Sukses

Volodymyr Zelensky Sebut Tentara Rusia Perkosa Perempuan Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak PBB segera bertindak menghentikan invasi yang dilakukan Rusia terhadap negaranya.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik Ukraina dan Rusia masih berlanjut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan menuduh militer Rusia melakukan kejahatan terburuk sejak Perang Dunia II.

Zelensky juga mempertanyakan sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas invasi yang dilakukan Rusia terhadap negaranya. Ia mengatakan Dewan Keamanan PBB dibentuk untuk menjamin keamanan dunia, tapi sayangny  peran dan tugas itu tidak dijalankan, mengingat kondisi negaranya.

Volodymyr Zelensky mengatakan, dalam Pasal 1 BAB 1 Piagam 1 PBB jelas mengatur bahwa tujuan utama berdirinya PBB adalah menjaga dan memastikan perdamaian dunia yang ditaati semua negara. Hal itu dikemukakan Zelensky dalam pidato untuk PBB melalui tayangan video.

"PBB dirancang untuk memerangi agresi dan memastikan perdamaian dunia berjalan baik. Tapi, itu tidak ada. Jelas PBB tidak bekerja secara efektif. Sekarang piagam PBB dilanggar secara harfiah dimulai dengan Pasal 1. Jadi, apa gunanya semua pasal lainnya?" katanya seperti dilansir dari laman CNN, Rabu (6/4/2022).

Masalah tersebut membuat Zelensky menyerukan agar PBB direformasi. Hal itu ia anggap perlu karena posisi organisasi beranggotakan 15 negara itu hingga kini tidak mengambil inisiatif dan tindakan apapun dalam menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.

Ia mengatakan sikap diam PBB itu terjadi karena keberadaan Rusia, bersama Amerika Serikat, Prancis, Inggris dan China yang memiliki hak veto.  Di forum itu, ia mendesak PBB segera bertindak menghentikan invasi yang dilakukan Rusia terhadap negaranya. Kalau tidak, ia mendesak PBB untuk membubarkan diri saja.

Dalam forum itu ia mengatakan kekejaman yang dilakukan Rusia di kota-kota Ukraina seperti Bucha sama dengan perbuatan teroris, seperti kelompok ISIS. Zelensky pun meminta organisasi yang pendiriannya bertujuan memastikan perdamaian dan keamanan internasional itu untuk mengusir Rusia dari negaranya.

"Kalau tidak ada solusi dan tidak ada pilihan, opsi selanjutnya silahkan Anda membubarkan diri sama sekali. PBB bisa dibubarkan begitu saja," ucap Zelensku. "Hadirin sekalian, apakah Anda siap menutup PBB? Dan waktu hukum internasional telah berlalu? Jika jawaban Anda tidak, Anda harus segera bertindak."

  

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Video 90 Detik

Berjenggot dan mengenakan kaus hijau militer yang sekarang menjadi ciri khasnya, Zelensky, berbicara dari jarak jauh dari Kiev, memberi gambaran mengerikan tentang kekejaman yang diduga dilakukan pasukan Rusia terhadap warga sipil di Bucha, sebuah kota di luar ibu kota Ukraina.

Bucha telah diduduki pasukan Rusia, tapi ketika mereka mundur baru-baru ini, pihak berwenang Ukraina dan jurnalis internasional independen, termasuk AFPm menemukan mayat orang-orang berpakaian sipil, beberapa dengan tangan terikat di belakang.  Zelensky yang sehari sebelumnya menyambangi Bucha, menayangkan video berdurasi 90 detik dari apa yang dia katakan sebagai gambar dari kota-kota termasuk Bucha dan pelabuhan selatan Mariupol.

Rekaman itu menunjukkan orang mati yang sebagian tidak tertutupi, termasuk anak-anak, di kuburan dangkal, beberapa mayat di halama,  dan orang mati dengan tangan terikat di belakang mereka merosot ke dinding. "Perempuan diperkosa dan dibunuh di depan anak-anak mereka, lidah mereka dicabut hanya karena para penyerang tidak ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar dari mereka," ungkap Zelensky.

Dia menyerukan pengadilan internasional yang serupa seperti apa yang didapatkan Nazi di Nuremberg, Jerman setelah Perang Dunia II.  Sementara itu, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan, pihaknya sedang mengumpulkan bukti-bukti kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia di Bucha, Ukraina.

3 dari 5 halaman

Kejahatan Perang

Melalui juru bicaranya, Liz Throssell, pihak OHCHR mengatakan foto-foto mayat itu sangat mengenaskan. Throssell menyebut, foto-foto orang dengan tangan terikat, perempuan setengah telanjang, dan mayat yang dibakar tersebut jelas menunjukkan bahwa mereka diserang secara langsung.

Berdasarkan hukum kemanusiaan internasional, Throssell menegaskan, pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang. "Tapi, kami tidak mengatakan insiden khusus ini adalah kejahatan perang. Kami belum bisa menetapkan itu. Karena itu perlu ada pemeriksaan forensik yang mendetail," jelas Throssell.

Karena itu, perlu ada pemantauan dan pengumpulan informasi secara rinci tentang apa yang terjadi, terhadap siapa, oleh siapa, juga pada tanggal berapa. "Sekarang kami berupaya melakukan itu, demikian pula badan-badan lainnya," jelasnya.

Throssell mengungkap pentingnya melanjutkan upaya tersebut dan bagi para pelaku kejahatan semacam itu untuk dimintai pertanggungjawaban dan dibawa ke pengadilan.

 

4 dari 5 halaman

Bantahan Rusia

Di sisi lain, pihak Rusia tetap membantah tuduhan tersebut. Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia mengatakan tidak ada bukti pasukan Rusia telah melakukan kekejaman. "Kami sekali lagi mendengar banyak kebohongan tentang tentara dan militer Rusia," katanya.

Rusia telah mengklaim bahwa gambar yang disajikan pihak berwenang Ukraina untuk menunjukkan telah terjadi pembantaian di Bucha adalah palsu. Juga, bahwa kematian terjadi setelah tentara Rusia ditarik keluar dari daerah tersebut.

Itu belum memberikan bukti, dan citra satelit telah menunjukkan mayat di sana selama berminggu-minggu, sebelum Moskow menarik pasukannya dari kota.

"Anda hanya melihat apa yang mereka tunjukkan pada Anda. Jadi, tidak bisa mengabaikan inkonsistensi mencolok dalam versi peristiwa yang dipromosikan oleh media Ukraina dan Barat," tutupnya.

5 dari 5 halaman

Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.