Sukses

Pangeran William Ungkap Trauma Mendalam, Masih Berbekas Walau Tak Lagi Jadi Pilot

Peristiwa traumatis itu dialami Pangeran William saat masih menjadi pilot ambulans.

Liputan6.com, Jakarta - Pangeran William mengungkapkan krisis emosional yang dideritanya selama bertugas sebagai pilot ambulans. Trauma yang dirasakannya itu menyebabkan perasaannya seperti 'seluruh dunia sedang sekarat'.

Duke of Cambridge itu hampir meneteskan air mata saat mengungkapkan trauma yang disebabkan tekanan pekerjaannya itu. Kondisi itu dialami beberapa minggu setelah ia menolong seorang bocah lelaki yang meregang nyawa.

"Itu bahkan membuatku sedikit emosional sekarang," ujarnya, dikutip dari The Sun, Minggu (5/12/2021).

Ia mencoba mengingat kembali kenangan menyakitkan yang memengaruhi emosinya saat ini. Saat itu, Pangeran William masih bekerja shift malam untuk East Anglia Air Ambulance. Setiap hari, ia berusaha kembali ke rumah untuk bersama dengan Kate Middleton, George, dan Charlotte, sedangkan Louis masih belum lahir saat itu.

 

Pada satu malam, ia menerima panggilan darurat. Informasi yang disampaikan sangat singkat dan tidak terlalu detail. Ia dan timnya yang terdiri dari seorang pilot lain, dokter, dan paramedis, berharap kasus itu hanya berupa kecelakaan kecil.

"Tak berapa lama, informasi yang kami dapat menjadi lebih jelas bahwa anak muda itu dalam kondisi serius, ia ditabrak mobil. Dan tentu saja ada beberapa hal di kehidupan yang tak benar-benar ingin dilihat. Yang kami semua pikirkan saat itu adalah menyelamatkan bocah itu," tutur William saat berbicara tentang dampak berhadapan dengan 999 kondisi darurat di podcast Apple Fitness+.

Dengan suara tercekat, ia mengingat jelas orangtua anak itu sangat histeris. Mereka berteriak, meratap, tidak tahu apa yang harus dilakukan. "(Orangtua itu) dalam penderitaan mereka sendiri," imbuhnya.

Dalam situasi darurat itu, ia menyebut timnya berusaha bekerja menstabilkan kondisi bocah itu. Mereka berusaha membawa bocah itu ke rumah sakit sesegera mungkin. Waktu mereka hanya kurang dari sejam agar bocah itu bisa selamat.

Tugas berhasil ditunaikan, tetapi William mengaku saat ia pulang pada malam itu, merasa sangat kecewa. "Aku tak menangis, tetapi dalam hatiku, aku merasa sesuatu telah berubah. Aku merasa tekanan nyata dalam diriku. Dan kemudian, keesokan harinya, kembali bekerja, Anda tahu, dengan kru yang berbeda."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perjuangan Mengatasinya

Pada satu titik, William merasa enggan membicarakan apa yang ia rasakan terkait pengalaman traumatis itu. Ia tak ingin membebani orang lain. Namun, hal itu nyatanya tetap memengaruhinya beberapa minggu kemudian.

"Kehidupan pribadiku dan segalanya benar-benar baik. Aku bahagia di rumah dan tempat kerja, tetapi aku terus melihat diriku sendiri merasa, "mengapa aku merasa seperti ini? mengapa aku merasa sangat sedih?" kata William.

Ia lalu menyadari bahwa yang dirasakannya adalah trauma dan kesedihan orang lain telah memengaruhinya. Namun, ia tidak bisa menjelaskan mengapa ia menyadari hal itu karena banyak orang tidak menyadarinya. 

"Sampai kamu bisa melewatinya, itu sangat sulit dipahami," katanya.

William berjuang agar emosinya tetap tenang saat bertemu kembali dengan keluarga korban tabrakan mobil. "Itu benar-benar membantu karena...bahkan sekarang saja membuatku emosional. Ketika mereka datang dan berkata, ' terima kasih', dan, ' Ini dia. Dia baik.' Itu... Anda tahu, itu tetap memengaruhiku sekarang."

"Tapi aku pikir, seperti seorang manusia, ketika kami melihat seseorang di situasi mengerikan, yang pada dasarnya antara hidup dan mati, kamu tak bisa tidak terpengaruh oleh itu," imbuh William.

 

 

3 dari 4 halaman

Kesehatan Mental

Kisah William menjadi satu dari produksi program podcast bertajuk Time to Walk yang akan dirilis besok. Kisahnya direkam saat ia sedang tinggal di Sandringham Estate, di Norfolk. 

Ia sendiri merasa beruntung bisa melewatinya dengan membicarakannya dengan orang lain. Hal itu pula yang mendasarinya untuk mengampanyekan pentingnya dukungan kesehatan mental, seraya menyatakan tidak ada stigma atau tabu untuk mencari bantuan.

Bulan lalu, ia meluncurkan insiatif The Blue Light Together, yakni layanan darurat Inggris sepakat untuk menjadikan responder kesehatan mental sebagai prioritas utama. William juga menyatakan tidak perlu takut untuk menangani isu kesehatan mental.

"Ada banyak jalan yang bisa memengaruhimu, sekelilingmu, lingkunganmu, didikanmu. Kita semua perlu melewati proses pemahaman mengapa daripada hanya menyerah pada perasaan itu dan berkata ' Dengarkan, ini aku. Akulah masalahnya. Bukan kamu'," kata William.

Ia melanjutkan, yang terpenting adalah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Hal itu tentang memiliki keberanian, keterbukaan, dan kekuatan untuk maju dan sadar bahwa situasi itu adalah perjalanan yang panjang dan tidak mudah.

 

4 dari 4 halaman

Jejak Asmara Kate Middleton dan Pangeran William

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.