Sukses

Cerita Akhir Pekan: Kapan Bisa Disebut Gangguan Kesehatan Mental?

Apa sebenarnya arti kesehatan mental dan apa pertanda seseorang mengalami gangguan kesehatan mental?

Liputan6.com, Jakarta - Sejak Maret 2020, hampir semua orang dari seluruh dunia diharuskan lebih banyak berada di rumah dan bila mendesak harus keluar, tidak boleh lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Kondisi tersebut secara tak langsung turut memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Para ahli mengatakan bahwa kesehatan mental atau mental health sangat memengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Masalah mental juga dapat mengganggu kesehatan fisik. Lalu, apa sebenarnya arti kesehatan mental dan apa pertanda seseorang mengalami gangguan kesehatan mental?

Psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ menjelaskan, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana individu dapat mengenali kekuatannya, menghadapi stresor keseharian, hidup dengan produktif, dan mampu berkontribusi pada lingkungan sekitarnya

Masalah kesehatan mental ditandai oleh adanya 4D. yaitu distres, disability, danger, dan deviance. "Distres artinya penderitaan yang berat, yang secara subyektif dirasakan oleh individu tersebut. Disability artinya ada ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, atau bersosialisasi sehari-hari," terang Jiemi dalam pesan pada Liputan6.com, Jumat, 4 Maret 2022.

"Sedangkan danger artinya ada perilaku yang berbahaya, baik itu membahayakan diri sendiri seperti menyakiti diri atau pikiran tentang mengakhiri hidup, atau menyakiti orang lain seperti pikiran kekerasan, atau perilaku kekerasan," lanjutnya.

Sementara Defiance artinya ada perubahan perilaku yang bisa diamati oleh sekitar.  Contohnya, seseorang biasanya sudah tidur, tapi akhir akhir ini dalam beberapa hari tidak bisa tidur sama sekali hingga ada orang lain yang mengamati. Ketika sebuah perilaku bisa diamati ada perubahan, itu adalah Deviance.

"Penyebab masalah kejiwaan itu kompleks, berlawanan dengan mitos umum di mana gangguan kejiwaan terjadi karena kelemahan personal atau karena stres yang terlalu dipikirkan, masalah gangguan jiwa sebenarnya sangat kompleks," jelas Jiemi.

Penyebabnya bisa karena faktor genetik, stresor, pola kognitif individu, pola asuh, aspek dukungan dari kelompok bantu, caregiver dan support system. Bahkan situasi politik seperti perang yang terjadi baru-baru ini. Menurut psikiater yang aktif melayani pasien di Siloam Hospitals Bogor mi, keseluruhan aspek tadi saling terkait untuk mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Pertolongan Profesional

Jika masalah perasaan ini tidak terlalu mengganggu, kita bisa mulai bercerita kepada orang sekitar, membentuk perilaku dan kebiasaan yang baru dalam menghadapi stresor. Bisa pula dengan berlatih meditasi atau mindfulness, berolahraga, makan makanan dengan gizi yang seimbang, tidur yang cukup, dan tetap terhubung secara sosial.

"Jika masalah perasaan atau perilaku ini sangat mengganggu, akan lebih baik kita memutuskan untuk pergi ke pertolongan profesional baik psikolog maupun psikiater," tuturnya.

Sementara dari sudut pandang psikologi, kesehatan mental adalah kondisi dimana kita menyadari bahwa kita tidak mempunyai keluhan terhadap apa yang kita jalani. Kita mampu mengaktualisasikan diri dengan baik, mengelola stres, berperan dalam masyarakat bahkan mengembangkan diri.

"Kita tahu kita bermasalah ketika, kita tidak mampu berfungsi dengan baik, seperti pekerjaan atau peran tidak dijalani dengan baik, merasa stres atau mengalami gangguan-gangguan lain yang mempengaruhi kontribusi kita sebagai pribadi," terang psikolog Dian Ibung,S. Psi., pada Liputan6.com, Jumat, 4 Maret 2022.

