Sukses

Perempuan Usia 17 Tahun Derita Prosaisis yang Banyak Menerima Diskriminasi

Akibat prosaisis membuat perempuan berumur 17 tahun mendapat perlakuan diskriminatif.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar dari kita mungkin tidak berpikir dua kali untuk menggunakan pembersih tangan, terutama karena itu adalah barang penting selama pandemi. Namun, hal itu tidak mudah bagi Monissha Nath Kaushal yang berusia 17 tahun.

Kaushal menderita psoriasis, kelainan kulit yang menyebabkan sel-sel kulit seseorang berkembang biak hingga 10 kali lebih cepat dari biasanya. Pada Oktober, dia mengunggah TikTok yang menceritakan sebuah insiden di sekolah di mana dia dipaksa untuk menggunakan pembersih tangan, meskipun menunjukkan bahwa dia memiliki penyakit kulit.

Video tersebut memiliki lebih dari 5,4 juta tampilan dan menerima banyak komentar dari TikToker lain dengan pengalaman serupa. Berbicara kepada AsiaOne, Sabtu 20 November 2021, Kaushal mengatakan dia didiagnosis menderita psoriasis dan distrofi dua puluh kuku ketika dia berusia lima tahun.

Psoriasis menyebabkan kulitnya tampak bergelombang dan tertutup sisik putih. Kadang-kadang, bercak kulit kering muncul di telapak kaki dan telapak tangannya dan bisa robek dan berdarah. Motivasi awalnya membuat akun TikTok, kata dia, adalah agar dia bisa melacak pemulihan kulitnya.

"Saya berusia 17 tahun tahun ini, saya ingin belajar cara mengobati psoriasis saya sendiri. Saya membuat TikTok pertama saya sehingga saya dapat berkomitmen untuk merawat kulit saya setiap hari."

Tatapan dan pendapat yang menghakimi tampaknya tidak terlalu mengganggu Kaushal lagi. Karena dia memiliki bagian yang adil dari mereka saat tumbuh dewasa.

"Saya telah mendengar banyak hal yang tidak sensitif dikatakan kepada saya, tetapi begitulah hidup ini. [Ada orang] yang benar-benar tidak peduli dengan apa yang dilakukan terhadap seseorang," katanya. "Saya menerima banyak diskriminasi dalam hidup," imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi

Kaushal masih ingat dengan jelas mengenai penyakit yang dideritanya. Peristiwanya terjadi saat ia menghadiri pesta ulang tahun temannya di sekolah dasar.

"Ketika saya memasuki tempat teman saya, saya terus memakai kaus kaki. Setiap dua menit, telapak tangan saya berdarah dan saya perlu dirawat. Saya ingat orangtua anak-anak lain melihatnya dan menjauhkan anak-anak mereka dari saya. Saya akhirnya pergi. dini." Itu tidak berlebihan, katanya.

"Ketika pertama kali muncul di kulit saya, telapak kaki saya benar-benar tertutup kulit kering dan mati - tebalnya sekitar empat sentimeter. Kuku saya juga tampak seperti membusuk, melengkung ke dalam karena distrofi kuku."

Sakit fisik bukan satu-satunya masalah. Kaushal juga memiliki banyak batasan diet - tidak ada susu, tidak ada gluten, tidak ada makanan laut dan tidak ada daging.

Bahkan ia membatasi mengonsumsi cokelat, suguhan anak-anak yang sangat disukainya. Efek fisik dari kondisinya bukan satu-satunya hal yang Kaushal perjuangkan. "Banyak orang berpikir bahwa psoriasis hanyalah penyakit kulit, tetapi lebih dari itu. Ini juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang."

Sebagai seorang anak, dia tidak pernah berani melihat dirinya di cermin. Itu hanya berubah ketika dia berusia 14 tahun dan kulitnya mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. "Saya pikir saya adalah monster," katanya.

Tanpa teman sebaya yang bisa dia mintai nasihat atau bantuan, Kaushal menghabiskan banyak waktu sendirian. Dia mengaku bahwa dia "tidak merasa manusia" karena dia "tidak memiliki pengalaman yang sama dengan orang seusia saya".

Pandemi pada 2020 juga membawa ketakutan dan kecemasan baru bagi siswa, yang akan mengikuti ujian O'Level pada tahun yang sama. "Saya sangat stres. Kulit saya mulai memerah hebat - menjadi sangat buruk sehingga saya mengalami kecemasan."

 

 

 

3 dari 4 halaman

Fisik dan Mental

Untuk melindungi dirinya secara fisik dan mental, dia mengikuti sebuah pelatihan. Dia berkata bahwa dia ingin membantu dan menginspirasi orang lain dengan ceritanya mengenai perjalanannya menuju penerimaan diri.

"Saya melihat diri saya dan psoriasis sebagai dua orang yang berbeda, namun, sekarang saya merasa itu adalah bagian dari diri saya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar dia. Dia berusaha untuk menerima dirinya apa adanya.

Menanggapi reaksi warganet di TikTok, Kaushal mengatakan bahwa berbagi ceritanya secara online telah memberinya rasa kebersamaan, karena orang lain dengan kondisi serupa mulai mengikuti dia. Salah satu pesan paling berkesan yang dia terima adalah dari seseorang yang tidak tahu bahwa mereka menderita kelainan kulit sampai mereka menemukan TikTok-nya.

Hal itu mendorong mereka untuk mendatangi dokter kulit. "Saya merasa benar-benar tersentuh, mengetahui bahwa saya adalah bagian dari alasan mengapa seseorang dapat merasa lebih baik tentang kondisi mereka," kata dia.

4 dari 4 halaman

Infografis 5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.