Sukses

Cara Menyenangkan Ajarkan Anak Pilah Sampah dari Rumah

Ada setidaknya empat cara membiasakan anak memilah sampah dari rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Memilah sampah, termasuk sampah plastik, merupakan salah satu wujud perilaku kebutuhan masa kini, kata Dr. Yosefina Anggraini, S.Sos, M.Si., Antropolog dan Pengajar LPEM FEB UI. Urgensinya membuat kultur ini harus dibiasakan sedini mungkin, sehingga penting mengedukasi anak tentang pilah sampah dari rumah.

Psikolog klinis Tara de Thouars menjabarkan beberapa cara menyenangkan untuk membiasakan anak bertanggung jawab mengelola sampah. Pertama, pemahaman ini bisa disampaikan melalui dongeng untuk anak lebih kecil. "Ceritanya bisa dibuat serelevan mungkin dengan keseharian mereka," katanya dalam diskusi virtual bertajuk Plastik dan Evolusi Perilaku Manusia, Selasa, 16 November 2021.

"Pilih kata-kata yang ringan, namun menggugah supaya mereka terdorong bertanggung jawab mengelola sampah," imbuhnya. Kemudian, dalam edukasinya, orangtua tidak bisa hanya melarang tanpa memberi alasan. "Kita harus menjawab 'why' yang ada di kepala anak," katanya.

Lalu, bisa juga dengan membuat rutinitas tertentu terkait memilah sampah dari rumah. "Dalam hal sampah plastik, misalnya, bisa dibiasakan setelah digunakan, harus disisihkan ke mana dulu," tutur Tara.

Yang paling krusial, Tara menegaskan, adalah bagaimana orangtua mencontohkan kebiasaan ini. Pasalnya, ada juga anak yang lebih mudah meniru perbuatan daripada memahami secara utuh ucapan orangtua mereka.

Tara menambahkan, pola perilaku seseorang memang bisa dipengaruhi faktor eksternal, selain dari faktor internal. Karena itu, skemanya berkaitan erat dengan perilaku orang di sekitar mereka, termasuk lingkungan rumah, sekolah, dan komunitas.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jadi Kebudayaan Baru

Terkait sampah plastik, sosiolog dan pengajar FISIPOL Universitas Gadjah Mada Dr. Arie Sujito, S.Sos, M.Si. menyebut penggunaan material ini harus dikompromikan. "Boleh pakai plastik, tapi pengelolaan sampahnya juga tidak bisa dipisahkan," katanya.

Dalam kasus ini, semua pihak harus diingatkan. Konteksnya, kata Dr. Arie, bisa ditarik dari isu yang menyangkut banyak orang, seperti kesehatan. Ia mengatakan, "Sampah yang menumpuk dan tidak terolah tentu juga punya konsekuensi kesehatan."

Dari pendekatan antropologi, Dr. Fina menjabarkan, memilah sampah sudah jadi tahapan perkembangan manusia yang hidup berdampingan dengan benda-benda industri. Karena itu, penting untuk mengubah cara pandang melihat plastik dan memahami pemilahannya sebagai kebudayaan baru.

Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi menyebut, sebagai produsen, pihaknya telah mengupayakan berbagai hal untuk mengolah limbah plastik secara bertanggung jawab. "Intervensinya dilakukan dari hulu ke hilir," katanya.

Ini termasuk desain produk lebih ramah lingkungan, edukasi pada konsumen, serta menyediakan titik pengumpulan lewat kerja sama dengan pelaku industri daur ulang. Maya mengatakan, "Sejalan dengan komitmen global, selambatnya pada 2025, Unilever akan mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru."

"Kemudian, mendesain 100 persen kemasan plastik produknya agar dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau dapat terubah jadi kompos, dan terakhir, membantu mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijual," sambungnya.

3 dari 4 halaman

5 Poin Penanganan Sampah

Erik Armundito, perencana madya Direktorat Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkap, "Peran individu dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan target nasional penanggulangan sampah, termasuk sampah plastik."

Ia pun menjelaskan lima poin penanganan sampah. Pertama, menyusun peraturan perundangan dan turunannya yang mengatur tentang pengelolaan dan pengolahan sampah, dari hulu sampai hilir.

Kemudian, meningkatkan peran masyarakat di antaranya melalui sosialisasi, pendampingan, kampanye pelatihan, dan datang ke sekolah-sekolah. Ketiga, menggandeng tokoh panutan, yaitu mereka yang secara kontinu berkomitmen terhadap pengelolaan sampah. "Bisa jadi pejabat, wakil rakyat, tokoh agama, tokoh masyarakat, atau figur publik," katanya.

Keempat, penyediaan fasilitas pengelolaan sampah, dan yang kelima, penegakan hukum. Kelima poin tersebut disebut ada dalam rencana pembangunan jangka menengah tahun 2020--2024 dan masuk rencana pembangunan nasional jangka panjang.

"Dalam realisasinya, tentu kolaborasi bersama seluruh pihak, termasuk produsen dan konsumen, sangat dibutuhkan," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.