Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Padang Lawas Utara, Lokasi Candi Bahal Berada

Kabupaten Padang Lawas Utara juga merupakan rumah bagi habitat gajah yang terluka dan terabaikan.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Padang Lawas Utara, biasa disingkat menjadi Paluta, berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan sejak 2007 melalui UU Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara di Provinsi Sumatera Utara. 

Ibu kota Kabupaten Padang Lawas Utara berada di Gunungtua. Wilayahnya sebesar 3.918,05 kilometer persegi yang terbagi menjadi 12 kecamatan. Kecamatan Simangambat sebagai kecamatan terbesar seluas 844,7 kilometer persegi. Hulu Sihapas menjadi kecamatan terkecil di kabupaten ini dengan luas 54,91 kilometer persegi.

Populasi Paluta sebanyak 260.270 jiwa. Penduduk laki-laki mendominasi kabupaten ini yaitu sebanyak 132.893 jiwa, sementara perempuan sebanyak 127.827 jiwa.

Dilihat dari letak geografisnya, Padang Lawas Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu dan Kabupaten Labuhanbatu Utara di sebelah utara, Provinsi Riau di sebelah timur, Kabupaten Padang Lawas di sebelah selatan, serta Kabupaten Tapanuli Selatan di sebelah barat.

Masih banyak hal menarik lainnya yang ada di Padang Lawas Utara. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Padang Lawas Utara yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Kompleks Percandian Bahal

Padang Lawas Utara memiliki peninggalan sejarah berupa Kompleks Percandian Bahal. Kompleks percandian yang terdiri dari tiga situs itu terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi. Masyarakat setempat sering menyebutnya sebagai Biaro.

Kompleks Candi Bahal yang terdiri dari tiga buah candi, masing-masing berjarak kurang lebih 500 meter. Seluruh bangunan candi terbuat dari bata merah, kecuali arca yang terbuat dari batu. Masing-masing candi dikelilingi pagar bata merah dengan tinggi dan ketebalan kurang lebih satu meter.

Candi Bahal I terdiri dari empat bagian, yaitu tatakan, kaki, badan, dan atap candi. Pada bagian tatakan berdiri kaki candi dengan tebal 75 cm. Bagian tubuh candi berbentuk bujur sangkar dengan luas lima meter persegi.

Atap candi berbentuk silinder dengan tinggi sekitar 2,5 meter dengan pahatan untaian bunga melingkari sisi atap. Di depan tangga candi terdapat makara dengan mulut yang digambarkan prajurit membawa pedang dan perisai yang mengenakan mahkota dan berkalung mutiara.

Selanjutnya, Candi Bahal II memiliki luas badan candi yang lebih kecil daripada Candi Bahal I, yaitu empat meter persegi. Bangunan utama candi ini juga terdiri dari tatakan kaki, badan, dan atap candi. Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi tempat. Di sekeliling susunan candi teratas terdapat deretan lubang yang belum diketahui fungsinya.

Terakhir, Candi Bahal III merupakan candi yang letaknya paling timur dari kedua candi lainnya. Secara bentuk, candi ini mirip dengan Bahal I dan Bahal II, tetapi pada bagian atap lebih menyerupai Candi Bahal II tanpa deretan lubang pada tingkatan paling atas.

Pada bagian tangga candi tidak terdapat makara, tetapi terdapat pahatan dengan bentuk yang kurang jelas. Di sebelah utara bangunan terdapat batu potongan arca seperti alas patung dengan hiasan kelopak teratai, menyerupai arca yang ada di Candi Jago dan Singasari di Jawa Timur.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Barumun Nagari Wildlife Sanctuary

Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) terletak di Kecamatan Batang Onang yang merupakan tempat perlindungan satwa liar, khususnya gajah. Kawasan seluas 600 hektare ini ditinggali oleh gajah yang pernah berkonflik dengan manusia.

Kawasan yang dibangun sejak 2015 menjadi habitat bagi para gajah yang teraniaya dan terabaikan. Gajah-gajah tersebut dirawat dengan baik dengan memperhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan gajah. Pada malam hari, para gajah dibiarkan tidak dirantai agar tidak stres. Selain gajah, BNWS juga memelihara empat ekor harimau sumatera, dua siamang, dan satu owa.

3. Danau Tao

Danau Tao terletak di Desa Batang Onang, Kecamatan Pasar Matanggor. Pemandangan sekitar danau ini menyuguhkan hamparan rumput yang menghijau dan menguning dengan pohon yang rindang.

Danau ini berair kehijauan. Pengunjung dapat menyaksikan pemandangan matahari terbit pada pagi hari dengan keindahan berupa pantulan cahaya berwarna keemasan di permukaan danau.

4. Danau Tasik

Danau Tasik berada di Kawasan Suaka Margasatwa Barumun, Kecamatan Batang Onang. Danau ini merupakan danau buatan seluas 23 hektare. Ketika musim kemarau tiba, air danau ini akan surut. Tetapi ketika musim kemarau tiba, danau ini dipenuhi air sehingga tampak luas dan besar.

Pemandangan sekitar danau berupa hamparan padang rumput. Tempat ini juga merupakan wilayah konservasi hewan-hewan langka, antara lain siamang, burung rangkong, dan orangutan. Perjalanan menuju Danau Tasik melewati medan yang cukup menantang karena harus melewati jalanan terjal.

3 dari 4 halaman

5. Ikan Mas Holat

Ikan mas holat atau dikenal pula dengan gule holat merupakan makanan khas Padang Lawas Utara, khususnya di Kecamatan Padang Bolak. Dulunya, kuliner ini dihidangkan khusus untuk para raja dan bangsawan.

Holat berasal dari kata kelat yaitu rasa yang ada pada bumbu utama untuk kuah makanan ini. Kuah makanan ini berupa potongan tunas rotan atau pakkat yang memiliki rasa kelat atau sepat dan kulit kayu balakka.

Tunas rotan dipanggang dahulu. Selanjutnya, siapkan kulit bagian dalam tanaman balakka untuk diparut, direndam air hangat, dan diperas dua sampai tiga kali. Campur dengan jahe, irisan bawang, dan garam.

Hidangan ini disajikan dengan taburan pakkat, tepung beras sangrai, dan cabai mentah yang telah digiling halus. Biasanya, penyajian ikan ini menggunakan ikan mas karena rasa ‘manis’ dan banyak ditemukan di sungai-sungai Kecamatan Padang Bolak.

6. Tarian Tradisional

Tari Tor-Tor merupakan tarian yang khas Sumatera Utara, tidak terkecuali Kabupaten Padang Lawas Utara. Diperkirakan, tarian ini sudah ada sejak zaman batak purba dan dipersembahkan untuk roh para leluhur.

Dahulu, mereka menggunakan properti patung batu dalam pertunjukkan tari tor-tor. Patung batu tersebut dapat bergerak dan menari sesuai dengan bunyi musik setelah dimasuki oleh roh nenek moyang.

Ada tiga fungsi tari totr-tor. Pertama, Tor-Tor Pangurason atau pembersihan dilaksanakan sebelum pesta besar agar pesta dapat berjalan dengan lancar. Kedua, Tor-Tor Sipitu Cawan (Tujuh Cawan) yang dipentaskan dalam acara penobatan raja Batak. Ketiga, Tor-Tor Tunggal Panaluan yang dipentaskan oleh para dukun dalam upacara ritual setelah sebuah desa terkena musibah. Tapi, kini tor-tor juga dimainkan sebagai hiburan. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Candi Prambanan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.