Sukses

Masalah Stunting Anak: Kurangnya Asupan Protein dan Obesitas pada Ibu Hamil

Ibu hamil yang obesitas memiliki dua faktor risiko melahirkan anak stunting.

Liputan6.com, Jakarta - Stunting masih jadi salah satu permasalahan utama yang dialami anak-anak di Indonesia. Stunting kerap dikaitkan dengan pola makan anak yang buruk atau kesalahan pemberian nutrisi. Namun, kondisi ini ternyata sudah dimulai sejak masa kehamilan.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dwiana Ocviyanti, mengatakan bukan hanya ibu yang kekurangan energi kronik atau KEK yang berisiko melahirkan anak stunting. Para ibu yang mengalami obesitas ternyata punya risiko lebih tinggi.

Menurut data, sebanyak 20 persen ibu hamil di Indonesia tergolong obesitas. "Ibu terlalu kurus atau ibu terlalu gemuk dua-duanya penyakit," ucap Dwiana dalam diskusi virtual Ramadan, Momen Orang Tua Refleksi Diri dalam Nutrisi, Pengasuhan, dan Stimulasi Optimal bersama aplikasi kesehatan Tentang Anak, Selasa (5/4/2022).

Ibu hamil yang obesitas memiliki dua faktor risiko melahirkan anak stunting. Pertama, obesitas meningkatkan risiko kelahiran prematur.

Bayi yang prematur berisiko lebih tinggi mengalami stunting. Kedua, ibu yang obesitas berisiko tinggi mengalami tekanan darah tinggi dan preeklampsia, yakni kondisi peningkatan tekanan darah disertai adanya protein dalam urine.

Jadi, kemungkinan besar janin ibu dengan tekanan darah tinggi mengalami intrauterine growth restriction, yaitu pertumbuhan janin terhambat sehingga lahir dengan berat badan rendah. Dwiana yang merupakan Ketua Pokja Angka Kematian Ibu (AKI) Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu menyarankan para perempuan yang ingin hamil merencanakan kehamilannya dengan baik.

Berat badan perempuan yang ingin hamil idealnya tidak lebih dari 60 kilogram dan tidak kurang dari 45 kilogram, jika tinggi badannya antara 150--160 sentimeter. Ketika hamil pun kenaikan berat badan harus dijaga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Anemia

"Lima bulan pertama kenaikan (berat badan) hanya 1--2 kilogram tidak masalah. Pengetahuan seperti ini yang perlu ditularkan, musuh kita bukan KEK, yang perlu diperhatikan adalah ibu terlalu gemuk," kata Dwiana.

Selain berat badan berlebih, ibu hamil dengan anemia juga berisiko tinggi melahirkan anak stunting. Menurut Dwiana, data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2018 menunjukkan bahwa 50 persen ibu hamil mengalami kondisi ini. Selain berisiko stunting, angka kematian ibu dengan anemia juga cukup tinggi.

3 dari 5 halaman

Kekurangan Gizi Kronis

"Jadi, pemeriksaan pertama (jika ingin hamil), pastikan tidak punya KEK, obesitas, tidak punya penyakit penyerta sejak awal, dan tidak punya anemia," ujar Dwiana. Dokter spesialis anak Prof Damayanti R. Syarif mengatakan stunting merupakan perawakan tubuh pendek akibat kekurangan gizi kronis.

Kondisi ini menyebabkan beberapa kerugian. Pertama, pertumbuhan terganggu. Kedua, otak tidak berkembang, sehingga terjadi gangguan kecerdasan. Ketiga, perlemakan tubuh tinggi, sehingga berisiko lebih besar mengalami penyakit jantung koroner.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orangtua untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan asupan protein hewani yang cukup dan terhindar dari penyakit infeksi demi mencegah stunting.

4 dari 5 halaman

Protein Hewani

"Yang penting protein hewani, memastikan jangan ada infeksi di bayi sehingga asupan kalori yang masuk tidak keluar untuk pengobatan saja," jelasnya. Asupan protein hewani yang cukup bisa membantu anak mencegah kondisi ini.

Sejumlah makanan yang diketahui menjadi sumber protein hewani antara lain telur, susu, ikan, daging ayam, dan daging sapi. Sumber-sumber makanan itu tidak hanya mengandung protein, tetapi zat gizi lain yang juga dibutuhkan tubuh anak.

Dalam satu butir telur, misalnya, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak, dan vitamin. Dalam upaya mencegah anak terkena penyakit infeksi, Budi mengatakan, pemerintah menambahkan jenis vaksinasi, terutama diare dan pneumonia, yang menjadi infeksi terbanyak dialami anak.

5 dari 5 halaman

Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.