Sukses

Panggilan Mendesak untuk Melacak Potensi Lokasi Zona Mati di Lautan

Sistem pemantauan global untuk melacak zona mati di lautan ini dinilai dapat membantu melindungi ekosistem seperti terumbu karang dan perikanan di seluruh dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Tim ilmuwan kelautan dari enam benua mndesak pengadaan sistem pemantauan global untuk melacak hilangnya oksigen dari bagian laut dan perairan pesisir yang menyebabkan zona mati. Pemanasan suhu laut, yang sebagian besar disebabkan pembakaran bahan bakar fosil, memperburuk masalah, kata para ahli.

Mengutip Guardian, Sabtu (20/11/2021), 57 ilmuwan dari 45 institusi di 22 negara telah menjelaskan kebutuhan mendesak akan sistem pemantauan global. Menurut mereka, pengadaannya dapat membantu melindungi ekosistem seperti terumbu karang dan perikanan di seluruh dunia.

Zona mati dengan kadar oksigen rendah atau tanpa oksigen dapat berlangsung dalam hitungan hari, bahkan bulan, dalam apa yang disebut peristiwa hipoksia, yang dapat membunuh ikan, tumbuhan, dan krustasea. Catatan peristiwa di kawasan pesisir biasanya dipicu nutrisi tambahan yang mengalir ke muara dan diperburuk suhu air yang memanas.

Ada ratusan zona hipoksia di garis pantai di seluruh dunia, dengan beberapa bukti tingkat oksigen di sejumlah bagian laut terbuka juga turun. Prof Karin Limburg dari State University of New York adalah salah satu ilmuwan yang menyerukan sistem global untuk memantau oksigen laut.

"Ada kebutuhan mendesak untuk mendokumentasikan dan memprediksi episode hipoksia dan titik-titik oksigen rendah untuk mengambil tindakan perlindungan bagi akuakultur, menerapkan tindakan pencegahan untuk perikanan yang terdampak, serta memantau kesejahteraan stok ikan," kata Limburg.

"Tanpa pemahaman ini, kita berada dalam kegelapan tentang dampak yang memiliki implikasi ekonomi-ekologi yang besar," imbuhnya.

Prof Jodie Rummer dari James Cook University adalah rekan penulis artikel yang muncul di jurnal Frontiers in Marine Science, pekan lalu. Dalam tulisannya, ia juga memaparkan kasus untuk mendorong pengadaan sistem pemantauan kadar oksigen.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memengaruhi Akuakultur yang Memberi Makan Populasi Manusia

Rummer mengatakan, "Semuanya membutuhkan oksigen di dalam air. Sebagian besar kehidupan di laut tidak toleran terhadap hipoksia. Masalah ini semakin parah karena kita tidak menyelesaikan masalah limpasan nutrisi dan air terus menghangat."

"Kami masih belum tahu implikasi jangka panjang dari masalah yang notabene memengaruhi perikanan dan akuakultur yang memberi makan populasi manusia," imbuhnya.

Rummer sedang mengoordinasikan proyek baru dengan UNESCO guna melihat pengaruh tingkat oksigen yang lebih rendah pada hiu di dunia. Ada bukti yang muncul, katanya, bahwa karang di daerah tropis juga berisiko terdampak hipoksia.

Sudah ada serangkaian peralatan untuk melakukan pengukuran oksigen laut, termasuk glider bawah air, instrumen, dan sensor mengambang bebas. Tapi, perlu ada lebih banyak dan data tidak tersedia secara terbuka, kata para ilmuwan, membuat penilaian dan penelitian global lebih sulit saat masalah jadi mendesak.

3 dari 4 halaman

Suhu Air Naik, Kadar Oksigen Turun

Prof Marilaure Grégoire dari Universitas Liège Belgia dan penulis utama artikel tersebut, mengatakan, "Saat ini, kualitas dan ketersediaan data oksigen di seluruh basis data internasional tidak memungkinkan perkiraan akurat penurunan oksigen dalam jangka panjang.”

Salah satu zona rendah oksigen yang paling terkenal adalah area luas yang sekarang terbentuk setiap musim panas di Teluk Meksiko, membentang dari muara Sungai Mississippi. Zona mati terbesar terbentuk pada 2017 di area seluas 23 ribu kilometer persegi.

Menambahkan nutrisi ke perairan pesisir berarti memberi makan bakteri yang mengonsumsi oksigen, menyebabkan kadarnya turun. Tapi, suhu air laut yang lebih hangat juga meningkatkan laju metabolisme makhluk hidup, yang berarti mereka membutuhkan lebih banyak oksigen untuk bertahan hidup. Selain itu, saat suhu air naik, jumlah oksigen yang tersedia turun.

Australia telah mengalami banyak peristiwa hipoksia, dipicu nutrisi dan polusi dari tanah yang terdegradasi, serta jalan dan pertanian yang mengalir ke muara setelah hujan lebat. Nutrisi tambahan dapat menyebabkan ledakan pertumbuhan bakteri di dalam air dan menghilangkan oksigen.

4 dari 4 halaman

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.