Sukses

CDC Sebut Tidak Perlu Pakai Masker untuk Daerah Tingkat COVID-19 Rendah dan Sedang di Amerika Serikat

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sendiri menyerahkan kebijakan penggunaan masker pada pemerintah di masing-masing wilayah AS.

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyerahkan kebijakan penggunaan masker pada pemerintah di masing-masing wilayah AS. Pihaknya semata menyarankan bahwa masker wajib digunakan saat tingkat penularan COVID-19 sedang tinggi.

Dilansir dari People, Sabtu (26/2/2022), tingkat penularan COVID-19 turun di sebagian besar negara bagian AS. Mandat masker tidak lagi diperlukan untuk daerah dengan tingkat kasus rendah maupun sedang, yang saat ini mencatat sekitar 70 persen dari negara tersebut.

"Kami ingin memberi orang istirahat dari hal-hal seperti memakai masker ketika level (penularan COVID-19) rendah," Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan. Ia menambahkan, CDC akan terus mengikuti arus sains dan epidemiologi untuk membuat rekomendasi dan panduan kesehatan masyarakat.

Pihaknya juga terus memantau dan melihat kondisi ke depan, apakah akan lebih buruk atau membaik. "Tidak ada dari kita yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kita harus siap untuk apapun yang terjadi selanjutnya," imbuh Walensky.

Namun, negara bagian dan lokal dapat terus mewajibkan penggunaan masker di ruang publik. Pedoman baru juga tidak berlaku untuk persyaratan federal yang mengharuskan penumpang menggunakan masker di bandara dan pesawat terbang, yang setidaknya akan berlaku hingga 18 Maret 2022.

Dr. Greta Massetti dari Tim Manajemen Insiden Response COVID-19 CDC menjelaskan, pihaknya sekarang akan mengikuti kerangka kerja baru berdasarkan tingkat penyakit, rawat inap, dan kapasitas rumah sakit. Kegiatan itu dilakukan untuk menentukan apakah risiko COVID-19 rendah, sedang, atau tinggi sebagai informasi dasar rekomendasi pemakaian masker.

"Kategori ini membantu individu menilai dampak COVID-19 terhadap komunitas mereka, sehingga dapat memutuskan apakah perlu mengambil tindakan pencegahan ekstra. Semua itu termasuk penggunaan masker berdasarkan lokasi, status kesehatan, dan toleransi risiko," kata Massetti.

Kerangka kerja baru itu muncul akibat banyak gubernur Demokrat mencabut mandat pemakaian masker di negara bagian mereka. Terlebih, sudah lebih banyak negara yang melakukan vaksinasi COVID-19.

"Strategi pencegahan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan ketika komunitas kita mengalami penyakit yang lebih parah dan diturunkan ketika keadaan lebih stabil," ujar Massetti.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pengecualian

Massetti juga menekankan bahwa orang dapat memilih untuk terus memakai masker. Pengecualian itu berlaku bagi mereka yang mengalami gangguan kekebalan, sehingga harus berbicara dengan dokter pribadi mengenai tindakan pencegahan yang harus diambil berdasarkan lokasi mereka.

Ini pun berlaku pada orang yang memiliki gejala COVID-19 dan telah dinyatakan positif atau kontak dekat dengan seseorang yang dinyatakan positif. Dalam kondisi ini, mereka harus tetap memakai masker dengan kesadarannya sendiri. (Natalia Adinda)

3 dari 5 halaman

Catatan Tingkat Vaksin Terendah

New York Times melaporkan, dalam satu hari, rata-rata 76 ribu orang Amerika menerima dosis vaksin COVID-19 pertama mereka minggu ini, jumlah terendah sejak Desember 2020, menurut CDC. Jumlah dosis keseluruhan per hari, termasuk dosis pertama, dosis kedua, dan booster juga paling rendah sejak saat itu.

Itu jauh dari puncak kampanye vaksinasi pada April 2021, ketika rata-rata 1,8 juta orang Amerika setiap hari mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 pertama mereka. "Berbicara dengan pasien yang menolak vaksin adalah salah satu hal yang paling membuat frustrasi," kata Dr. Irwin Redlener, seorang dokter anak dan direktur Pusat Nasional untuk Kesiapsiagaan Bencana.

"Hal yang aneh di sini adalah pesan kesehatan masyarakat yang khas, seperti 'Jika terkena COVID-19 dan Anda tidak divaksinasi, Anda memiliki peluang kematian 20 kali lebih besar daripada jika telah divaksinasi,' sepertinya tidak bekerja dengan pasien ini. Realitas ilmiah hitam-putih berada dalam konflik serius dengan informasi yang salah," tuturnya.

4 dari 5 halaman

Tingkat Vaksinasi

Mendekati ulang tahun kedua pandemi, suasana hati publik Amerika Serikat terhadapnya didominasi kelelahan dan frustrasi, catat sebuah laporan, baru-baru ini. Sikap ini melampaui garis partisan dan melintasi kelompok usia, jenis kelamin, ras, etnis, maupun pendapatan yang berbeda.

Publik sekarang dilaporkan lebih khawatir tentang dampak gelombang Omicron pada ekonomi daripada kesehatan dan kehidupan pribadi mereka, kata laporan itu. Sekitar 76 persen orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.

Para ahli memperkirakan bahwa dengan hanya sekitar 65 persen dari populasi yang divaksinasi penuh, ada sedikit harapan bagi Amerika Serikat untuk mencapai kekebalan komunal. Sekitar 80 juta orang Amerika masih belum divaksin, yang menempatkan mereka pada peningkatan risiko rawat inap dan kematian akibat COVID-19.

5 dari 5 halaman

Infografis 5 Tips Pakai Masker Cegah COVID-19 untuk Anak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.