Sukses

Hewan Peliharaan Banyak Dibunuh Paksa demi Tangkal Penyebaran Covid-19 di China

Muncul desakan pembaruan aturan perihal hewan peliharaan agar lebih berperikehewanan selama pandemi Covid-19 di China.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang delegasi di badan penasihat politik China mendesak otoritas untuk memastikan penanganan yang tepat dan tidak berbahaya bagi hewan peliharaan selama pandemi Covid-19 berlangsung. Desakan itu datang seiring banyak hewan peliharaan yang menjadi korban selama pandemi berlangsung.

Chen Wei, anggota Kongres Rakyat Nasional mengatakan China memiliki banyak hewan peliharaan. Namun karena kurangnya regulasi yang mengatur bagaimana menangani hewan-hewan ini ketika masalah Covid-19 muncul, banyak problem sosial bermunculan, lapor portal berita The Paper.

Selama lebih dari dua tahun, ia melihat banyak sekali insiden yang berkaitan dengan hewan peliharaan, terutama yang dimiliki pasien atau kontak erat kasus Covid-19. Hewan-hewan itu dibunuh paksa oleh pemerintah daerah sebagai bagian cara pencegahan penyebaran virus corona baru.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Senin (14/3/2022), lebih dari 60 juta orang di dataran China memiliki hewan peliharaan berdasarkan data statistik 2019. Mayoritas jenisnya adalah anjing atau kucing.

"Pemerintah daerah harus menerbitkan peraturan karantina yang efektif dan manusiawi untuk hewan peliharaan," kata Chen, yang juga wakil presiden Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok (TCM) Quzhou di Zhejiang, Tiongkok timur.

Ditambahkan, "Peraturan ini tidak hanya akan menjadi bagian dari kampanye pencegahan epidemi yang komprehensif, tetapi juga akan menunjukkan sisi humanis otoritas kepada warga lokal dan menghormati setiap nyawa."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Insiden Shangrao

Perempuan itu mengatakan Undang-Undang Pencegahan Epidemi Hewan dan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular yang ada saat ini mengatur soal hewan liar, burung dan hewan ternak harus disembelih selama pandemi berlangsung. Hukum itu tidak mengatur soal hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing.

Pada November tahun lalu, pemerintah daerah Shangrao di Privinsi Jiangxi, China Timur, memicu protes publik. Hal itu terjadi setelah pejabat kedapatan memukuli anjing peliharaan sampai mati dengan sebatang besi.

Pemilik anjing itu diketahui dibawa pergi untuk menjalani karantina di hotel. Pembunuhan itu terjadi setelah pejabat bersangkutan meyakinkan pemilik anjing bahwa peliharaannya tidak akan dibunuh.

3 dari 5 halaman

Aturan Formal

Menyusul insiden Shangrao, sejumlah organisasi kesejahteraan hewan menuntut pejabat untuk menetapkan aturan formal perihal karantina hewan peliharaan. "Kita semestinya tidak membahayakan hewan peliharaan atas nama pencegahan pandemi," kata Asosiasi Perlindungan Hewan Kecil China yang berbasis di Beijing.

Selain aturan karantina untuk hewan peliharaan, Chen juga mengusulkan penambahan hukuman atas tindakan tidak berperikemanusiaan terhadap hewan peliharaan. Ia juga mendesak peningkatan kapasitas petugas terkait langkah pencegahan pandemi untuk mencegah tragedi serupa berulang lagi.

"Selama masa epidemi, kita semestinya membantu satu sama lain. Lebih dari itu, kita semestinya merawat semua bentuk kehidupan di Bumi dan mengamankan hak bertahan hidup hewan liar dan hewan peliharaan, sebagai cara menjaga harmoni antara manusia dan alam," katanya.

4 dari 5 halaman

Pembantaian Hamster

Langkah radikal juga sempat diambil Pemimpin Hong Kong Carrie Lam yang mendukung pemusnahan hamster peliharaan guna mencegah Covid-19. Keputusan Carrie Lam memicu kemarahan para aktivis hak-hak binatang.

Langkah ini dilakukan setelah melacak wabah Covid-19 ke seorang penjaga di sebuah toko. Hasilnya, 11 hamster dinyatakan positif Covid-19. Lam kemudian memerintahkan pemusnahan sekitar 2.000 hamster dari puluhan toko hewan peliharaan.

"Anda harus mengerti bahwa kita harus mencapai keseimbangan," kata Lam.

"Saya mengerti pemilik hewan peliharaan akan tidak senang, tetapi kita harus mengambil kepentingan publik sebagai prioritas pertama kita," tambahnya.

Ribuan orang telah menawarkan untuk mengadopsi hamster yang tidak diinginkan di tengah kecaman publik terhadap pemerintah dan penasihat pandeminya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan hewan tampaknya tidak memainkan peran penting dalam menyebarkan Covid-19.

5 dari 5 halaman

Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.