Sukses

Mengenal Kearifan Lokal di Desa Wisata Budaya Nunuk Baru

Desa Wisata Budaya Nunuk Baru memiliki kearifan lokal yang menarik untuk dieksplorasi.

Liputan6.com, Jakarta - Desa Wisata Budaya Nunuk Baru menyimpan beragam kearifan lokal yang menarik untuk dieksplorasi. Desa wisata ini berlokasi di Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Dikutip Jejaring Desa Wusata (Jadesta) Kemenparekraf, Senin, 25 April 2022, Nunuk Baru adalah salah satu desa wisata berbasis budaya yang berada di Selatan Kota Majalengka. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota atau menghabis waktu sekitar 45 menit menggunakan kendaraan.

Masyarakat desa ini masih tetap menjaga dan mempertahankan adat, tradisi dan kearifan lokal sebagai warisan leluhur. Keindahan alamnya yang berbukit, lembah dan ngarai dapat dimanfaatkan sebagai ekowisata agar lingkungan serta kearifan lokal tetap terjaga.

Masyarakat Nunuk Baru masih memelihara adat dan tradisi tahunan yang selalu dilakukan secara turun-temurun seperti bidang pertanian. Sebut sajaHajat Guar Bumi (mau mengolah lahan), Hajat Pareresan (setelah menanam) dan Hajat Buku Taun (Setelah Panen), Nyiramkeun Pusaka Peninggalan Para Leluhur.

Seni tradisionalnya yang belum tercampuri oleh kesenian modern, seperti Silat Buhun, Bongbang, Debus, Rampak Lesung, Tari Tenun Gadod. Masyarakat juga masih mempertahankan warisan nenek moyangnya dari segi pembuatan kain tenun tradisional Gadod secara turun-temurun.

Nunuk Baru juga punya kuliner khas. Jenis makanan atau minuman yang sudah terkenal menjadi khas Desa Nunuk Baru Adalah Gula Kawung/Aren, Lahang/Wedang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kain Tenun Gadod

Dari sisi budaya, jenis kain yang dihasilkan di desa ini antara lain, Kain kafan, Selendang/Karembong, Syal, Ikat Kepala dan Baju tenun. Menurut keterangan di Instagram Nunuk Baru, buhun adalah sebutan yang cocok untuk keberadaan kain tradisional tenun Gadod (tebal) Nunuk.

Hal ini dikarenakan kain ini telah dibuat oleh masyarakat Desa Nunuk Baru secara turun temurun sejak ratusan tahun silam. Produksi ini dilakukan secara manual hampir disetiap rumah penduduk untuk memenuhi kebutuhan sandang mereka pada saat itu.

Prosesnya yang lumayan lama di setiap proses sarat dengan makna dan penuh dengan filosofi. Diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam pembuatan kain ini.

Alat dan bahan semuanya dihasilkan dari alam yang ada di Desa Nunuk Baru sebagai bukti terjaganya kearifan lokal. Butuh perhatian khusus dari semua kalangan agar keberadaan Tenun Gadod Nunuk ini tetap lestari sebagai bagian dari kekayaan kain Nusantara.

3 dari 4 halaman

Tentang Tenun Gadod

Dikutip dari Regional Liputan6.com, tenun Gadod sendiri merupakan kain tenun khas Majalengka yang dibuat dari bahan kapas. Emak Maya, salah seorang perajin kain tenun Gadod yang masih aktif menenun.

Keponakan Emak Maya, Siti Khodijah menyampaikan Tenun Gadod ini sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang dan sempat mengalami masa keemasannya meskipun belum ada bukti tertulis. Ia menyampaikan Tenun Gadod memiliki arti kuat dan tebal.

Tenun ini semula dibuat dengan menggunakan bahan kapas alit alias kapas Jepang. Namun, karena kapan tersebut sudah sulit ditemukan, para perajin mengganti dengan bahan kapas honje.

Siti menjelaskan proses pembuatan satu buah kain Tenun Gadod dibutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Termasuk menanam sendiri kapas honje sebagai bahan baku Tenun Gadod. Seluruh proses pembuatan tenun dilakukan tradisional," jelasnya.

Pembuatan Tenun Gadod dimulai dari tahap pembuatan benang, pewarnaan hingga menghitung kebutuhan untuk satu kain masih dilakukan secara tradisional. Kain tersebut dibanderol Rp200 ribu--Rp400 ribu.

4 dari 4 halaman

Cagar Budaya

Untuk cagar budaya, destinasi sejarah Nunuk sangat erat kaitanya Kerajaan Talaga Manggung bahkan kemungkinan dengan zaman Kerajaan Pajajaran hal ini dibuktikan dengan adanya Petilasan Hariang Banga, Ciung Wanara dan Badugal Jaya.

Makam keramat yang mengelilingi Desa Nunuk Baru ada sekitar 60 makam tokoh yang dikeramatkan di 20 lokasi Kabuyutan/Cagar Budaya. Lokasi ini masih terpelihara serta tetap dijaga sampai saat ini (Lembaga Adat Desa).

Lokasi tersebut juga telah dijadikan tujuan wisata religi bagi para pengunjung yang datang ke Nunuk Baru. Beberapa di antaranya adalah Makam Pajaten/Pajatian (Makam Ibu Arya Saringsingan), Makam Cileuweung (Makam Hariyang Banga), Makam Kosambi (Makam Mbah Prabustika), Makam Panguyangan Gede (Makam Mbah Dipati Ukur) dan Makam Gunung Taneuh (Mbah Prabu Jaya).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.