Sukses

Palau Jadi Negara Pertama yang Utamakan Pariwisata Berkelanjutan dan Wisatawan Peduli Lingkungan

Republik Palau akan menerapkan model baru pariwisata yang bertanggung jawab yang bertujuan untuk mengubah cara orang berinteraksi dengan lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Republik Palau mungkin tidak banyak yang mengetahui. Padahal negara ini lokasinya dekat dengan Indonesia. Orang Indonesia umumnya lebih kenal Singapura atau Malaysia sebagai negara tetangga.

Republik Palau adalah sebuah negara kepulauan di barat laut Pasifik, tepatnya 200 km sebelah utara Papua Barat, 255 km sebelah timur Maluku Utara, dan 500 km sebelah timur Filipina.  Meski begitu, negara ini, dikenal dengan pulaunya yang indah sehingga banyak diminati wisatawan mancanegara atau wisman, bahkan beberapa kali jadi lokasi syuting film Hollywood dan Korea Selatan.

Namun situasi pandemi Covid-19 membuat pemerintah mereka mengambil sejumlah kebijakan untuk lebih memajukan pariwisata mereka. Sektor pariwisata di Republik Palau, baru saja mengumumkan Ol'au Palau: model baru pariwisata yang bertanggung jawab yang bertujuan untuk mengubah cara orang berinteraksi dengan lingkungan asli negara itu dan budaya lokal.

Pra-Covid19, pariwisata menyumbang 85 persen dari PDB Palau, tapi ketika perjalanan internasional runtuh pada 2020. Negara itu dilanda pandemi tanpa ada pengunjung yang melakukan perjalanan ke negara pulau itu selama hampir dua tahun.

Ol'au Palau bertujuan membantu negara itu bangkit kembali dari pandemi dan membangun kembali sektor pariwisatanya secara berkelanjutan. Caranya dengan memberikan imbalan kepada para pengunjung atas perlindungan dan pelestarian Palau secara terukur selama mereka tinggal.

Ol'au Palau diluncurkan oleh sektor pariwisata Palau sebagai tanggapan atas penelitian pasar global baru yang mengungkapkan lebih dari tiga perempat orang (77 persen) mengakui bahwa Covid-19 membuat mereka lebih menyadari betapa merusaknya perilaku mereka terhadap lingkungan, Sedangkan 72 persen ingin melakukan perjalanan ke destinasi liburan yang berkelanjutan.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, dalam bahasa lokal, Palauan, “Ol'au” adalah cara memanggil seorang teman untuk mengundang mereka ke tempat Anda. Prinsip ini menjadi dasar bagi inisiatif baru yang menciptakan jenis pertukaran nilai pariwisata yang berbeda di mana pengunjung dapat mengumpulkan poin untuk menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan regeneratif selama mereka tinggal.

Sebagai imbalannya, mereka dapat menggunakan poin-poin itu untuk membuka akses ke pengalaman unik yang ditawarkan Palau. Pengalaman ini tidak akan tersedia bagi pengunjung yang tidak berpartisipasi atau yang tidak mengumpulkan cukup poin selama mereka tinggal.

Penelitian baru ini juga mengungkapkan lebih dari 90 persen orang ingin merasakan lingkungan alam dan budaya suatu destinasi dan belajar bagaimana melestarikan dan melindunginya selama mereka tinggal.  Selain itu, 87 persen mengatakan bahwa mereka akan membelanjakan lebih banyak uang untuk liburan di destinasi wisata yang memiliki lingkungan dan budaya yang masih asli dan terlindungi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Positif

Selain itu, 89 persen orang akan lebih tertarik mengunjungi suatu negara yang mempunyai jenis program imbalan ini, dan dengan berpartisipasi akan membuat mereka merasa senang dengan liburan mereka. Dan 85 persen mengatakan ide ini akan membuat mereka cenderung lebih berperilaku positif ketika mereka mengunjungi suatu negara.

Dengan sentimen positif yang kuat terhadap perjalanan yang berkelanjutan, Ol'au Palau berada di posisi yang tepat untuk membantu memimpin dunia menuju era baru pariwisata regeneratif.  Para pengunjung Palau akan segera dapat mengumpulkan poin di aplikasi Ol'au Palau dengan melakukan hal-hal seperti mengimbangi jejak karbon mereka.

