Sukses

6 Fakta Menarik Aceh Besar, Tempat Kelahiran Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien

Rumah yang pernah dihuni Cut Nyak Dhien bersama keluarganya menjadi tempat wisata sejarah di Aceh yang diberi nama Rumah Cut Nyak Dhien.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Aceh Besar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada akhir 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Besar adalah Kota Banda Aceh. Setelah Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya tersendiri, ibu kota kabupaten dipindahkan ke Jantho di Pegunungan Seulawah.

Kabupaten Aceh Besar juga merupakan tempat kelahiran pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang. Saat Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang kini dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar, ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie.

Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Besar dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang awalnya menjadi inti Kerajaan Aceh.

Daerah tersebut juga menjadi ibu kota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi). Setelah Kota Jantho ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibu kota terus dimulai,

Secara serentak semua aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada 29 Agustus 1983. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa itu, yaitu Soepardjo Rustam pada 3 Mei 1984. Di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, tidak ada losmen ataupun hotel.

Secara geografis sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Besar berada pada hulu aliran Sungai Krueng Aceh. Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan menjadi salah satu pintu gerbang untuk masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini. Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia juga merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Besar.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Aceh Besar. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Aceh Besar yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Tempat Kelahiran Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada 1848.  Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang Lampageu.

Cut Nyak Dhien wafat pada 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat yang merupakan tempat pengasingannya setelah ditangkap tentara Belanda. Rumah yang pernah dihuninya bersama keluarganya di Aceh Besar kini menjadi tempat wisata sejarah yang diberi nama Rumah Cut Nyak Dhien.

Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya fondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda

2. Rumah Tenun Nyak Mu

Rumah Tenun Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang berlokasi di Gampong Siem, Mukim Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Lokasi ini berjarak 12 kilometer sebelah timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunun Nyak Mu ini diproduksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh.

Rumah ini dimiliki oleh Dahlia yang merupakan generasi ke-3 yang mewarisi bakat sebagai penenun songket Aceh. Rumah Tenun Nyak Mu adalah peninggalan orangtua Dahlia. Saat awal pandemi melanda Aceh di tahun 2020, usaha Rumah Tenun Nyak Mu terpaksa tutup sekitar enam bulan.

Usaha mereka kembali bergairah di awal 2021, setelah dibantu salah satu lembaga. Kini, setiap hari 10 orang anggota kelompok menenun songket Aceh di Rumah Tenun Nyak Mu. Menurut Dahlia, ada 50 motif songket yang diwarisi orangtuanya. Sehelai kain songket butuh waktu sebulan untuk menyelesaikannya. Tiap lembar yang dihasilkan anggota kelompok akan ditampung oleh Dekranasda Aceh Besar.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Masjid Tua Indrapuri

Masjid ini terletak sekitar 25 klometer ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Wilayah Indrapuri dulunya merupakan Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat setempat.

Setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 meter persegi, terletak di ketinggian 4,8 meter di atas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.

4. Wisata Alam

Aceh Besar punya banyak destinasi wisata menarik, terutama wisata alam. Salah satunya yang cukup terkenal adalah Pantai Lhoknga. Selain punya pemandangan indah, Pantai Lhoknga juga dikenal dengan lapangan golf, aktivitas berselancar dan memancing. Khusus untuk selancar, ombak Pantai Lhoknga yang besar dan garang telah terkenal di kalangan komunitas selancar internasional.

Pantai Lhoknga lebih dikenal dengan lapangan golf, aktivitas surfing dan memancing. Khusus untuk selancar, ombak Pantai Lhoknga yang besar dan garang telah terkenal di kalangan komunitas selancar internasional. Pantai dengan jarak kurang lebih 22 kilometer dari Banda Aceh ini juga menjadi spot yang bagus untuk menikmati matahari terbenam.

Selain itu masih ada beberapa tempat wisata alam menarik lainnya di Aceh Besar. Ada Pantai Ujong Batee, Air Terjun Kuta Malaka, Pantai Lhok Me, Gunung Seulawah Agam, Cagar Ala Jantho, Taman Hutan Rakyat Po Cut Meurah Intan, dan masih banyak lagi.

3 dari 4 halaman

5. Kuliner Khas Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar juga punya kuliner khas. Yang paling terkenal adalah Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan cita rasanya yang khas. Bolu khas Aceh ini hadir dalam beragam bentuk unik, seperti ikan, bunga, atau bintang.

Memiliki tekstur luar yang renyah dengan bagian dalam yang lembut, kue ini rasanya manis yang lumer di mulut. Mirip seperti jajanan manis lainnya, kue ini juga cocok disandingkan dengan segelas teh atau kopi. Kuliner terkenal lainnya dari Aceh Besar, adalah Ayam Tangkap. Makanan ini terbuat dari ayam yang digoreng dengan bumbu dan rempah-rempah khas.

Kebiasaan menyantap ayam tangkap sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Aceh. Kuliner khas lainnya adalah gulai kambing, sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

6. Perpustakaan Kuno Tanoh Abee

Perpustakaan ini terdapat di Desa Tanoh Abee di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Dayah Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee.

Ia meninggal pada 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpulan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa'id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda

Perpustakaan Tanoh Abee kabarnya merupakan satu-satunya perpustakaan Islam di Nusantara juga yang tertua di Asia Tenggara. Namun tidak ada informasi lebih lanjut tentang kapan pastinya perpustakaan tersebut dibangun.

Hanya ada petunjuk bahwa pembangunan perpustakaan ini bersamaan dengan pendirian dayah atau pesantren oleh seorang ulama asal Irak yang datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yakni pada 1607--1636.

4 dari 4 halaman

8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.