Sukses

Kasus Covid-19 Melonjak, Amerika Serikat Kembali Wajibkan Penumpang Pesawat Pakai Masker

Maskapai sudah melobi agar kewajiban pemakaian masker di dalam pesawat disetop dengan alasan teknologi penyaring udara mampu menekan penyebaran virus Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Covid-19 kembali melonjak di Amerika Serikat. Pemerintahan yang dipimpin Joe Biden pun akhirnya pada Rabu, 13 April 2022, memperpanjang kewajiban penggunaan masker di pesawat terbang dan transportasi umum lainnya selama 15 hari yang berlaku secara nasional.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan perpanjangan kewajiban itu awalnya akan diakhiri pada 18 April 2022. Seiring dengan kebijakan baru, penggunaan masker wajib dilakukan hingga 3 Mei 2022 untuk memberi waktu lebih dalam mempelajari Omicron subvarian BA.2.

Subvarian itu kini mendominasi kasus positif Covid-19 di AS. "Untuk menilai dampak potensial dari peningkatan kasus pada tingkat keparahan penyakit, termasuk rawat inap dan kematian, dan kapasitas sistem perawatan kesehatan, perintah CDC akan tetap berlaku saat ini," demikian pernyataan resmi badan itu, dikutip dari AP, Kamis (14/4/2022).

Kewajiban penggunaan kembali masker di pesawat, bus, kereta api, dan pusat transit dikeluarkan Administrasi Keamanan Transportasi pada bulan lalu. Saat itu, CDC berharap bisa meluncurkan strategi penggunaan masker yang lebih fleksibel untuk menggantikan persyaratan nasional yang berlaku saat itu.

Namun, kewajiban penggunaan masker sampai saat ini adalah pembatasan pemerintah yang paling menonjol untuk mengendalikan pandemi, dan bisa jadi paling kontroversial. Jumlah insiden pelecehan, bahkan disertai kekerasan di dalam pesawat terbang melonjak yang sebagian besar berpangkal dari penolakan pemakaian masker.

Berbagai maskapai sudah melobi berbulan-bulan agar persyaratan masker di pesawat dihentikan. Mereka menyodorkan alasan filter udara di pesawat modern efektif menangkal penyebaran virus selama penerbangan. Usulan ini juga disokong Partai Republik di Kongres yang berusaha menghentikan mandat tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kritik Pedas

Kritik bertubi-tubi tertuju pada kewajiban pemakaian masker di pesawat dan transportasi publik lainnya. Pasalnya, negeri Paman Sam sudah membebaskan warga beraktivitas tanpa masker di restoran, pertokoan, dan tempat tertutup lainnya, setelah kasus Covid-19 menurun tajam usai puncak Omicron terjadi pada pertengahan Januari.

"Ini sangat sulit dimengerti mengapa masker tetap diwajibkan di dalam pesawat, tetapi tidak diperlukan di bar dan restoran yang ramai, arena olahraga yang padat, di sekolah yang dipenuhi anak-anak, maupun di pertemuan politik dalam ruang tertutup dengan massa yang besar," ujar Nicholas Calio, CEO grup perdagangan industri penerbangan Amerika, dalam surat kepada Kepala CDC dan Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia.

"Sederhananya, perpanjangan kewajiban penggunaan masker tidak masuk akal," imbuh dia.

Syarat penggunaan masker di dalam pesawat awalnya diterapkan sendiri oleh sejumlah maskapai Amerika pada 2020, saat pemerintahan Trump menolak bertindak. Serikat yang mewakili awak kabin yang awalnya mendukung penggunaan masker, kini menolak bersikap karena para anggota mereka saat ini terbelah antara yang mendukung dan menolak.

 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Hasil Survei

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada pertengahan Maret 2022 oleh Kaiser Family Foundation menemukan bahwa orang Amerika terbelah dalam menyikapi aturan pemakaian masker di dalam transportasi umum. Hasil survei menemukan bahwa 51 persen ingin aturan itu berakhir, sedangkan 48 persennya tetap ingin dipertahankan.

Hasil itu secara umum pada dasarnya imbang, mengingat margin kesalahan jajak pendapat. Itu pula tercermin dalam sikap dua partai di kongres AS, Demokrat sangat mendukung aturan tersebut, sedangkan Partai Republik bersatu untuk menentangnya.

Orang yang divaksinasi dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis lebih suka mematuhi aturan, tetapi dengan margin yang lebih kecil. Tidak jelas apakah dengan menghilangkan aturan tersebut akan membuat orang cenderung lebih atau justru kurang bepergian dengan pesawat atau kereta bawah tanah.

Sementara, Ed Bastian, CEO Delta Air Lines, memiliki pendapatnya sendiri. Ia menilai sebagian orang mungkin akan mulai terbang bila mereka tidak diwajibkan menggunakan masker, tetapi yang lain justru berhenti terbang bila harus bersama dengan orang yang tidak bermasker.

Ia menyebut kedua kelompok itu 'pinggiran'. Ia memprediksi banyak orang tetap akan menggunakan masker mereka meski aturan itu dihilangkan.

4 dari 4 halaman

Kasus Covid-19

Amerika menghadapi peningkatan kasus dalam beberapa pekan terakhir dengan jumlah kasus terkonfirmasi harian secara nasional meningkat dari sekitar 25ribu per hari menjadi lebih dari 30ribu per hari. Lebih dari 85 persen kasus tersebut adalah subvarian BA.2 yang sangat menilar.

Angka-angka itu bisa jadi kurang karena banyak orang sekarang dites positif pada tes di rumah yang tidak dilaporkan ke lembaga kesehatan masyarakat. Namun, jumlah kasus yang parah dan tingkat kematian cenderung tetap dalam beberapa minggu.CDC sedang mempelajari indikasi apakah peningkatan kasus itu berkorelasi dengan peningkatan hasil yang merugikan sebelum mengumumkan pelonggaran penggunaan masker dalam perjalanan.

Sebelumnya, dikutip dari kanal Citizen Liputan6.com, subvarian BA.2 dari varian Omicron terus menyebar dengan cepat ke seluruh AS, sekarang terhitung sekitar 72 persen dari semua kasus Covid-19 baru, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Perkiraan CDC baru naik dari sekitar 55 persen seminggu yang lalu, ketika subvarian, yang dianggap lebih menular daripada galur asli omicron, menjadi varian dominan dari virus corona yang beredar di negara itu.

Terlepas dari penyebarannya, para ahli kesehatan melihat tidak ada alasan untuk khawatir di AS. Itu karena tidak ada indikasi subvarian lebih parah daripada galur omicron asli dan karena tingkat kekebalan yang tinggi di negara itu dari vaksin dan infeksi sebelumnya tidak mungkin menjadikannya ancaman besar.

"Saya tidak akan terlalu mengkhawatirkan BA.2," kata Dr. Christopher Murray, profesor ilmu metrik kesehatan di University of Washington dan direktur Institute for Health Metrics and Evaluation.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.