Sukses

Jejak Warisan Budaya di Desain Arsitektur Tempat Hangout di Jakarta

Jadi, dalam memahami warisan budaya, orang juga bisa datang ke tempat hangout, tidak hanya museum.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia punya begitu banyak warisan budaya yang bisa dijadikan inspirasi desain. Tantangan terbesar bagi arsitek dalam implementasnya, yakni jika sesuatu datang dari kebudayaan, pilihannya antara menjiplak yang sudah ada atau mengambil secara literal apa yang sudah ada.

Batavia PIK misalnya, kata Arsitek Anggraito Suhartono dari A+A Architecture Interior. Menurutnya, nama Batavia sudah jelas sekali. "Dari situ kami gunakan pendekatan asosiasi," kayanya dalam webinar "Preserving Culture & Heritage Through Retail" persembahan Agung Sedayu Group, Jumat, 19 November 2021

"Kami terjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur, seperti struktur tanda, membran. Itu semua bisa kita asosiasikan dan dekatkan dengan kapal layar seperti kembali lagi ke (masa) Batavia sebagai kota pelabuhan," imbuhnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kolaborasi Amantara dan Agung Sedayu Group bermaksud menghidupkan kembali sentuhan warisan budaya melalui retail. Menurut CEO Hotels dan Malls Divisi 2 Agung Sedayu Group, Natalia Kusumo, masuk melalui aspek kebudayaan "sangat bagus," termasuk dalam bisnis.

Bagi Natalia, kebudayaan itu sesuatu yang mengikuti perkembangan mutakhir. Namun, untuk menerapkannya dalam retail, itu jadi tantangan tersendiri.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lebih Dekat dengan Keseharian

Menurut Anggra, ke depan, kebudayaan akan lebih dekat dengan keseharian publik. Jika dulu orang belajar budaya ke museum, sekarang dengan retail, hospitality, dan makanan dan minuman (F&B), aspek ini akan jadi lebih dekat.

"Kita mau belajar budaya, tanpa mau digurui, kita bisa lakukan dengan makan, jalan-jalan, dan belanja. Setiap saat itu semua akan memperkaya pengetahuan budaya kita. Itu budaya dalam pengertian yang lebih inklusif," ujarnya.

Mengenai autentisitas, Anggra mengatakan, bukan mengopi secara mentah-mentah, tapi diolah lebih dulu. "Misalkan, Batavia itu cenderung berkaitan dengan kolonialisme, lalu apa yang bisa diambil dan diolah dari kolonialisme? Ini salah satunya tergambar dalam elemen lengkung-lengkung di Batavia PIK," tuturnya.

"Lengkung-lengkung itu identik dengan kolonial, tapi dari segi arsitektural, itu merupakan bentuk yang abadi. Itu kita sederhanakan juga sehingga lebih modern dengan bahan yang juga modern," imbuh Anggra.

3 dari 4 halaman

Jadi Tujuan Utama

Anggra mengatakan, proyek Batavia PIK memiliki tagline "Land to Celebrite." Artinya, mereka bermaksud merayakan kebudayaan, sejarah, dan pengalaman.

"Dengan merayakan, maka akan membuat kita bahagia. Kami ingin Batavia PIK jadi sebuah destinasi atau tempat yang membuat bahagia," imbuhnya.

Bagi Natalia, Batavia PIK merupakan sebuah rencana besar, menjadikan Jakarta sebagai tujuan wisata. 

"Tidak hanya Batavia PIK, tapi juga Pantjoran PIK atau proyek lain. Dengan begitu, Jakarta bisa jadi tujuan utama, seperti Bangkok. Orang bisa pergi ke Phuket atau Chiang Mai, tapi mereka juga bisa ke Bangkok. Jakarta penuh pesona sebagai kota metropolis," papar Natalia.

4 dari 4 halaman

Infografis 9 Strategi Antisipasi Potensi Gelombang III Covid-19 Saat Libur Nataru

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.