Sukses

Kisah Pilu Seorang Ibu Ukraina yang Saksikan Pemakaman Suami dan Anaknya Lewat Telepon Akibat Invasi Rusia

Terpisaha jarak 300 mil, seorang ibu Ukraina saksikan pemakaman suami dan anaknya lewat telepon.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik Ukraina dan Rusia belum juga berakhir dan menambah kepiluan banyak orang di dunia akibat jatuhnya korban warga sipil. Baru-baru ini kisah pilu datang dari seorang warga Ukraina, bernama Viktoria Kovalenko.

Ia saksi kematian suami dan putri sulungnya ketika mobil mereka dihantam peluru di Ukraina utara. Namun, saat orang-orang yang dicintainya itu harus menjalani pemakaman, Viktoria berada sekitar 300 mil dengan mereka, dikutip dari CBS News, Sabtu (16/4/2022).

Ia terpaksa hanya dapat menonton pemakaman melalui video ponsel yang dikirimkan kepadanya oleh kerabat. Ia tak mampu menanggung cobaan berat itu.

"Air mata membuat saya tak kuasa menonton sampai akhir," katanya. Perempuan itu memutar video di area hutan di mana dia mendorong putrinya yang berusia satu tahun, Varvara, dengan kereta dorong.

Pada awal Maret 2022, Kovalenko dan keluarganya berada di mobil mereka, melarikan diri dari daerah kota Chernihiv, salah satu yang paling dikepung perang. Di pos pemeriksaan Rusia dekat desa Yahidne, sebuah peluru meledak.

Jendela mobil pecah, katanya, dan dia dan putrinya yang berusia 12 tahun, Veronika, terluka oleh pecahan kaca. Hal berikutnya yang dia ingat adalah suara suaminya berteriak pada mereka untuk meninggalkan mobil.

"Veronika mulai berteriak, tangannya gemetar, jadi saya mencoba menenangkannya. Dia turun dari mobil dan saya mengikutinya. Ketika saya keluar, saya melihatnya jatuh. Ketika saya melihat, kepalanya sudah hilang," katanya kepada BBC minggu lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ruang Bawah Tanah

Pada saat-saat yang mengejutkan itulah suami Viktoria juga kehilangan nyawanya. Viktoria dan putrinya yang lebih muda, Varvara, melarikan diri, hanya untuk ditangkap oleh pasukan Rusia dan dibawa ke ruang bawah tanah sebuah sekolah di Yahidne.

Penduduk setempat mengatakan lebih dari 300 penduduk desa dipaksa masuk ke ruang bawah tanah. Kemudian, selama berminggu-minggu stres dan kekurangan, beberapa orang meninggal dunia.

BBC telah mengunjungi ruang bawah tanah, dan berbicara dengan orang lain yang ditahan di sana. Para tawanan menggambarkan mayat-mayat yang tergeletak tak bernyawa selama berjam-jam, terkadang berhari-hari.

Kovalenko dan Varvara menghabiskan berminggu-minggu di ruang bawah tanah sekolah. Ia berusaha melakukan yang terbaik untuk tetap hidup.

 

3 dari 4 halaman

Memasak

Penduduk Yahidne mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk tetap berada di ruang bawah tanah siang dan malam kecuali saat-saat langka ketika mereka diizinkan di luar untuk memasak di atas api terbuka atau menggunakan toilet.

Ketika orang meninggal satu per satu di ruang bawah tanah, tetangga diizinkan menempatkan mayat di kuburan massal di lokasi pemakaman terdekat. Suami Kovalenko, Petro dan Veronika pada awalnya dimakamkan di hutan, tetapi kemudian dimakamkan kembali di pemakaman Yahidne.

Mereka dibawa  ke sana dalam peti mati di sepanjang jalan yang kasar ketika teman dan kerabat menangis. Beberapa orang dan meletakkan bunga di kuburan dan meraup segenggam tanah.

 

4 dari 4 halaman

Soal Putin

Penguburan kembali terjadi setelah pasukan Rusia meninggalkan Yahidne pada awal April, ketika pasukan mundur untuk memusatkan pertempuran mereka di bagian timur Ukraina. Kenangan Kovalenko yang membara terjerat dalam puing-puing mobil mereka yang terpelanting

Di atas balok beton di pos pemeriksaan desa, seseorang telah melukis lelucon mengerikan: kata-kata "orang-orang yang sopan", istilah yang oleh pihak berwenang Rusia disebut sebagai pasukan yang mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014.

Apa yang akan Viktoria katakan kepada orang-orang yang melakukan ini pada keluarganya tanya BBC? "Jika saya diberi kemungkinan untuk menembak Putin, saya akan melakukannya," katanya. "Tanganku tidak akan gemetar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.