Sukses

Belajar dari Kasus Velline Chu, Simak Cara-Cara Menyembuhkan Trauma KDRT Secara Sehat

Velline Chu mengaku mengonsumsi sabu untuk mengatasi trauma karena pernah jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Liputan6.com, Jakarta - Pedangdut Velline Chu dan suaminya, Budi Haryanto, ditangkap penyidik Satresnarkoba Polres Metro Jakarta Selatan atas tuduhan penyalahgunaan narkoba jenis sabu, Senin (10/1/2022). Berdasarkan informasi yang diterima kepolisian, Velline baru saja memesan narkoba jenis sabu dari seorang pengedar, lapor kanal News Liputan6.com.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan, mengatakan keduanya telah diperiksa di Polres Metro Jakarta Selatan terkait kasus tersebut. Hasil tes urine mereka menunjukkan positif narkoba jenis sabu.

Pada pihak kepolisian, catat kanal Showbiz Liputan6.com, Velline mengaku mengonsumsi sabu untuk mengatasi trauma karena pernah jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh mantan suaminya. Langkah ini tentu bukan keputusan tepat.

Mengutip Psych Central, Senin (10/1/2022), ada berbagai cara sehat untuk mengatasi trauma karena jadi korban KDRT. Dijelaskan bahwa setidaknya ada tujuh tahap dalam menyembuhkan luka tersebut. Pertama, proses penyembuhan dimulai ketika korban akhirnya jauh dari pelaku kekerasan.

Dicatat bahwa sayangnya langkah ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, sebelum jadi kenyataan. Menjamin keamanan berarti korban secara fisik jauh dari penyerangnya dan dapat tidur tanpa rasa takut.

Setelah pergi, dalam beberapa kasus, korban KDRT bahkan tetap mengalami kesulitan untuk percaya bahwa mereka aman. Karena itu, ada yang membutuhkan kepastian dari orang lain yang secara harfiah mengatakan, "Anda aman," secara berulang-ulang sampai itu mulai terasa nyata.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menstabilkan Lingkungan

Godaan terapis adalah terjun ke proses penyembuhan setelah korban dianggap aman. Tapi, melakukan ini sebelum stabilisasi lingkungan baru dapat kembali membuat trauma. Sebaliknya, korban membutuhkan masa istirahat untuk menyesuaikan diri dengan kenormalan baru sebelum berkonsultasi dengan profesional.

Dukungan Tanpa Syarat

Di antara terapis dan orang-orang terdekat, penting untuk korban merasa dicintai tanpa syarat bahkan ketika ia berbicara tentang betapa ia merindukan suami atau mantan suaminya yang kasar. Pasalnya, di beberapa fase, korban mungkin seolah melupakan trauma dan hanya mengingat saat-saat indah yang dilalui bersama pasangannya yang kasar.

Berbagi Pengalaman

Salah satu langkah yang paling membantu untuk pemulihan trauma adalah menemukan kelompok pendukung berisi orang-orang bernasib serupa. Pengalaman bersama ini memungkinkan seseorang menyadari bahwa mereka tidak sendirian.

Tindak KRDT disebut sangat mengucilkan, merendahkan, dan memalukan korbannya. Mengetahui bahwa orang lain, terlepas dari latar belakangnya, berada di fase yang sama adalah hal menyedihkan sekaligus melegakan.

3 dari 4 halaman

Selesaikan Insiden

Ini sering kali jadi langkah paling sulit dari perspektif kesadaran. Kebanyakan korban bahkan tidak menyadari tingkat kekerasan yang dialami sampai mereka mencapai langkah ini. Ketika melakukannya, itu bisa sangat melelahkan dan kemungkinan akan memulai proses berduka kembali.

Memproses informasi ini pada awalnya sulit, tapi penting untuk menyadari hubungan beracun yang telah dijalani untuk tidak terulang di masa depan.

Sembuhkan Luka

Tahap ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menulis ulang dialog internal di dalam diri tentang apa yang terjadi. Bisa juga dengan menulis jurnal untuk menata pikiran dengan lebih baik, dan fokus pada proses penyembuhan luka.

Tetapkan Standar

Langkah terakhir menuju penyembuhan adalah dengan menetapkan standar baru tentang bagaimana korban ingin diperlakukan. Ini secara tidak langsung jadi batas-batas perilaku yang dapat diterima. Setiap kali seseorang melanggar salah satu batasannya, korban akan mengaktifkan peringatan.

Standar-standar baru ini membantu mengurangi ketakutan korban bahwa ia akan masuk kembali ke dalam hubungan yang kasar.

4 dari 4 halaman

Infografis Kekerasan dalam Pacaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.