoba dan mengajari kami cara mengendarai sepeda. Mereka memegang kursi dan Anda mengira mereka memegang, lalu melepaskan Anda dan kemudian Anda jatuh, dan Anda kehilangan lutut. Dan itulah bagaimana kamu belajar naik sepeda," kata Florie Marie, seorang penduduk La Digue.

"Tetap saja, saudara perempuan saya, dia tinggal di Mahé, dan dia masih tidak tahu cara mengendarai sepeda."

Wisatawan juga mengambil bagian dalam tradisi lokal, menyewa sepeda untuk menjelajahi pulau. "La Digue dikenal sebagai pulau sepeda. Jadi, Anda akan mendapatkan klien yang ingin bepergian dengan mobil ke pantai, tetapi mayoritas, mereka menginginkan sepeda," kata Travis Mills, yang memiliki perusahaan persewaan sepeda di La Digue.

Jumlah kendaraan di pulau itu saat ini adalah 60, peningkatan yang cukup besar dari 10 pada era 80-an ketika hanya keluarga kaya yang mampu memiliki mobil. Tapi itu masih jumlah yang kecil, yang sebagian terkait dengan kesulitan kepemilikan kendaraan individu.

Di sini tidak ada mobil yang diperbolehkan kecuali mereka menyediakan layanan publik. Namun, peningkatan konstruksi pariwisata dan kendaraan yang diperlukan yang menyertai pekerjaan itu telah membuat bel alarm berdering, terutama dengan penduduk setempat.

 

3 dari 4 halaman

Burung Langka

"Dengan bertambahnya kendaraan di La Digue, aspek ketenangan, ketenangan, kenyaman itu tidak akan ada lagi. Dan itu pasti akan berdampak besar pada La Digue itu sendiri, pariwisata, lingkungan, dan ekosistemnya," kata Patrick Andre, Sekretaris Utama Transportasi Seychelles.

Para konservasionis memperingatkan bahwa pengembangan lebih lanjut dapat berdampak pada habitat alami spesies yang terancam punah di pulau itu, seperti Seychelles Black Paradise Flycatcher. Burung langka tersebut dikenal sebagai Vev dalam bahasa Kreol setempat. Cagar Alam Veuve, taman nasional dan kawasan konservasi yang didirikan untuk melindungi Vev endemik, adalah permata mahkota keindahan alam untuk Digueois.

"Kami telah melihat peningkatan jumlah konstruksi atau pengembangan di pulau La Digue, dan ini telah menjadi perhatian besar mengenai populasi flycatcher," kata Josianna Rose, seorang penjaga taman di Veuve Reserve.

"Orang-orang dari La Digue membangun cukup banyak, mereka menebang pohon untuk konstruksi."

 

4 dari 4 halaman

Moratorium Tempat Wisata Baru

Sejak 2008, para konservasionis telah mengangkut beberapa lusin flycatcher ke pulau-pulau tetangga. Program pemuliaan itu diharapkan bisa memastikan spesies burung langka ini memiliki habitat tambahan yang sesuai.

La Digue kini telah menempatkan moratorium pembangunan tempat wisata baru hingga 2023, dalam upaya melestarikan sumber daya alam setempat. "Jika kita benar-benar ingin La Digue tetap menjadi salah satu permata Seychelles, kita harus dapat, pada titik ini, mulai mengendalikan, memantau perkembangan di pulau itu," kata Sherin Francis, Kepala Eksekutif Dewan Pariwisata Seychelles.

Selain penambahan habitat baru, mereka juga berpegang pada larangan kepemilikan kendaraan pribadi, serta diskusi tentang penghapusan semua kendaraan yang bergantung pada bahan bakar dan memperluas bentuk transportasi yang lebih tradisional.  Hanya ada satu operator gerobak sapi yang tersisa di pulau itu yang telah menjadi bagian dari tujuan untuk mengubah La Digue menjadi ibu kota lingkungan Seychelles.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.