Sukses

Agensi BTS Dikritik Keras karena Rencana NFT yang Tidak Ramah Lingkungan, Apa Itu?

Diskusi daring tentang apakah NFT atau barang dagangan fisik berdampak lebih buruk bagi lingkungan pun terjadi di antara penggemar boy group di bawah naungan HYBE seperti BTS, TXT, dan ENHYPEN.

Liputan6.com, Jakarta - HYBE menyelenggarakan Briefing with the Community 2021 melalui siaran langsung untuk dihadiri para penggemar, Kamis, 4 November 2021. Agendanya termasuk rentetan pembaruan rencana masa depan perusahaan, yang juga melibatkan grup di bawah naungannya seperti BTS, TXT, dan ENHYPEN.

Sementara penggemar sangat antusias dengan sebagian besar pembaruan, terutama yang melibatkan Naver Webtoons baru grup favorit mereka, beberapa berita membuat khawatir. Yang dimaksud adalah investasi HYBE di Dunamu, operator cryptocurrency terbesar Korea Selatan, yang menjalankan pertukaran cryptocurrency populer Upbit.

Perusahaan akan meluncurkan "usaha patungan" untuk membuat token non-fungible (NFT) yang menampilkan artis dan konten perusahaan, termasuk rilisan boy group mereka. Banyak komentar di siaran langsung menyatakan "No NFT," dan narasinya mengarah pada diskusi daring tentang apakah NFT atau barang dagangan fisik berdampak lebih buruk bagi lingkungan.

Mengutip Forbes, Jumat (5/11/2021), NFT adalah aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam gim, dan video. Mereka dibeli dan dijual secara online, sering kali dengan cryptocurrency, dan umumnya dikodekan menggunakan perangkat lunak dasar, seperti banyak crypto.

NFT umumnya merupakan item "one of a kind," atau setidaknya salah satu dari koleksi sangat terbatas. Aset ini memiliki kode pengenal yang unik. Pertanyaannya, mengapa orang rela menghabiskan jutaan dolar untuk sesuatu yang dapat disimpan dalam tangkapan layar atau dengan mudah diunduh?

NFT memungkinkan pembeli memiliki barang asli. Ini juga berisi autentikasi bawaan yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan. Namun, narasi aset ini tidak ramah lingkungan terus muncul seiring popularitasnya yang naik dalam beberapa tahun belakangan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Itu NFT?

Teknologi blockchain, yang juga jadi dasar cryptocurrency seperti Bitcoin, hadir dengan emisi gas rumah kaca yang sangat besar, lapor New York Times. Singkatnya, ketika seorang seniman mengunggah karya seni dan mengklik tombol untuk "mencetaknya," ia memulai proses yang dikenal sebagai penambangan.

Ini melibatkan teka-teki kompleks, daya komputasi yang luar biasa, dan banyak energi. Itu karena Ethereum, platform pilihan untuk NFT, menggunakan metode yang disebut bukti kerja untuk membuat aset digital seperti token yang tidak dapat dipertukarkan.

Agar berhasil menambahkan aset ke buku besar utama blockchain, para penambang harus bersaing memecahkan teka-teki kriptografi. Pada pertengahan April, penambang melakukan lebih dari 170 triliun upaya per detik untuk menghasilkan blok baru, menurut platform perdagangan Blockchain.com.

Penambang yang pertama memberi jawaban benar adalah pemenangnya dan mendapatkan aset untuk ditambahkan ke blockchain. Menurut perkiraan yang didukung peneliti independen, penciptaan NFT rata-rata memiliki jejak lingkungan lebih dari 200 kilogram karbon pemanasan planet.

Upaya lain untuk menghitung penggunaan energi blockchain juga telah mencapai angka yang sangat besar. Para peneliti di Cambridge University memperkirakan bahwa menambang Bitcoin menggunakan lebih banyak listrik daripada seluruh negara seperti Argentina, Swedia, atau Pakistan.

"Saya tahu ini sulit untuk dipahami," kata Susanne Köhler, seorang ahli dalam analisis siklus hidup di Aalborg University di Denmark yang menilai  terhadap teknologi blockchain. "Anda cukup mengklik tombol atau mengetik beberapa kata, tiba-tiba Anda membakar begitu banyak energi."

Yang memperburuk masalah, kata Dr. Köhler, adalah memecahkan teka-teki jadi lebih kompetitif dan lebih sulit karena minat pada blockchain tumbuh dan lebih banyak orang mulai menambang. "Jadi tidak jadi lebih hemat energi dari waktu ke waktu, seperti teknologi lain," katanya. "Itu hanya mengarah pada dampak emisi yang lebih besar, kecuali energi mereka bebas karbon."

3 dari 4 halaman

Kontras dengan Komitmen BTS

Berangkat dari pengertian itu, gagasan NFT dianggap bertentangan dengan pidato BTS baru-baru ini di Sidang PBB ke-76. Kala itu, J-Hope menyinggung isu perubahan iklim.

Grammy nonime ini bahkan mengenakan jas dari merek fesyen berkelanjutan RE;CODE di acara tersebut. "Desain setelan (BTS) ini bertujuan mendukung mode berkelanjutan, dan ini dirancang khusus untuk pidato BTS di PBB," ungkap merek tersebut, lapor Koreaboo.

Belum lagi membahas bahwa BTS secara konsisten mengomunikasikan kepedulian mereka terhadap perubahan iklim, termasuk dalam kesepakatan sponsor. Pada 2019, boy group yang debut melalui lagu No More Dream ini jadi duta global untuk ABB FIA Formula E Championship, balapan yang hanya menggunakan mobil listrik.

Hyundai Motor Group juga memilih berkolaborasi dengan BTS karena kesamaan visi ramah lingkungan. Tahun ini, keduanya merayakan Hari Bumi dengan meningkatkan kesadaran untuk hidup berkelanjutan.

Member BTS dianggap tidak menyadari semua hal yang melibatkan perusahaan mereka. Seorang ARMY mengunggah ke Weverse, memberi tahu BTS untuk meninggalkan agensi mereka setelah berita keterlibatan HYBE dengan NFT, dan Jin menjawab, "Kenapa?" dengan tambahan ekspresi terkejut.

4 dari 4 halaman

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.