Sukses

Amerika Serikat Jadi Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia

Amerika Serikat butuh strategi baru untuk mengekang jumlah besar sampah plastik yang berakhir di lautan.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dilaporkan jadi negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Catatan ini membuat Negeri Paman Sam sangat membutuhkan strategi baru untuk mengekang jumlah besar plastik yang berakhir di lautan, menurut laporan baru yang diserahkan pada pemerintah federal, lapor Guardian, Kamis (2/12/2021).

Munculnya plastik murah dan serbaguna telah menciptakan "banjir sampah plastik skala global yang kita lihat di mana-mana," laporan tersebut menyatakan. AS disebut sebagai "kontributor utama plastik sekali pakai yang akhirnya menjerat dan mencekik kehidupan laut, merusak ekosistem, serta membawa bahaya polusi melalui rantai makanan."

Sampah plastik telah meningkat tajam di AS sejak 1960, dengan negara tersebut sekarang menghasilkan sekitar 42 juta metrik ton sampah plastik per tahun, sekitar 130 kilogram (kg) sampah untuk setiap orang di Amerika. Jumlah ini lebih dari gabungan semua negara anggota Uni Eropa.

Jumlah keseluruhan limbah kota yang dibuat di AS juga dua hingga delapan kali lebih besar daripada negara-negara yang sebanding di seluruh dunia, menurut laporan tersebut. Infrastruktur daur ulang gagal mengimbangi pertumbuhan besar dalam produksi plastik Amerika.

Membuang sampah sembarangan dan pembuangan sampah yang tidak efisien menyebabkan hingga 2,2 juta ton plastik, mulai dari botol plastik, sedotan, hingga kemasan, bocor ke lingkungan setiap tahun. Total pemborosan bahkan mungkin lebih besar dari ini karena kesenjangan data dalam melacaknya.

Sebagian besar plastik ini "berjalan" melalui sungai, saluran air, hingga ke lautan dunia. Di seluruh dunia, setidaknya 8,8 juta ton sampah plastik memasuki lingkungan laut setiap tahun, setara dengan membuang truk sampah berisi plastik ke laut setiap menit.

Jika tren saat ini berlanjut, para ilmuwan memperkirakan jumlah ini bisa melonjak jadi 53 juta ton per tahun pada 2030, yang kira-kira setengah dari berat semua ikan yang ditangkap dari lautan secara global setiap tahun.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Catat Banyak Konsekuensi

Margaret Spring, kepala konservasi dan sains di Monterey Bay Aquarium, mengatakan, "Sampah plastik adalah krisis lingkungan dan sosial yang perlu ditangani AS secara tegas dari sumber ke laut." Spring memimpin komite ahli yang menyusun laporan yang diamanatkan kongres untuk Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional.

"Sampah plastik yang dihasilkan AS memiliki begitu banyak konsekuensi, berdampak pada komunitas pedalaman dan pesisir, mencemari sungai, danau, pantai, teluk, dan saluran air kita, menempatkan beban sosial dan ekonomi pada populasi yang rentan, membahayakan habitat laut dan satwa liar, serta mencemari perairan yang jadi juga sumber makanan dan penghidupan manusia," imbuhnya.

Laporan komite merekomendasikan bahwa strategi nasional baru diperlukan pada akhir tahun depan untuk membendung aliran plastik ke laut. Strategi tersebut, kata laporan itu, harus bertujuan memangkas produksi plastik, terutama untuk plastik yang tidak dapat digunakan kembali atau didaur ulang, membantu mempromosikan bahan alternatif yang dapat digunakan kembali, serta menetapkan standar yang lebih baik untuk pengumpulan dan pengolahan sampah.

3 dari 4 halaman

Potensi Kebocoran Sampah

Tren internasional dan industri yang lebih luas akan memengaruhi setiap upaya mengurangi polusi plastik. AS, bersama banyak negara maju lain, biasanya mengalihdayakan masalah limbah dengan mengirimkan plastik ke China, tapi impor ini dihentikan Tiongkok pada 2018.

Hal ini menyebabkan peningkatan limbah plastik yang dikirim ke negara lain, seperti Vietnam dan Thailand, serta plastik "daur ulang" yang dibakar di tempat pembuangan sampah domestik tidak mampu mengatasi volume sampah yang sangat besar.

Sementara itu, industri bahan bakar fosil sedang mempertimbangkan ekspansi besar-besaran dalam produksi plastik karena bisnis utamanya terjepit kekhawatiran krisis iklim. Polimer plastik dapat dibentuk dari bahan baku minyak mentah dan industri menggantungkan harapannya pada melimpahnya plastik baru untuk membanjiri pasar.

"Ada urgensi untuk masalah ini karena produksi meningkat, timbulan limbah meningkat, oleh karena itu, dampak kebocoran berpotensi meningkat juga," kata Jenna Jambeck, anggota komite ilmiah di balik laporan tersebut.

4 dari 4 halaman

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.