Sukses

Keluarga Asal Argentina Pulang Kampung Setelah 22 Tahun Keliling Dunia dengan Mobil Tua

Keluarga itu mengawali perjalanan keliling dunia pada 2000 hanya berdua dan pulang kampung dengan membawa serta empat anak yang kini sudah remaja.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah keluarga Argentina akan segera menyelesaikan perjalanan seumur hidup. Mereka telah melintasi lima benua dengan mobil balap tahun 1928 dalam sebuah petualangan yang dimulai pada 2000. Mereka berkeliling dunia sambil membesarkan empat anak yang sekarang remaja.

Keluarga Zapp yang terdiri atas Herman dan Candelaria serta anak-anak mereka,  telah berkendara sejauh 362.000 kilometer. Sekarang mereka berhenti di kota dekat perbatasan dengan Uruguay.

Keluarga itu dijadwalkan tiba di Obelisk, monumen di pusat Kota Buenos Aires pada hari ini, Minggu, 20 Maret 2022. Obelisk merupakan titik nol perjalanan dunia mereka pada 25 Januari 2000.

"Saya memiliki perasaan yang sangat campur aduk. Kami mengakhiri mimpi, atau memenuhi mimpi," kata Herman kepada AFP, dikutip dari Global Times, Sabtu, 19 Maret 2022. "Apa yang akan terjadi sekarang? Ribuan perubahan, ribuan pilihan," kata pria berusia 53 tahun itu yang sudah berpikir untuk berlayar keliling dunia.

Candelaria, yang berusia 29 tahun ketika perjalanan dimulai dan sekarang berusia 51 tahun, mengatakan penemuan terbesar dan terbaiknya adalah orang-orang yang ditemui di sepanjang jalan. "Orang-orang itu luar biasa. Kemanusiaan itu luar biasa," kata Candelaria.

Dia mengatakan keluarga itu mengunjungi tidak kurang dari 102 negara dan wilayah. Namun, terkadang mereka harus mengambil jalan memutar karena perang atau konflik lainnya.

Pasangan itu telah menikah enam tahun, memiliki pekerjaan yang baik dan baru saja membangun rumah, dengan rencana untuk memiliki anak juga, ketika nafsu berkelana muncul. Perjalanan keliling dunia mereka dimulai dengan perjalanan backpacking di Alaska.

Seseorang lalu menawari mereka sebuah mobil tua buatan Amerika bernama Graham-Paige. Mesinnya buruk dan catnya tampak mengerikan.

"Kursinya tidak bagus, knalpot juga tidak. Tidak ada AC juga. Itu mobil yang harus diperhatikan. Kelihatannya tidak nyaman, tapi luar biasa," kata Herman. "Itu bagus di kota-kota, di lumpur, dan di pasir," tambahnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Delapan Set Ban

Mereka hanya menggunakan delapan set ban dalam 22 tahun dan hanya dua kali diperlukan untuk melakukan pekerjaan mesin besar. Herman memamerkan roadster dengan membuka kanvas di bagian atasnya yang membentuk semacam tenda untuk anak-anak tidur di bawah saat waktunya berkemah.

"Sekarang lebih bagus daripada ketika pertama kali keluar," katanya tentang kendaraan uber-vintage yang dimodifikasi.

Saat di jalan, dan dengan dua anak pertama yang lahir--Pampa (19) yang lahir di AS dan Tehue (16) yang lahir di Argentina--mereka memperbesar mobil dengan memotongnya menjadi dua dan menambahkan 40 sentimeter panjang dan kursi lain. Ruang tambahan itu digunakan untuk menyambut Paloma (14) yang lahir di Kanada dan Wallaby (12) yang lahir di Australia.

Tambahan terakhir dalam keluarga adalah seekor anjing bernama Timon dan seekor kucing bernama Hakuna selama tinggal di Brasil, tempat Zapps terdampar untuk sementara waktu pada 2020 karena Covid-19.

 

3 dari 5 halaman

Tulisan Keluarga Keliling Dunia

Mobil itu terlihat seperti sesuatu yang keluar dari film gangster. Bagasinya berfungsi seperti area penyimpanan dapur, dan panas mesin digunakan untuk memasak atau memanaskan air. Pakaian dan peralatan disimpan di bawah kursi. Selama bertahun-tahun, itu menjadi rumah keluarga Zapp yang manis.

"Rumahnya kecil tapi dengan halaman belakang yang luas, dengan pantai, gunung, dan danau. Jika Anda tidak suka pemandangannya, Anda bisa mengubahnya," gurau Herman. Di sisi mobil ada tanda bertuliskan "Sebuah keluarga yang berkeliling dunia."

Keluarga Zapp biasanya tinggal sebagai tamu di rumah orang--mereka memperkirakan sekitar 2.000 orang. "Kemanusiaan luar biasa," kata Candelaria tentang keramahan orang-orang. "Banyak yang membantu hanya untuk menjadi bagian dari mimpi."

Tapi itu tidak semua mudah. Herman pernah terkena malaria, keluarganya berkendara melintasi Asia selama wabah flu burung, dan harus berurusan dengan Ebola di Afrika dan demam berdarah di Amerika Tengah.

4 dari 5 halaman

Banyak Teman

Di sini, di jalan-jalan Gualeguaychu, orang-orang membunyikan klakson ketika mereka melihat Graham-Paige tua milik keluarga Zapp. Penggemar mobil antik berfoto dengannya.

Beberapa membeli salinan buku yang ditulis Zapps tentang petualangan mereka, berjudul Catching a Dream. Mereka telah menjual sekitar 100.000 eksemplar dan mengatakan ini adalah sumber pendapatan utama mereka untuk semua perjalanan ini.

Sebagai catatan, mereka melakukannya di Amerika, Afrika, Oseania, Asia, dan Eropa. Mereka menyentuh Gunung Qomolangma, yang dikenal sebagai Gunung Everest di Barat, makan telur bebek di Asia, menari dengan penduduk asli di Namibia, memasuki makam Raja Tut di Mesir, dan berlayar melintasi banyak lautan.

Bagi anak-anak, itu adalah pengalaman yang tak terlupakan. Mereka melakukan studi jarak jauh dan belajar di rumah dengan Candelaria. Sekarang, kelas tatap muka menunggu mereka di Argentina. "Yang paling ingin saya lakukan adalah mencari banyak teman," kata Paloma, 14 tahun.

5 dari 5 halaman

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.