"Hal itu terjadi dalam situasi sehari-hari ataupun dalam peran kita di masyarakat. Atau jika ada keluhan dari orang sekitar kita bahwa tingkah laku kita dianggap mengganggu lingkungan sekitar," sambungnya.

3 dari 6 halaman

a

Dian melanjutkan, banyak hal dalam situasi sehari-hari yang dapat mengakibatkan kesehatan mental kita terganggu. Dan situasi ini bisa jadi berbeda pada tiap orang.

Situasi itu bergantung dari karakter masing-masing individu. Pemicu bagi masing-masing individu dan situasi yang sedang dihadapi oleh masing-masing individu juga berbeda

"Cara mengatasi gangguan kesehatan mental akan beragam tergantung pada derajat gangguan yang terjadi dan karakter dari individunya," jelasnya. Dian mengatakan, secara garis besar gangguan akan lebih mudah diatasi jika individu menyadari bahwa ia mengalami gangguan dan mau memperbaiki diri.

Cara termudah mengatasi gangguan adalah dengan mengidentifikasi masalah penyebab gangguan dan mencari solusi penyelesaiannya. Anda dapat meminta bantuan orang lain atau profesional (psikolog) jika tidak mampu menyelesaikannya sendiri.

"Perlu disadari bahwa psikolog akan bersikap objektif terhadap berbagai masalah, sehingga diharapkan individu yang terganggu akan menemukan solusi masalahnya dengan lebih cepat dan tepat," terang Dian yang juga seorang grafologis ini. 

4 dari 6 halaman

14 Langkah

Di masa pandemi ini, masalah atau gangguan kesehatan mental memang rentan terjadi. Untuk itu, ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental.

Menurut Dian Ibung, setidaknya ada 14 langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental kita.

1. Menerima kondisi yang serba menekan ini.

2. Bersikap realistis untuk hal-hal yang diinginkan, dibutuhkan, dan kondisi yang ada. Jangan memaksa melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.

3. Selalu fokus pada solusi. Jangan membuang energi untuk hal-hal yang tidak dapat dikontrol.

4. Mengusahakan yang terbaik yang bisa dilakukan di situasi pandemi.

5. Mensyukuri apa yang ada.

6. Mencari hiburan yang dapat dilakukan di situasi pandemi.

Kita harus realistis. Jangan lagi mengingat-ingat hobi atau kesenangan yang tidak dapat dilakukan di masa pandemi. Jika ini yang terjadi, kita bukannya terhibur tapi malah tambah stres.

7. Mengembangkan wawasan.

Cobalah sesuatu yang baru, yang mungkin dapat menjadi alternatif pilihan ketika butuh relaks atau agar tidak bosan. 

5 dari 6 halaman

8. Batasi mencari informasi tentang pandemi

Jika terlalu sering mencari beragam informasi seputar pandemi, kita bisa merasa stres sendiri. Pilih-pilih sumber berita yang terpercaya. Jangan baca atau percaya pada berita hoaks.

9. Berbagi info yang menarik dengan teman-teman yang baik.

Kita bisa berbagi ide untuk melakukan kegiatan di rumah. Contohnya, berbagi resep, cara merawat tanaman, olahraga di rumah dan masih banyak lagi.

10. Clear chat/left grup WA yang isinya toxic.

Tinggalkan grup yang terus menerus berkeluh kesah, terus menerus membagikan berita duka, atau terus menerus menyalahkan keadaan.

11. Gunakan media sosial dengan bijak.

Jadikan media sosial sebagai hiburan dan sumber data yang baik.

12. Selalu terhubung dengan teman-teman yang positif dan keluarga yang mendukung ke arah perbaikan.

MInta diingatkan jika secara tak sadar Anda sudah mulai mengganggu lingkungan (ini jadi tanda kesehatan mental Anda mulai terganggu).

13. Kerjakan pekerjaan yang ada sesuai job desk. Jika ingin membantu orang lain, lakukan dengan sukarela.

14. Banyak berdoa.

6 dari 6 halaman

Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.