Caranya dengan menggunakan kalkulator karbon pribadi pertama di dunia Palau, menggunakan tabir surya yang aman bagi terumbu karang, mendukung bisnis yang mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan budaya.  Selain itu, mengunjungi lokasi wisata yang memiliki nilai budaya penting, makan makanan lokal yang bersumber berkelanjutan, berpartisipasi dalam proyek pariwisata regeneratif; menghindari plastik sekali pakai, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keanekaragaman hayati dan budaya Palau dengan benar.

Dengan dampak negatif lingkungan dan budaya dari pariwisata yang menjadi perhatian dunia, Palau berharap program baru, yang diinformasikan oleh penelitian global, akan menjadi model bagi negara-negara dan destinasi-destinasi lain untuk diikuti. Menurut Alan T. Marbou, Anggota Dewan, Otoritas Pengunjung Palau dan mantan Juru Bicara Pemerintah Negara Bagian Koror, industri pariwisata Palau sangat terpukul oleh pandemi tanpa adanya pengunjung yang masuk selama hampir dua tahun.

 

3 dari 4 halaman

Melindungi Aset Pariwisata

"Terlepas dari dampak ekonomi, sektor pariwisata Palau bertekad untuk tetap berpegang pada strategi ekowisata bernilai tinggi menemukan cara untuk bangkit kembali secara berkelanjutan dari pandemi," terang Alan T. Marbou.  "Dengan meluncurkan Ol'au Palau, kami dapat memberikan imbalan kepada para tamu kami yang paling bertanggung jawab dan melindungi aset pariwisata kami yang paling berharga, lingkungan yang masih asli dan budaya kami yang unik," sambungnya.

Alan menambahkan, pandemi telah memberikan kepada planet kita sesuatu yang menyadarkan kita yang sangat dibutuhkan dan kesempatan untuk melihat apa yang mungkin terjadi ketika alam berkesempatan untuk menyeimbangkan kembali dirinya sendiri.

Ia berharap Ol'au Palau akan membuat lebih banyak destinasi memikirkan biaya sebenarnya dari pariwisata dan memikirkan kembali kepada siapa imbalan diberikan dengan pengalaman terbaik mereka.

Merkii Basilius, Country Manager, pemilik toko duty free (bebas bea) Traveler Palau mengatakan, pihaknya tahu dari penelitian sebelumnya bahwa ekowisatawan tinggal lebih lama di suatu destinasi dan membelanjakan uang lebih dari 50 persen lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan pada umumnya. "Jadi masuk akal bagi Palau untuk menarik dan memberikan imbalan kepada para pengunjung yang berpikiran sama," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Ikrar Lingkungan

Ol'au Palau adalah yang paling mutakhir dalam sejarah Palau berkenaan dengan inisiatif perlindungan alam dan pelestarian budaya pertama di dunia. Palau juga menjadi rumah bagi tempat perlindungan ikan hiu pertama di dunia.

Lalu konstitusi bebas nuklir pertama, dan Palau adalah yang pertama yang menciptakan suaka margasatwa laut yang sepenuhnya melindungi 100 persen perairan teritorialnya dari penangkapan ikan komersial.

Pada 2017, Palau juga meluncurkan Palau Pledge (Ikrar Palau): undang-undang imigrasi pertama di dunia yang mewajibkan semua pengunjung untuk menandatangani ikrar lingkungan wajib kepada anak-anak Palau yang dicap di paspor pengunjung pada saat kedatangan. Ikrar Palau (The Palau Pledge) mendidik pengunjung tentang dampak potensial mereka terhadap lingkungan dan budaya Palau.

Mereka memberi mereka garis panduan untuk diikuti untuk membantu mereka menepati janji mereka selama mereka tinggal. Pada 2018 Ikrar Palau menjadi kampanye komunikasi yang paling banyak mendapat penghargaan di dunia dan sejak saat itu telah ditiru oleh negara-negara dan destinasi-destinasi lain termasuk Hawaii, Selandia Baru, dan Finlandia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.