Sukses

Perjalanan Brand Es Krim Indonesia Tembus Supermarket di New York

Bisnis es krim dengan berbagai rasa khas Indonesia yang dijual di New York itu bermula dari mengobati kangen rumah di masa pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi tidak selalu membawa cerita sedih. Buktinya, kakak beradik asal Surabaya, Elizabeth Margaretha dan Debbie Tanudirjo berhasil membangun usaha es krim 'Sundae Service Creamery' di New York.

Bisnis itu diawali tak sengaja. Lulusan New York University itu awalnya hanya membuat es krim karena ingin mengobati rasa kangen rumah karena tak bisa pulang di awal pandemi. Kebetulan, Debbie baru saja mendapat alat membuat es krim sebagai hadiah ulang tahun pada April 2020.

Mengutip keterangan pada laman resmi Sundae Service Creamery, mereka lalu memanfaatkan alat tersebut sebagai hobi baru yang berujung jadi kebiasaan. Tanpa disangka, mereka rajin membuat es krim dengan rasa-rasa baru setiap minggu. Sebagian dinikmati sendiri, sisanya dibagikan ke teman-teman mereka.

Dikutip dari VOA Indonesia, Jumat, 11 Maret 2022, kuliner khas Indonesia jadi inspirasi rasa kebanyakan es krim mereka. Sebut saja es puter. Ia mengaku biasa memakannya ketika kecil. Ada juga rasa nastar alias kukis nanas yang biasa disajikan saat natal dan lebaran. 

"Like growing up kita, we love es puter so much," ucap Liz.

Teman-teman mereka akhirnya mendorong Liz dan Debbie untuk menjualnya secara komersil. Keduanya juga melihat peluang karena jarang es krim yang dijual di New York menawarkan rasa Asia.

Pada Juli 2020, Sundae Service resmi dipasarkan agar lebih mudah dipahami target konsumen. Mereka menggunakan nama  pandan coconut untuk rasa es puter, dan pineapple cookies untuk nastar. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Asal Nama

Nama Sundae Service punya sejarah sendiri. Hal itu berasal dari cara mereka melayani pelanggan di awal berbisnis. Mereka biasanya hanya membuat sesuai pesanan via online.

Setelah itu, mereka akan memprosesnya dalam seminggu. Mereka baru mengirimkannya kepada pemesan di hari Minggu. "Jadilah nama Sundae Service!" tulis mereka.

Bisnis mereka makin berkembang hingga akhirnya harus membuat dalam skala besar. Debbie mengaku hal itu tak mudah dilakukan. Banyak sekali kendala yang dihadapi, mulai dari mencari suplier, ditipu suplier, hingga sopir pengantar yang kecelakaan.

Ia juga sempat kesulitan menemukan flavor cheesecake yang spesifik sebelum akhirnya berhasil meluncurkan secara resmi. Setelah diproduksi, masalah lain datang.

3 dari 5 halaman

Jadi Viral

Ternyata ada kesalahan ejaan pada kemasan es krim cheesecake itu. "Ketika kami pesan bungkus produk es krim, ada kesalahan ejaan. Cheesecake ditulis cheeseecake," kata Liz.

Kesalahan eja itu membuat es krimnya mendadak viral. Apalagi, kontennya diunggah ke media sosial. Namun, pembeli rupanya tak peduli dengan hal itu. Mereka masih menginginkannya meski ada kesalahan pengejaan karena yang terpenting rasanya enak.

"This just makes me want it more," ujar @pangiwinnin, salah satu pengguna TikTok yang mengomentari video itu.

"Kadang ketika kita buat kesalahan, kami melihatnya sebagai hal yang buruk, padahal orang lain tidak melihatnya begitu," kata Liz lagi.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Dijual di Supermarket

Total ada empat rasa andalan Sundae Service. Mereka menjual dalam kemasan cup ukuran 8 oz atau sekitar 230 ml dengan harga 5 dolar AS atau sekitar Rp71 ribu.

Liz dan Debbie kini tinggal terpisah. Liz kembali ke Surabaya, sedangkan Debbie berkarir di New York. Namun, mereka tetap mengembangkan bisnis es krim yang sudah dirintis dengan mengajukan penawaran untuk dipasarkan lewat toko ritel.

"Ada sekitar 100 toko yang kami hubungi, tapi yang merespons kurang dari 10 persen," ujar Liz.

Saat ini, es krim tersebut sudah dijual di tiga supermarket di New York, yakni Sunrise Mart Midtown, Pearl River Mart foods (Chelsea Market), dan Southeast at The Marketline (Essex Market). Berikutnya menyusul dua supermarket, yakni Court Street Grocers (485 Court ST), dan Tokyo Market di Forest Hills.

"Target kami setahun ke depan adalah memperkokoh pasar kami di New York dan memastikan produk kami bisa diakses mudah oleh semua orang di Kota New York," ucap Debbie. (Natalia Adinda)

 

5 dari 5 halaman

Camilan Tradisional Tampil Lebih Kekinian

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.