Sukses

Pembatasan Penerbangan Dapat Mencegah Penyebaran Varian Baru Virus Corona?

Pembatasan penerbangan dipertanyakan efektivitasnya terhadap penyebaran varian baru virus Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Varian baru virus corona yang diidentifikasi di Afrika Selatan mengarah ke babak baru pembatasan perjalanan. Risiko varian, yang disebut omicron, sebagian besar tidak diketahui.

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai "varian perhatian". Organisasi tersebut mengimbau pemerintah di seluruh dunia tidak menunggu para ilmuwan untuk memberlakukan larangan penerbangan dan pembatasan perjalanan lainnya, dikutip dari Fox News, Sabtu (27/11/2021).

AS mengatakan Jumat, 26 November 2021, akan melarang perjalanan dari Afrika Selatan dan tujuh negara Afrika lainnya oleh warga non-AS mulai Senin, 29 November 2021. Negara-negara Uni Eropa sepakat pada hari sebelumnya untuk memberlakukan larangan perjalanan dari Afrika selatan untuk melawan penyebaran varian.

Inggris, Kanada, dan negara-negara lain telah memberlakukan pembatasan serupa. Langkah tersebut telah memperbarui perdebatan tentang apakah larangan penerbangan dan pembatasan perjalanan lainnya berfungsi untuk mencegah penyebaran varian baru.

Beberapa orang mengatakan bahwa pembatasan dapat mengulur waktu untuk menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang baru. Paling buruk, mereka tidak berbuat banyak untuk menghentikan penyebaran dan memberikan rasa aman yang salah.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan sangat tidak menyarankan untuk memberlakukan larangan perjalanan pada orang-orang yang datang dari negara-negara di mana varian itu dilaporkan.

Mereka mungkin memberi negara lebih banyak waktu untuk mempercepat vaksinasi dan memperkenalkan langkah-langkah lain, seperti masker dan jarak sosial, tetapi mereka sangat tidak mungkin untuk mencegah masuknya varian baru, kata Mark Woolhouse, seorang profesor penyakit menular di Universitas Edinburgh.

"Pembatasan perjalanan dapat menunda tetapi tidak mencegah penyebaran varian yang sangat menular," katanya. Spesialis penyakit menular Universitas Johns Hopkins Dr. Amesh Adalja mengatakan pembatasan perjalanan hanya memberi publik rasa aman yang salah dan harus berhenti menjadi reaksi "sentuhan" oleh pejabat publik.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tindakan Pencegahan

Adalja mencatat pembatasan yang diberlakukan membuat politisi "tampak seolah-olah mereka melakukan sesuatu" tetapi tidak masuk akal ketika negara-negara sekarang memiliki tindakan pencegahan seperti tes cepat dan vaksin.

Sementara itu, kepala ahli epidemiologi Swedia, Anders Tegnell mengatakan kepada kantor berita lokal bahwa dia tidak percaya bahwa larangan perjalanan akan berdampak besar, selain untuk negara-negara dengan penerbangan langsung ke daerah yang terkena dampak.

"Pada dasarnya tidak mungkin untuk melacak semua arus perjalanan," kata Tegnell kepada surat kabar Expressen.

 

3 dari 4 halaman

Dampak Lebih Besar

Jeffrey Barrett, direktur Genetika COVID-19 di Wellcome Sanger Institute, berpikir bahwa deteksi dini varian baru dapat berarti pembatasan yang diambil sekarang akan memiliki dampak yang lebih besar daripada ketika varian delta pertama kali muncul.

"Pengawasan sangat baik di Afrika Selatan dan negara-negara terdekat lainnya sehingga mereka menemukan ini (varian baru), memahami itu adalah masalah dan memberi tahu dunia dengan sangat cepat tentang hal itu," katanya. "Kami mungkin berada di titik awal dengan varian baru ini sehingga mungkin masih ada waktu untuk melakukan sesuatu tentang hal itu."

Namun, Barrett mengatakan pembatasan keras akan kontra-produktif dan pejabat Afrika Selatan tidak boleh dihukum karena memperingatkan dunia tentang varian baru. "Mereka telah melakukan pelayanan bagi dunia dan kita harus membantu mereka, bukan menghukum mereka karena ini."

4 dari 4 halaman

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.